"Dewi..., Dewi...Pelan-pelan. Maksudku, Aku berjalan bersama. Kan 15 meter nanti kita ketemu dipersimpangan. Kita masing-masing menuju tempat mandi."
"Ooo, gitu maksudnya. Baru aku paham. Rasanya tidak masalah kan Fitri kalau Rizal ikut?"
Fitri tersenyum sambil menatap Rizal. Keduanya pasti merasakan getar aliran asmara.
Mereka melanjutkan perjalanan. Gemulai dedaunan diterpa desiran angin, seakan menyertai sayup-sayup pembicaraan Rizal dengan Fitri.
"Boleh Aku memanggil mu Fit?" Pertanyaan lugu Rizal memecah keheningan.
"Memang kenapa? Aku di rumah oleh teman-teman sering dipanggil Fit."
Sesungguhnya Rizal hanya sulit memulia harus bilang apa. Tumben dia merasa grogi berhadapan dengan perempuan. Padahal dia sering merapatkan karang taruna di desanya.
"Fit, entah mengapa di bulan ramadhan ini perasaanku berbeda tentang dirimu." Rizal lama terdiam.
"Itu hanya perasaan kang. Perasaan itu boleh dibawa kemana saja. Udah ya, kita pisah dulu. Aku kepermandian perempuan."
Ada perasaan berat Rizal berpisah dengan Fitri. Ia ingin ucapan yang lama terpendam ia sampaikan kepada Fitri.
Yaa..., ucapan cinta. Akankah akan terwujud?
BERSAMBUNG