Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | "New Cat on The Block", Kisah Anak Kucing Malang

17 Februari 2020   23:39 Diperbarui: 17 Februari 2020   23:33 920
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak kucing yang malang, ditelantarkan induknya (gambar: pixabay)

Aku melihat anak kucing itu kali pertama di loteng. Ketika aku memeriksa genangan air hujan di loteng yang hanya berupa dak, aku bertemu dengannya. 

Ia anak kucing yang sepertinya baru kali pertama melihat manusia. Ia takut sekaligus penasaran. Ia langsung bersembunyi di puing-puing kayu yang ada di bagian pojok. Aku pun berlalu, tak ingin mengusiknya. 

Ia anak kucing dari induk kucing betina yang melahirkan kucingku yang kuberi nama Ponoc. Saat itu ia disusui dan disayang oleh induknya. Aku percaya ke induknya karena ia induk yang sama merawat si Ponoc dulu. Tapi Januari dan Februari adalah bulan hujan, aku menguatirkan si anak kucing tersebut. Apakah ia baik-baik saja?

Hari itu aku kembali melihatnya. Ia berlari-lari dengan lincah. Tapi kemudian, persisnya kemarin aku melihatnya duduk di loteng. Posisinya meringkuk. Ia sepertinya kedinginan. 

Aku mendekatinya. Kali ini ia nampak tak takut kepadaku. Ia diam saja dan masih bertahan dengan posisinya. Aku memberinya potongan ikan. Ia masih segan. Ketika aku pergi baru ia menyantapnya. 

Ia kotor dan kurus. Matanya belekan. Bulunya kusam. Ia sungguh dekil. Sepertinya ia sudah tak lagi disusui dan dirawat oleh induknya. Aku mencoba mengangkatnya. Oh ia sungguh ringan. Aku menjadi kasihan dengannya. 

Aku kembali memberinya makanan. Ia kesulitan menyantapnya. Apakah ia sakit? Aku bertanya-tanya. Kucing-kucingku yang lain nampak penasaran sekaligus tak senang ada kucing baru. Si Kidut malah menyapanya dengan bulunya yang berdiri, posisinya curiga.

Anak kucing yang malang. Ia tak mendapat perlakuan yang ramah. Ia lalu memilih bersembunyi di pojokan. Matanya mengikuti kucing-kucing yang nampak gembira, makan dengan kenyang, dan bermain bersama. Ia tak merasakannya. Ia hanya sendirian. 

Kucing baru di lingkungan kami. Ia tak mendapat sambutan hangat. Aku membiarkan ia memilih, tinggal di luar dan kuberi makan, atau tinggal bersama kami. Kulihat ia menikmati cahaya matahari di halaman. Selama ini ia lebih sering terancam hujan di loteng. 

Ketika kubuka pintu dapur, aku mendapati anak kucing itu. Ia duduk manis dan menyapaku. Rupanya tubuh mungilnya berhasil masuk lewat lubang kecil di pintu belakang. Anak kucing itu memilih tempat tinggal kami. Ia pun kuobati dan kuberi vitamin. Semoga ia lekas sehat dan ceria seperti sedia kala.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun