Mohon tunggu...
Sridewanto Pinuji
Sridewanto Pinuji Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Blog

Penulis untuk topik kebencanaan dan lingkungan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

LGBT dan Bencana

5 Maret 2018   15:28 Diperbarui: 5 Maret 2018   15:28 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Pexels

Diperkirakan peristiwa yang menimpa kaum Nabi Luth berlangsung pada tahun 1.800 sebelum Masehi. Hasil penelitian Keller menunjukkan bahwa Sodom dan Gomorrah berlokasi di Lembah Siddim. Ini adalah daerah terjauh dan terdalam dari Danau Luth, namun pernah menjadi lokasi yang besar dan padat penduduk.

Di sebuah bagian danau, semenanjung El Lisan menjorok jauh ke dalam air. El Lisan sendiri artinya lidah dalam Bahasa Arab. Di sisi sebelah utara dari semenanjung ini adalah tebing yang sangat curam hingga kedalaman 1.200 kaki. Sebaliknya di sisi selatan adalah tempat yang dangkal, memiliki kedalaman antara 50 sampai dengan 60 kaki. Keller meyakini bahwa di bagian yang dangkal dari semenanjung El Lisan hingga ujung selatan danau tersebut Lembah Siddim berada.

Bagian yang dangkal ini adalah bentukan baru yang merupakan hasil dari gempa bumi maha dahsyat yang menjungkirbalikkan lokasi ini. Di sinilah kota Sodom dan Gomorrah tempat kaum Nabi Luth pernah tinggal.

Para peneliti geologi menemukan, bahwa gempa yang menghancurkan kaum Luth adalah hasil dari patahan panjang di muka bumi. Garis patahan tersebut kurang lebih 190 kilometer yang menjadi dasar Sungai Sheri'at. Dasar sungai ini sendiri berada 180 meter di bawah permukaan laut. Fakta ini dan Laut Mati yang berada 400 meter di bawah paras laut adalah bukti-bukti lain, bahwa satu peristiwa geologi yang sangat dahsyat pernah terjadi di lokasi ini. Namun, para peneliti menemukan temuan-temuan tersebut baru beberapa waktu belakangan ini.

Menurut para ahli tersebut, patahan berawal dari pinggiran Gunung Taurus, melebar hingga ke sisi selatan Laut Mati, terus hingga melewati Gurun Arabia, Teluk Aqaba, menyeberang Laut Merah, dan berhenti di Afrika. Di sepanjang jalur patahan ini, ditemukan aktivitas volkanik yang sangat kuat. Batu Basalt hitam dan endapan lava ditemukan di Gunung Galilea di Israel, dataran tinggi Yordania, Teluk Aqaba, dan area lain di dekatnya.

Bencana Sebagai Hukuman dari Tuhan

Menghubungkan tindak tanduk manusia dengan hukuman dari Tuhan bukan hanya terjadi di Sodom dan Gomorrah. Di Itali, kota Pompeii juga mengalami nasib yang serupa. Di sana, kota itu hilang ditimbun material dari Gunung Vesuvius yang meletus. Hukuman itu diyakini terjadi karena warga Pompeii pun berdosa dan melakukan tindakan yang tidak senonoh. Rumah bordil tak terhitung banyaknya, persetubuhan dan organ intim lelaki dipertontonkan atas dasar kepercayaan yang warga yakini. 

Ketika Vesuvius meletus, warga seolah tak sadar. Beberapa temuan arkeologis menunjukkan fosil-fosil manusia yang seperti dibekukan, ada yang sedang berkumpul di meja makan, pulang dari pasar, ada pula yang sedang bercinta. Pendek kata, seoalah-olah mereka menjadi korban begitu saja tanpa ada peringatan sebelumnya.

Pada zaman dahulu, banyak peristiwa alam yang tidak bisa dijelaskan oleh manusia seperti gempa bumi dan letusan gunung api karena pengetahuan manusia belum sampai untuk mengetahui sebab-sebab kedua peristiwa ini. Akibatnya, banyak mitos, legenda, cerita, hingga dewa-dewa yang muncul untuk menutupi ketidaktahuan manusia tersebut. Sebagai contoh, orang Romawi mempercayai bahwa gunung berapi adalah rumah Vulcan, pandai besi para dewa, yang bekerja di bengkel raksasa di perut gunung, menyebabkan api menyembur dari cerobongnya (Brown, 2017).

Lompat ke masa kini, masih banyak di antara kita yang percaya bahwa gunung api, bumi, lautan, dan berbagai benda memiliki penunggunya masing-masing. Tidak hanya itu, banyak pula masyarakat yang percaya, bahwa satu jenis bencana terjadi sebagai hukuman langsung atas perbuatan manusia yang tidak mengindahkan perintah Tuhan. Hal itu terjadi, misalnya, ketika pembahasan mengenai LGBT dilakukan di MK dan DPR, kemudian terjadi Gempa di Tasikmalaya pada medio Desember yang lalu. Peristiwa yang sama kembali terulang manakala pembahasan LGBT kembali dilakukan dan gempa menggoyang Jakarta pada medio Januari 2018.

Peristiwa alam yang menyebabkan bencana juga kerap dihubung-hubungkan dengan suatu hal yang jauh berbeda, misalnya politik. Ada yang bilang jika seseorang tidak memilih pemimpin yang seiman, maka bencana akan menimpa orang tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun