Ia punya beban menghidupi ayah dan ibunya. Belum lagi beban menyekolahkan adik-adiknya. Ketika ia berumah tangga maka tanggungannya bisa berlipat dua, termasuk keluarga istri atau suaminya. Belum lagi jika mereka keluarga besar dan ada sanak saudara lainnya yang perlu bantuan.
Kalangan ini jarang disorot oleh para perencana keuangan. Mereka perlu bantuan bagaimana agar mereka juga bisa hidup nyaman atau setidaknya layak. Mereka juga perlu merasakan hasil keringat mereka sendiri, tidak selalu habis untuk mencukupi kebutuhan saudara-saudara lainnya.
Para perencana keuangan bisa memberikan materi tentang bagaimana cara menabung bagi kalangan sandwich generation. Mereka juga bisa memberikan wawasan tentang cara memutus tali rantainya yaitu di antaranya memiliki tabungan pensiun dan memiliki asuransi sosial, seperti asuransi kesehatan dan asuransi ketenagakerjaan.
Investasi Tidak Selalu Menghasilkan Return yang Diharapkan
Yang membuatku resah ada kalanya perencana keuangan tidak menyampaikan risiko berinvestasi. Ada kalanya mereka hanya mencantumkan return tahunan 10 persen. Jika ditanya biasanya ini didapatkan dari investasi berupa reksadana saham, campuran, atau saham. Benarkah kondisinya sebagus itu?
Dari pengalamanku dan info yang biasa kudapat dari pasangan yang merupakan analis pasar modal, investasi selama sepuluh tahun ini, atau jika ditarik lebih ke belakang lagi, maka nilainya tidak selalu hijau. Istilah "high risk, high return", masihlah dipakai. Nasihat yang umum di kalangan investor, "Don't put all your eggs in one basket" itu juga masih berlaku.
Saat ini kondisi pasar saham  tidak selau hijau, dalam beberapa tahun bisa jadi kenaikannya tidak konstan 10 persen/tahun, bisa malah hanya setengah, atau malah merugi. Kecuali jika ia memang melakukan trading setiap harinya dan benar-benar jauh dari emosi ketika ia bertransaksi.
Obligasi pemerintah saat ini juga rata-rata imbal hasilnya kurang dari delapan persen. Deposito malah hanya di kisaran lima persen. Untuk reksadana yang cukup stabil hanya di reksadana pasar uang, tapi imbal hasilnya memang tak seberapa. Emas memiliki rentang besar antara harga jual dan harga beli, sehingga lebih pas untuk simpanan daripada investasi. Kini ada P2P yang biasanya memberikan imbal hasil besar dengan risiko yang sangat besar.
Risiko ini jarang disampaikan oleh perencana keuangan. Masih banyak yang muluk-muluk memberikan simulasi dengan kisaran 10 persen, bahkan ada yang memberikan kisaran 15 dan 25 persen per tahunnya untuk simulasi tabungan. Hati-hati bagi kalangan yang benar-benar awam di dunia investasi ini akan menyesatkan. Ini seolah-olah memberikan harapan palsu.
Mending kisah-kisah dan angka-angka yang disampaikan oleh perencana keuangan itu sebaiknya realistis saja. Kalau semuanya mengawang-awang itu malah jadi kisah dongeng.