Hanya dua hari di Yogyakarta. Waktu yang singkat untuk menikmati berbagai obyek wisata. Untuk merayakan pergantian siang menuju malam, bagaimana jika menuju Watu Gupit? Kawanku memberikan ide. Aku pun setuju. Sekitar 45 menit kemudian kami pun menuju Bantul dari pusat kota.
Jalanan relatif lenggang sejak melalui jalan Parangtritis. Mungkin karena bukan musim liburan. Tapi ini berarti kami tak akan mengalami kemacetan menuju ke sana.
Panorama sawah menghampar. Begitu indah dan menentramkan. Kemudian kami melalui jembatan dengan sungai yang lebar.Â
Di sisi kanan jalan mulai terlihat jalan menuju Pantai Parangtritis yang terkenal. Ada Pantai Parangtritis baru dan pantai lama. Tapi tujuan kami bukan ke sana. Kami terus melaju sekitar 15 menit kemudian.
Jalanan terus menanjak. Tapi untunglah jalanannya cukup lebar. Dari sini pemandangan pantai dan laut selatan mulai terlihat.
![Sayangnya gersang (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/10/01/20190925-165802-600x337-5d92b76b0d82306c411a83d2.jpg?t=o&v=770)
Setelah menaiki sejumlah anak tangga, yang lama kelamaan terasa menyita tenaga, akhirnya aku tiba di bagian puncak. Wah hawa di sini demikian segar, begitu sejuk.
Tanah di bagian atas Watu Gupit ini telah diubah menjadi paving. Memang lebih relatif aman untuk dibuat duduk-duduk.
![Wah lain kali aku ingin mencoba paragliding (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/10/01/20190925-170013-600x337-5d92b7b10d8230092a4e0b92.jpg?t=o&v=770)
Sensasinya bakal begitu berkesan, melayang-melayang menikmati panorama lautan, sawah, dan pantai-pantai selatan seperti Pantai Parangtritis , Pantai Depok, dan Pantai Parang Kusumo.
Pada bulan-bulan tertentu sering diadakan even paralayang di sini. Masyarakat bebas untuk ikut menyaksikannya.
Aku sendiri merasa sudah cukup sekedar duduk-duduk, minum seteguk air dan menikmati pemandangan. Pasir kehitaman nun jauh di sana terasa samar-samar terlihat, begitu juga dengan deru ombak yang masih nampak tenang.
![Suasana begitu damai (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2019/10/01/20190925-165511-600x337-5d92b8f9097f36773e046792.jpg?t=o&v=770)
Akhirnya langit mulai berubah. Semakin berwarna jingga.
Para wisatawan semakin petang semakin banyak berdatangan. Mereka ke sini karena hendak menyesapi senja. Menunggu pergerakan matahari hingga ia benar-benar tenggelam. Mereka sebagian sibuk dengan kameranya, menanti momen dan membidik dengan  kamera.
Senja yang indah dengan warna langit yang semakin jingga. Damai, hanya suara angin yang berdesir dan deru ombak yang samar-samar.