Sosial movement UNISA Yogyakarta pada tanggal sabtu,20 september 2025
Pendidikan Tinggi di Era Revolusi Digital: Tantangan, Peluang, dan Tanggung Jawab
Pemateri; Dr. Punang Amaripuija, S.E., S.T., M.I.T.Â
mengenai "Perguruan Tinggi di Era Digital dan Revolusi" mengupas secara mendalam bagaimana lanskap pendidikan, teknologi, dan inovasi saling berinteraksi dan menuntut adaptasi. Presentasi ini tidak hanya menyoroti pesatnya perkembangan teknologi, tetapi juga memberikan kerangka berpikir untuk menyikapinya secara strategis dan bertanggung jawab.
Memahami Revolusi Industri: dari Mekanisasi hingga Kecerdasan Buatan
Materi ini memulai dengan memetakan perjalanan sejarah Revolusi Industri. Tahap pertama dimulai dengan mekanisasi, tenaga air, dan uap, yang kemudian berkembang menjadi produksi massal dan listrik pada tahap kedua. Revolusi Industri ketiga ditandai dengan munculnya komputer dan otomasi. Kini, kita berada di tengah Revolusi Industri Keempat yang berfokus pada Sistem Siber Fisik, di mana dunia fisik dan digital terintegrasi melalui kecerdasan buatan, data besar, dan Internet of Things (IoT). Perkembangan ini bersifat eksponensial, tidak linier, yang menjelaskan mengapa banyak prediksi masa lalu seringkali salah.
Fenomena Prediksi yang Keliru dan Inovasi yang Terabaikan
Prediksi Salah yang Terkenal
"Kuda memang ada untuk bertahan, tapi mobil hanyalah sebuah hal baru - sebuah tren sesaat." Presiden Michigan Savings Bank menasihati pengacara Henry Ford, Horace Rackham, untuk tidak berinvestasi di Ford Motor Co., 1903
"Kotak musik nirkabel tidak memiliki nilai komersial yang terbayangkan. Siapa yang akan membayar pesan yang tidak dikirim kepada siapa pun secara khusus?" Tanggapan Associates of David Sarnoff, ketika diundang untuk berinvestasi di radio
Mengebor minyak? Maksudmu mengebor ke dalam tanah untuk mencoba menemukan minyak? Gila. -- Para pengebor yang coba direkrut Edwin L. Drake untuk proyek pengeboran minyaknya pada tahun 1859.
orang sering kali gagal memprediksi masa depan karena jawaban yang "salah" justru terasa masuk akal pada saat itu. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan untuk melihat inovasi yang mendisrupsi, seperti miniaturisasi, jaringan, internet, antarmuka grafis yang ramah pengguna, dan biaya komponen komputer yang terus menurun.
Kunci untuk memahami ini adalah dengan
membedakan antara Inovasi Berkelanjutan (Sustaining Innovation) dan Inovasi Disrupsi (Disruptive Innovation). Inovasi berkelanjutan beroperasi di pasar yang sudah ada dan bertujuan untuk meningkatkan kinerja, sementara inovasi disrupsi menciptakan pasar baru yang belum terpikirkan. Sifat inovasi disrupsi yang dramatis dan mengubah aturan main sering kali membuat pasar yang ada gagal beradaptasi.
Kecerdasan Buatan: Bukan Pengganti, Melainkan Asisten Pembelajaran
Dengan data yang menunjukkan bahwa AI generatif seperti GPT-4 telah berhasil lulus ujian hukum dan etika, muncul pertanyaan tentang bagaimana mengintegrasikan teknologi ini ke dalam dunia pendidikan.
Materi ini menawarkan panduan yang jelas dan bertanggung jawab:
1.AI sebagai Asisten, Bukan Pengganti: AI harus dilihat sebagai alat bantu untuk belajar, bukan sebagai substitusi. Penggunaannya ditujukan untuk meningkatkan, bukan menggantikan, proses pembelajaran mandiri.
2.Optimalisasi untuk Brainstorming dan Ringkasan: AI dapat digunakan secara efektif untuk brainstorming ide, meringkas materi, atau membuat latihan soal, tetapi tidak boleh digunakan untuk menyalin mentah-mentah.
3.Pentingnya Transparansi dan Verifikasi: Penggunaan AI harus transparan sesuai dengan kebijakan dosen atau mata kuliah. Mahasiswa wajib melakukan cek fakta, verifikasi sumber, dan menyadari potensi bias yang ada.
4.Integritas Akademik: Hal terpenting adalah menjaga jejak akademik yang jujur, orisinal, dan dapat dipertanggungjawabkan. Penggunaan AI harus mendukung integritas ini, bukan menguranginya
Tantangan dan Transformasi Perguruan Tinggi
Secara keseluruhan, materi ini menekankan bahwa perguruan tinggi di era digital harus beradaptasi untuk mempersiapkan mahasiswa menghadapi dunia kerja yang terus berubah. Transformasi ini mencakup:
*Pembaruan Kurikulum: Pengembangan kurikulum yang relevan dan fokus pada pengembangan keterampilan yang diperlukan di era digital.
*Peran Dosen sebagai Fasilitator: Dosen tidak lagi hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, interaktif, dan berpusat pada mahasiswa.
*Pemanfaatan Teknologi: Penggunaan e-learning, platform online, dan alat digital untuk menciptakan pembelajaran yang lebih personal dan fleksibel.
Dengan memahami bahwa teknologi bersifat eksponensial dan disrupsi adalah keniscayaan, kita dapat lebih bijak dalam memanfaatkan kemajuan ini.