Mohon tunggu...
Pakro Wangka
Pakro Wangka Mohon Tunggu... Orang gila

Aku ingin menulis tentang apa saja yang aku mau.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kejahatan Nafsu Dalam Cinta.

16 Oktober 2025   02:21 Diperbarui: 16 Oktober 2025   02:21 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tak semua cinta berwajah suci.

Dalam filsafat moral, kejahatan semacam ini disebut kejahatan niat, kejahatan yang muncul bukan dari tindakan nyata, melainkan dari motif yang menyimpang. Cinta yang dilandasi niat untuk menguasai, bukan memahami, adalah bentuk halus dari kejahatan itu.

Manusia dan Godaan Hasrat

Pertanyaannya, apakah cinta yang disertai nafsu selalu salah? Tidak sepenuhnya.
Sebab dalam diri manusia, cinta dan nafsu memang diciptakan berdampingan. Nafsu adalah bagian dari kodrat, penanda bahwa manusia hidup dan berhasrat. Tapi ketika nafsu mengambil alih kendali, manusia kehilangan arah moralnya.

Cinta sejati tidak meniadakan nafsu, melainkan menundukkannya. Ia memberi bentuk yang lebih luhur pada hasrat itu bukan sekadar ingin memiliki, tetapi ingin menjaga; bukan hanya ingin menikmati, tetapi ingin memahami.

Dalam pandangan sufistik, cinta yang sejati (mahabbah) adalah ketika hasrat manusia diarahkan bukan pada pemilikan, melainkan pada penyatuan dengan nilai ilahi. Di situlah cinta menjadi jalan spiritual yang memurnikan jiwa, bukan yang menyesatkannya.

Cinta yang Mendidik Jiwa

Cinta bukan hanya perasaan, tapi juga ujian kesadaran. Ia mengajarkan manusia untuk mengenali batas antara keinginan dan kasih, antara kebutuhan dan pengorbanan.
Ketika seseorang mencintai dengan kesadaran, ia tidak ingin menaklukkan, melainkan menemani. Ia mencintai bukan untuk memenuhi kekosongan, tetapi untuk berbagi keutuhan.

Cinta seperti ini mendidik manusia menjadi lebih berakal dan berjiwa. Ia tidak menjerat, tapi membebaskan. Ia tidak menuntut, tapi memahami.

Antara Cinta dan Kejahatan

Pada akhirnya, cinta dan nafsu adalah dua wajah dari energi yang sama. Yang satu dapat membawa manusia pada pencerahan, yang lain dapat menjerumuskannya ke kegelapan. Semuanya bergantung pada kesadaran kita dalam mengelola hasrat itu.

Cinta yang sejati tidak membakar, tetapi menerangi. Ia tidak menjerat, tetapi membebaskan.
Dan hanya ketika manusia mampu menundukkan nafsunya, barulah ia mengenal cinta yang benar-benar suci, cinta yang bukan kejahatan, melainkan kebajikan yang menumbuhkan kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun