Mohon tunggu...
Capt Maha Dewa Agni Jatayu
Capt Maha Dewa Agni Jatayu Mohon Tunggu... Pilot - Profesional Pilot

Sky Is A Fast Place But There Is No Room For Error - Kompasianer Since 2015

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memilih Para Pemimpin Rakyat Republik Indonesia Tahun 2019

3 Desember 2018   08:52 Diperbarui: 7 Desember 2018   17:42 733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wajah, slogan, partai, serta janji mereka seperti yang tertera di atas.Namun yang jadi pertanyaan terbesar adalah : Adakah perwujudan sebenarnya  dari peran aktif mereka.Yang bisa di jadikan tolak ukur utama di dalam masyarakat pada waktu yang telah lalu ? Serta berkelanjutan pada saat sekarang ini, yang menjadikan mereka lalu merasa pantas menjadi calon pemimpin dari masyarakat ? Karena perlu kembali di ingat, masyarakatlah yang akan memilih & menentukan pilihannya.Bukan pada para calon-calon tersebut.Seharusnya jawaban ini bisa di jawab dengan secara singkat, mudah & di mengerti dalam diri para calon tersebut.Akan tetapi " Akal Sehat Terkadang & Sering Tertutup Oleh Akal Yang Tidak Sehat"

Paradigma baru kepemimpinan yang berkembang pada saat ini.Sebenarnya, haruslah berdasarkan pada suatu yang luhur.Yaitu : Keinginan untuk memajukan "Bangsa & Negara Republik Indonesia"Bukan karena ambisi pribadi & golongan tertentu.Yang paling parah adalah sikap & perbuatan : Menjelek-jelekan sesuatu yang sebenarnya, adalah batas akhir dari kemampuan (Manusia) seseorang dalam ajang pemilihan seorang pemimpin.Syukur-syukur (Kalau) yang bersangkutan (Jika) pada waktu nanti terpilih bisa untuk menutupi kekurangan , serta memperbaikinya.Menjadi sesuai dengan tatanan dari yang sudah baku & di tetapkan.Namun jikalau tidak, maka apa yang akan terjadi ? Maka bisa di bilang yang di gantikan, mau pun yang menggantikan tidak lebih sama derajatnya.Mirip seperti pepatah yang mengatakan "Menepuk Air Di Dulang Kena Wajah Sendiri" Sehingga apa yang di dengung-dengungkan tempo hari, tidaklah semanis yang akan kita rasakan pada saatnya nanti.

Kita bisa saja berbeda pendapat, dalam mengomentari sesuatu.Yang menjadi objek dari yang akan kita komentari.Namun pada hakekatnya, haruslah berdasarkan "Fakta Objektif" yang nyata terhampar & ada di lapangan kehidupan.Akan tetapi kita terkadang & sering lupa, bahwa kita lebih memajukan ego kita, golongan kita, visi & misi kita, lain sebagainya.Dalam mengomentari sesuatu yang akan di komentari oleh orang lain juga.Rasa diri lebih dari pada orang lain dalam segala hal, telah menutup akal sehat kita, dalam bertindak & bertingkah laku.Sering kita lihat perdebatan, yang di siarkan di televisi mengenai sesuatu "Kejadian" Yang berkembang di dalam masyarakat luas & negara.Kita lihat para nara sumber, yang saling serang omongan kepada pihak lawan bicaranya.Dengan berbagai macam dalil & sanggahan di kemukakan, untuk mencapai pembenaran.Tapi adakah sebenar-benarnya titik temu dari objek yang di bicarakan ?

Jawabnya : "Lebih Banyak Mengambangnya dari Pada Hitam & Putihnya" Artinya apa ? "Tidak Ada Kejelasan Nyata" Karena semua pihak mengklaim bahwa diri merekalah yang paling benar dalam hal di atas.Apabila hal ini telah tertanam dalam pada para calon pemimpin, maka alamat pasti akan menjadi hal yang sangat merugikan bagi masayarakat luas.Ingatlah, sebenarnya masyarakat akan bisa menilai (Kelompok Mana) lebih & bisa mengambil suatu kesimpulan akhir apabila banyak menghadirkan "Fakta Objektif" Dalam berbicara & di suatu perdebatan.Yang pada akhirnya akan timbul kesadaran penuh dari para pemilih, untuk bisa menentukan pilihan akhir pada calon pemimpin yang akan di pilihnya.Namun apa bila "Fakta Non Objektif" Atau fakta yang tidak nyata (Bohong & Manipulasi) lebih di dahulukan.Tanpa pernah mau tahu, akibat yang mengikutinya pada saat sekarang atau pun akan datang.Maka yakinlah dengan seyakinnya, bahwa yang akan di dapatkan bukan lah kebaikan untuk semua orang, tetapi lebih dari pada kerusakan & berakibat buruk pada semua lini kehidupan yang ada dalam "Berbangsa & Bertanah Air"

Musyawarah adalah untuk mencapai kata mufakat.Memang benar kalimat tersebut, namun untuk pembuktiannya terkadang sangat sulit & bertolak  belakang dalam praktek yang sebenarnya.Untuk menyamakan persepsi kita jugalah sangat sulit.Karena kita datang dari berbagai macam tingkatan & golongan suku bangsa.Namun pada hakekatnya, sebenarnya tidak lah sulit untuk mencapai kata sepakat.Asal semuanya, dengan kesadaran hati & nurani yang paling dalam.Mau "Duduk Sama Rendah & Berdiri Sama Tinggi" di ibaratkannya.Serta saling mau menghormati kepada orang yang berbeda pandangan pendapat dengannya.Maka akan tercapai yang sesuai dengan apa yang kita inginkan bersama.Dari musyawarah akan bisa muncul atau tercipta alur kepemimpinan untuk semua orang yang terlibat di dalamnya.Hal ini bisa di sadari atau tidak sadari.

Kembali kepada penentuan atau menentukan seorang pemimpin.Kita apabila memilih pemimpin, sangat sering terjebak dalam pembicaran yang sifatnya "Figuristik" Karena perlu kita ketahui & ingat, bahwa yang namanya "Kebesaran Kepemimpinan Sesorang Itu.Tidaklah Di Nilai Pada Waktu Yang Bersangkutan Tampil Saat Berorasi Penuh Semangat & Berdiri Dengan Gagah Di Hadapan Orang Banyak.Akan Tetapi Lebih Di Titik Beratkan Pada Saat Yang Bersangkutan, Bisa Mengeluarkan Potensi-Potensi Yang Positif Pada Orang Yang Akan Di Pimpinnya.Baik Pada Waktu Yang Telah Lewat Mau Pun Pada Masa Sekarang & Akan Datang".Sekali lagi, kita lebih banyak "Memilih Pemimpin Berdasarkan Pada Pandangan Sesaat Saja" Biasanya yang terjadi adalah, awal dari kekecewaan yang akan berlanjut hingga sampai kapan pun juga.Padahal sebenar-benarnya, kita bisa menempatkan sesuatu yang "Baik & Benar" Serta "Buruk & Salah" sesuai dengan tata cara yang ada serta jelas di kehidupan kita.Tapi sekali lagi, bisakah hal ini di lakukan oleh kita semua saat ini ? 


Sebenarnya masyarakat kita yang berjumlah "262 Juta Jiwa" pada tahun 2017 (Data BPS.RI) bukanlah masyarakat yang sifatnya antipati dalam segala hal kehidupannya.Akan tetapi masyarakat kita saat ini telah banyak terpengaruh, oleh budaya yang sangat jauh dari ke arifan kebudayaan kita tempo dulu.Kita banyak di nina bobokan dengan  cara pandang & arahan yang keliru dalam menyikapi sesuatu yang terjadi, terjadi & akan terjadi dalam "Berbangsa & Bertanah Air" Insting kita sebagai manusia yang berbudi luhur, lambat laun akan hilang.Serta akan di ganti kan oleh egoisme kita semata.Kita bisa saja berpandangan pesimis seperti ini.Namun perlu di ketahui & pahami juga bahwa kepesimisan ini sesuatu yang lazim, lumrah & alami dalam alam semesta raya ini.Bukan lah hal yang tabu untuk di bicarakan.Namun lebih baiknya lagi jika & harus di ikuti data yang jelas juga untuk pernyataannya & bukan asal bicara saja tanpa bukti yang tidak bisa di pertanggung jawabkan.Yang lebih parah lagi, "Pada Saat Ini Kita Lebih Mempercayai Suatu Rekayasa, Kebohongan, Ketidak Pastian, Lain Sebagainya Seolah-Olah Kenyataan Yang Sebenarnya" Dalam menyikapi hal yang sudah jelas terang benderang ada di hadapan kita (Permasalahan) serta bertindak alpa, pura-pura tidak tahu, tidak mau tahu dari yang sebenarnya terjadi.Sungguh suatu hal yang sangat miris & di sayangkan ini terjadi di negara "Bhinneka Tunggal Ika" yaitu "Republik Indonesia" Kembali lagi yang jadi pertanyaan abadi dalam artikel ini : "Bisakah Kita Menghapus Paradigma yang Keliru & Merugikan Itu Di Dalam Diri Kita Pribadi & Masyarakat Kita ?" 

Oleh karena itu, wahai masyarakat seluruh Republik Indonesia dari "Sabang Hingga Merauke" Pilihlah pemimpin, yang benar-benar bisa memimpin dirinya sendiri & orang lain.Janganlah memilih pemimpin berdasarkan : Figuristik, janji semata, pemberian uang & barang,atau karena promosi media cetak & elektronik.Pilihlah pemimpin yang memang pantas untuk mu sendiri & berguna buat orang banyak.Bukan karena "Suku, Ras, Golongan, Agama, Partai" Berusahalah menjadi pemilih yang baik & benar.

Ini adalah masa penentuan untuk kemajuan "Bangsa & Negara Republik Indonesia" Ingatlah wahai rakyat Indonesia : 1 (Satu) suara anda akan sangat menentukan & sangat berpengaruh besar untuk masa depan anda serta anak cucu kita.Selama 5 (Lima) tahun ke depan menjadi pertaruhannya.Oleh karena itu, hati-hatilah untuk menentukan pilihan anda saat ini.Jadilah seorang pemilih yang cerdas & bukan malah sebaliknya.Jika kita sudah melakukan & melaksanakan apa yang telah menjadi kewajiban kita.Maka serahkanlah sisanya kepada "Allah SWT Tuhan Semesta Alam Raya" Untuk Menyempurnakannya.

Akhir kata, semoga artikel yang saya tulis ini bisa menambah wawasan & ilmu pengetahuan yang berguna & bermanfaat untuk para pembaca Kompasiana yang budiman di mana pun berada saat.Mohon maaf apa bila ada kata atau kalimat yang tidak berkenan di hati anda.Karena penulis hanya lah manusia biasa (Tak Sempurna) yang tak luput dari segala kesalahan.Terima Kasih.

Salam Hormat Saya :

Capt.Maha Dewa Agni Jatayu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun