Pada Minggu (13/4), warga RT 11 RW 03, Bumiayu, Kedungkandang, Kota Malang mengadakan acara halalbihalal dalam rangka silaturahmi Idul Fitri  1446 H. Kegiatan dilaksanakan di halaman kediaman Ketua RT 11, Ahmad Subhan.
Mengambil tema Guyub, Rukun, Saklawase, halalbihalal dimulai sekitar pukul 09.30 yang diawali dengan pembacaan ayat-ayat suci kemudian dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Diikuti kurang lebih 50 warga RT 11, acara ini mengundang Ustaz Nur Zaini. Sebelum  memberikan tausiyah, Ahmad Subhan memberikan sambutan.
"Dengan mengambil tema Guyub, Rukun, Saklawase, diharapkan kita semua bisa menerapkan hal ini dalam kehidupan sehari-hari. Tak lupa juga saya mengucapkan mohon maaf lahir dan batin  seandainya saya ada salah dalam menyampaikan atau melakukan sesuatu," ucapnya.
Tak lupa, lelaki yang juga menjabat sebagai Ketua Pengurus Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kota Malang ini juga berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah berpartisipasi dalam acara tersebut. Di hadapan para warga, ia juga menyampaikan laporan keuangan  RT 11. Ia juga berharap warganya untuk menjaga kekompakan.
Usai sambutan ketua RT 11, acara lalu dilanjutkan dengan penyampaian tausiyah dari Ustaz Nur Zaini. Lelaki yang juga berprofesi sebagai tenaga pendidik di sebuah sekolah ini menyampaikan mengenai sejarah halalbihalal. Ia mengatakan bahwa kegiatan ini bukanlah budaya dari luar terutama dari Arab.
"Tahun 1948, saat pertengahan Ramadan, kondisi politik Indonesia saat itu saling gegeran. Presiden Soekarno lalu menemui petinggi NU, Wahab Chasbullah yang mengusulkan adanya acara halal bi halal. Mengapa dipilih nama halalbihalal karena kalau acaranya silaturahim ditakutkan para petinggi politik  menganggap biasa saja. Lalu, diadakan acara halalbihalal," terangnya.
Ia juga, mengungkapkan bahwa inti halalbihalal sejatinya menyatukan perbedaan-perbedaan yang ada alias agar bisa rukun. Ustaz Zaini juga mengingatkan, setiap manusia itu tempatnya salah sehingga manusia perlu meminta maaf. Perkembangan teknologi juga menjadi perhatiannya, menurutnya tradisi halal bi halal sangat baik karena saat ini cenderung manusia lebih suka bersilaturahim melalui whatsapp ketimbang saling mengunjungi meski jaraknya dekat.
"Ketika kita bertetangga, teorinya cuma ta'aruf (saking kenal) sehingga kita paham tentang tetangga. Setelah kenal, kemudian, kita juga perlu tafahum (paham) tetangga kita. Yang ketiga, supaya hidup rukun, kita harus ta'awun (tolong-menolong).Nabi Muhammad SAW sendiri menghubungkan memuliakan tetangga dengan hari akhir."
Ustaz Zaini mengandaikan menjaga kekompakan seperti lima jari  yang berbeda-beda, tetapi bisa kompak semisa saat mengenggam sesuatu.  Ia mengumpamakan jari jempol sebagai pengambil keputusan, jari telunjuk adalah orang-orang berada,  jari tengah sebagai pelaksana, jari manis diumpamakan sebagai kaum muda, dan kelingking adalah ibu-ibu.
Menjelang mengakhiri tausiyah, Ustaz  Nur Zaini berpesan agar warga RT 11 agar senantiasa guyub dan menjaga kekompakan dalam hidup bertetangga.
Usai tausiyah dari Ustaz Nur Zaini, warga RT 11 kemudian saling bersalaman. Acara dilanjutkan dengan acara hiburan. Warga yang bisa menjawab pertanyaan akan mendapatkan doorprize. Berikutnya, acara terakhir berupa makan bersama yang merupakan hasil sumbangan dari ibu-ibu PKK. Sebelum, Ustaz Fajar selaku pemimpin Pondok Ibnu Abbas menutup acara dengan doa bersama.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI