Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pesan Misterius

23 November 2018   21:23 Diperbarui: 23 November 2018   21:47 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hutan ketika masih terang (dokpri)

Untunglah tak lama kemudian Fred dan Her tiba. Fred nampak lemas dan Her hanya menjawab singkat dan kemudian membisu.

Prita meminta kembali hapenya. Hape itu baterainya sudah sekarat sehingga Prita memilih mematikannya.

Tak lama setelah Fred pergi bersama motor, datang kembali sebuah motor. Pengemudi itu menyebut namanya Teguh, rekan Gilang. 

Empat anggota sudah terangkut, tinggal ia dan keluarga Lukman. Mereka memilih menunggu dalam minibus. Bunyi binatang liar membuat Prita was-was. 

Rama melihat jam di ponsel Lukman. Baru pukul 18.30. Ia keheranan sekaligus senang. Rencananya berjalan lebih cepat. Seandainya Gilang dan Teguh kembali menjemput maka Prita dan Kevin bisa berangkat lebih dahulu, disusul Lukman dan terakhir dirinya. Ia akan meminta Miru, pengemudi sedan, menjemput di pondok.

Seperti dugaan Rama, Gilang disusul Teguh kembali menjemput mereka. Ketika Rama tinggal sendirian, ia menelpon Miru, yang nomornya sudah diberikan oleh Taha, agar dijemput di pondok. Miru tak mengangkat. Ia lalu berkirim SMS.

Ia mengambil beberapa barang pribadinya dan sesuatu dalam bagasi yang mungkin berguna nantinya. Perasaan tidak enak itu masih ada, mungkin karena ia masih di hutan dan sendirian. Lamunannya pudar ketika Teguh menjemputnya. 

Motor itu menembus hutan. Rerimbunan yang gelap. Rama merasa hutan ini lebih gelap daripada biasanya

- - 

Setelah Satya menegak air, ia nampak lebih tenang. Sari, rekan praktikum Satya mendekati mereka berdua. Ia terkejut melihat mata Satya yang sembap. "Kamu tidak apa-apa, Satya?"

Satya menggeleng. Ia lalu bercerita dengan tersendat-sendat. Cerita yang susah dipercaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun