Dina mengaku terkesan sejak pertama kali sayang ke UIN Imam Bonjol Padang. “Wah, ternyata UIN Imam Bonjol segede ini. Ini aja baru kampus 3-nya, apalagi kampus 2 dan kampus pusatnya. Terus kampusnya juga bersih. Cuma yang bikin beda itu cuacanya, soalnya kalau di Batusangkar itu dingin, kalau di sini panas banget ya,” ujarnya sambil tertawa kecil.
Sebagai peserta sekaligus penonton, Dina juga sempat menyaksikan beberapa penampilan, salah satunya pertunjukan monolog. Ia menilai penampilan tersebut sangat keren dan penuh persiapan. “Menurut saya itu pasti dipersiapkan ekstra dan dari jauh-jauh hari, makanya hasilnya bisa sebagus itu,” tambahnya dengan kagum.
Terkait suasana acara, Dina memberikan apresiasi tinggi kepada panitia, terutama para LO yang mendampingi kontingen. “Pelayanan di acara ini ramah banget, LO-nya juga baik sekali. Ke mana pun kami butuh, dia selalu sigap mendampingi. Kalau kami nggak ngerti, dia juga sabar menjelaskan dengan ramah,” ungkapnya.
Persiapan yang Dina lakukan bersama tim juga tidak main-main. Ia menceritakan bahwa latihan dilakukan kurang lebih selama satu bulan penuh sebelum tampil di Seibafest. Dengan latihan intensif itu, Dina dan timnya berharap bisa memberikan penampilan terbaik di hadapan penonton.
Sebagai penutup, Dina menyampaikan harapan untuk keberlangsungan Seibafest di masa mendatang. “Semoga untuk ke depannya bisa lebih baik lagi. Seibafest ini sudah memberikan kesan yang sangat baik, apalagi saat pembukaan kemarin yang luar biasa, sampai mengundang artis Kak Khairat KDI. Opening dance-nya juga nggak kalah bagus banget,” tutupnya penuh semangat.
Selain panitia dan peserta, suara penonton juga menjadi bagian penting dari meriahnya Seiba International Festival ini. Vibrina Laura, mahasiswi Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam UIN Imam Bonjol Padang, hadir sebagai penonton yang turut meramaikan acara. Ia mengaku datang sejak pukul 14.00 WIB, meski sempat masuk di pertengahan acara.
Kesan pertama Laura terhadap pertunjukan yang ia saksikan sangat positif. “Pertunjukan Seibafest ini keren-keren semua, apalagi yang menurut saya paling berkesan itu tarian dari Jawa. Tari itu menggambarkan perjuangan petani yang gagal panen karena hama. Di situ mereka tidak hanya menari, tapi pesan atau maknanya juga sampai ke penonton,” ungkapnya.
Laura menambahkan bahwa kehadirannya menonton bukan sekadar untuk mengisi waktu luang, melainkan juga untuk menambah wawasan. “Saya tertarik menonton pertunjukan ini karena lebih bermanfaat, bisa tahu banyak tentang seni dari berbagai daerah. Jadi, bukan sekadar nonton hiburan, tapi juga sadar kalau Indonesia kaya dengan seni-seni yang indah, terutama tari, baik itu kontemporer maupun tradisional,” tuturnya.
Dari berbagai sudut pandang panitia, peserta, hingga penonton, Seiba International Festival ke-3 di UIN Imam Bonjol Padang tahun 2025 benar-benar menghadirkan pengalaman yang berkesan. Tidak hanya menampilkan pertunjukan seni yang memukau dari berbagai daerah dan negara, tetapi juga menjadi wadah pertemuan budaya yang mempererat persaudaraan. Antusiasme panitia yang penuh dedikasi, semangat peserta yang menampilkan karya terbaik, serta respon positif dari penonton membuktikan bahwa Seibafest lebih dari sekadar festival seni; ia adalah perayaan keberagaman budaya Nusantara yang patut dibanggakan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI