Mohon tunggu...
Dewiyatini
Dewiyatini Mohon Tunggu... Ibu Rumah Tangga

Penulis Lepas, Kontributor, Fotografer Amatir, Videographer Kulakan, Tukang Dongeng, Separuh IRT, Separuh Pekerja Lepas, Kurir Makan Siang, Camilan Hunter, Fans Bakso-Thing, Eksperimental Chef, Bodyguard Suami.

Selanjutnya

Tutup

Bandung Pilihan

Tiga KDM Turun ke Jalan Meriahkan Lembang Carnival 2025

13 Agustus 2025   18:43 Diperbarui: 14 Agustus 2025   16:29 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu, Rabu (13/8/2025), udara Lembang masih dingin dan berkabut tipis. Namun di Jalan Raya Lembang, suasana sudah panas oleh semangat warga. Dari ujung jalan dekat Borma, suara drumband sesekali memecah riuh. Warga dari 16 desa di Kecamatan Lembang rela berdesakan demi melihat barisan karnaval---tradisi yang sudah jadi agenda wajib setiap Agustus.

Sejak pukul 08.00 WIB, peserta karnaval sudah berkumpul di titik awal. Padahal, iring-iringan baru bergerak pukul 10.00 WIB. Bendera merah putih berkibar di setiap sudut, aroma sosis bakar dan cilok menguar dari pedagang kaki lima yang ikut meramaikan suasana.

"Semua desa, sekolah, dan komunitas ambil bagian. Satu desa bahkan membawa lebih dari 3.000 warganya," kata Agus Karyana, Ketua Panitia Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN) Kecamatan Lembang. Tahun ini, ia memperkirakan ada sekitar 50 ribu orang---baik peserta maupun penonton---yang memenuhi jalur Borma hingga Alun-alun Lembang.

Bukan hanya pawai kostum adat dan kreasi unik, Lembang Street Carnival 2025 juga punya bintang tak terduga: tiga versi Dedi Mulyadi. Ya, Gubernur Jawa Barat itu menjadi ikon tak resmi yang sukses mencuri perhatian penonton.

Versi pertama, cosplay manusia lengkap dengan outfit serba putih, ikat kepala khas, dan gestur "luak lieuk" sambil dadah ke penonton. Versi kedua, patung kardus raksasa bergaya formal, tangan bersidekap, dan senyum tipis yang khas. Versi ketiga, yang paling mengundang tawa, menampilkan KDM ala Freddy Mercury---bersinglet putih, celana ketat, dan ekspresi lepas layaknya saat Persib juara.

Banyak warga dan pelajar yang berebut selfie di dekat replika-replika ini. Rupanya, sosok KDM yang kerap viral menginspirasi kreator desa untuk memasukkannya ke karnaval. "Biar beda dari tahun lalu. Sekalian hiburan," celetuk seorang warga sambil tertawa.

Tapi keseruan tak berhenti di situ. Sepanjang rute, berbagai atraksi budaya tersaji---dari tari tradisional, ogoh-ogoh, hingga parade hasil bumi. Beberapa desa bahkan memboyong replika buaya sepanjang tujuh meter dan kujang raksasa. Ada pula teater jalanan yang memerankan adegan penangkapan pejuang oleh tentara kolonial.

Bagi Agus, karnaval ini bukan sekadar hiburan. "Kami ingin anak-anak memahami arti kemerdekaan melalui ekspresi positif. Kebersamaan seperti ini harus dijaga," ujarnya. Ia yakin, kegiatan semacam ini bisa jadi warisan yang menguatkan identitas Lembang.

Saat barisan terakhir tiba di Alun-alun Lembang, langit mulai mendung. Namun semangat warga tak surut. Menariknya, begitu acara selesai, pedagang dan warga secara mandiri memungut sampah. Dalam waktu singkat, jalanan kembali bersih.

Menyaksikan Lembang Street Carnival, rasanya seperti melihat potret miniatur Indonesia: warna-warni, riuh, kadang nyeleneh, tapi penuh rasa memiliki. Dan siapa sangka, tiga "Dedi Mulyadi" di tengah parade justru jadi bumbu paling segar di pesta rakyat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bandung Selengkapnya
Lihat Bandung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun