"Kau cantik, saat berbahagia." Lanjutnya.
--------------------------------------
 Setiap malam, saat  Ia datang, duniaku terasa indah penuh cahaya. Kerlip cantik yang dibawanya  menyelimuti hatiku. Aku tak tahu siapa sebenarnya Ia. Namun kehadirannya bagai pelipur lara bagiku. Luka yang pernah kurasa saat anak gembala mencabut bunga yang kubanggakan, kini mulai terobati. Ia mendampingiku, menemaniku, hingga akhirnya bunga baru muncul. Aku kembali merasa hidup. Ia selalu berputar mengelilingiku, sembari menceritakan kisah indah tentang cinta. Ya... mengelilingiku, seolah aku adalah orbit baginya. Rasanya hampir meledak hatiku menanggung bahagia ini.
-----------------------------------
Ia pamit setiap tepat tengah malam. Aku tak tahu, apa jadinya jika lewat tengah malam Ia masih bersamaku? Akankah Ia berubah wujud? Ah, kurasa tidak. Ia sungguh sempurna bagiku. Selalu bertutur lembut. Gerak geriknya indah. Kerlip menawan yang terpancar dari tubuhnya, menyilaukan sekaligus menenangkanku. Ia bukan Cinderella, yang berubah wujud lepas tengah malam. Aku yakin itu.
--------------------------------------
Angin berhembus sangat kencang. Aku nyaris tercabut dari tempatku berpijak. Kutundukkan tubuhku, agar mampu melawan hembusannya. Sekelebat bayangan melewatiku. Menghantam pohon di belakangku.
"Aduh..." suara itu  kukenal.
Aku berusaha menegokkan kepalaku untuk memastikan.
"Kau..."
Aku tak bisa melanjutkan ucapanku. Aku melihat Ia di sana. Tampak berbeda. Suram, Muram, tanpa kerlip cahaya yang biasa kukagumi.