Mohon tunggu...
Devi Nofi
Devi Nofi Mohon Tunggu... Seller, Photo Contributor, Author, Content Creator

Ada banyak hal yang ingin saya bagikan lewat tulisan. Jangan lupa untuk ikuti, sukai dan komentari postinganku. Happy Reading People

Selanjutnya

Tutup

Horor

Mendo - Mendo

9 Maret 2025   22:21 Diperbarui: 9 Maret 2025   22:21 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi langit malamphoto by me : Devi Nofi

Ibuku mempunyai beberapa pengalaman yang unik perihal bertemu dengan yang tak kasat mata semasa kecilnya, orang Jawa bilang "Mendo-Mendo". Kali ini dia ingin menceritakan tentang terjadinya banjir lahar semeru sekitar tahun 1960-an yang menyebabkan jembatan putus dan memutuskan akses 2 desa, serta kehadiran dari yang tak kasat mata.

Awal mula ibuku sudah terbiasa membantu pak lek di tepian Sungai dekat dengan jembatan untuk memungut kayu bakar, waktu itu masih memakai tungku yang terbuat dari tanah liat untuk memasak, maka dari itu bahan bakar kayu ini sangat penting, sangat jarang orang memiliki kompor sumbu. Pak Lek ini adalah paman dari ibuku, beliau berangkat pagi-pagi sekali agar lebih banyak kayu bakar yang diambil. Jarak antara rumah ke Sungai sekitar kurang lebih 75m, jalan menuju tepian Sungai tidak mudah, sedikit licin karena semalam diguyur hujan deras dan agak sedikit curam, karenanya harus berhati-hati dalam melangkah, di sepanjang jalan ditumbuhi pepohonan bambu yang lebat, suara dari burung dan serangga yang saling beradu, suasana sangat asri namun membuat ibuku sedikit merinding.

Sesampainya disana, ibuku menyapa pak lek yang sudah lebih dulu datang di tepian sungai dan segera bergegas mengambil kayu bakar, mereka mengambil kayu-kayu itu bahkan sampai disebrang sungai, pak lek berkata untuk berhati-hati pada ibuku karena sungai itu sedalam dada orang dewasa, arusnya tidak terlalu deras namun airnya masih bening waktu itu dan untungnya ibuku memang pandai berenang jadi tidak ada masalah, terlihat juga beberapa warga lain yang juga ikut memungut kayu bakar.

Tiba-tiba Nenekku datang ke Sungai, panggilannya Mak Yah, memanggil ibuku dan pak lek agar segera pulang ke rumah. Beliau tidak mendekat ke Sungai jadi agak jauh jangkauannya, hanya berteriak sambil melambai "Heee, ndang rene kabeh, ndang muliho nang omah, batan ndang rene" artinya dalam Bahasa Indonesia Hei, cepat kesini semua, cepat pulang kerumah, bergegas cepat kesini. Suara nenekku terdengar oleh mereka walaupun dari kejauhan, pak lek berkata pada Ibuku "Lho bukane iku makmu, ayo wes ndang mrono" artinya itu kan ibumu, segera kesana saja, ibuku membalas "oh enggeh, paling mak wonten perlu" artinya oh iya, mungkin mak ada keperluan.

Pak Lek sedang mengikat Kayu yang diperoleh seadanya dan menyuruh ibuku untuk pulang terlebih dahulu, terlihat juga nenekku sudah berjalan meninggalkan lebih dulu. Saat Ibuku ditengah perjalanan terdengar suara teriakan dari warga lain "Treteg(kreteg)-e jebol, treteg-e jebol" artinya jembatannya jebol, jembatannya jebol. Ibuku langsung berlari menuju rumah dan syukurnya selamat namun tidak sempat melihat keadaan pak lek yang tertinggal dibelakang, tak lama pak lek pun datang dengan terengah-engah, mak yah pun segera mengambilkan minum untuk pak lek. Mak Yah bilang bersyukur mereka sudah ada didalam rumah "Ya Allah, alhamdulillah wes tutuk omah, mendah-e maeng gak langsung moleh" artinya Ya Allah, alhamdulillah sudah sampai rumah, bagaimana jadinya tadi jika tidak langsung pulang. Pak Lek terlihat kelelahan saat datang, sambil duduk beliau meminum minuman yang disediakan Mak Yah.

Pak Lek menceritakan keadaan jembatan kini yang sudah putus akibat banjir lahar datang, awalnya air sungai mulai agak keruh dan tanpa sadar meninggi, pak lek yang sudah bersiap pulang ke rumah berjalan sekitar 10  tapak, lalu terdengar suara aliran sungai semakin deras dan tak lama juga terdengar seperti bangunan yang akan roboh yang tidak disangka ternyata jembatan mulai retak. Pak Lek ingin memastikan sesuatu dan ingin kembali ke tempat ia mengambil kayu, namun terdengar teriakan salah satu warga sekitar bahwa jembatannya jebol, suara terputusnya jembatan makin keras dan airnya makin meluap, seketika ia langsung berlari dan berlari dan akhirnya selamat.

Pak Lek juga berterimakasih kepada Mak Yah, bagaimana jadinya tadi jika tidak dipanggil segera pulang kerumah. Mak Yah sedikit bingung dan bilang kalau tadi ia seharian dirumah, sama sekali tidak ke sungai, ibuku dan pak lek mengerutkan dahi, saling memandang dengan raut wajah bingung dan bilang mereka melihat nenekku ke sungai dan berteriak kencang agar segera cepat pulang kerumah. Ibuku sedikit mengotot bilang kalau ia benar-benar melihat nenekku ada disana, bahkan bajunya pun sama seperti yang dipakai nenekku waktu itu, bahkan suaranya pun jelas itu suara nenek, bagaimana mungkin anaknya tak mengenal baik ibunya, diperjelas lagi oleh pak lek bahwa benar memang ia melihat dan mendengar nenekku waktu itu.

Nenekku juga kekeh bilang bahwa ia seharian di rumah menjaga anak dan tidak kemana-mana, ia menceritakan salah satu tetangga menghampiri kerumah menanyakan keadaan ibuku dan pak lek apakah sudah selamat sampai dirumah karena jembatan putus karena banjir lahar datang, seketika nenekku khawatir dan cemas namun tak lama terlihat ibuku selamat sambil berlari ke rumah dan selang beberapa menit pak lek juga terlihat. Setelahnya suasana rumah seketika hening, masing-masing diam dan berpikir bagaimana mungkin, apakah salah lihat.

Nenekku lantas bilang apakah mungkin itu Mendo-Mendo, ibuku dan pak lek memandangi beliau sambil bertanya-tanya. Nenekku meneruskan kalau Mendo-Mendo ini adalah makhluk halus yang bisa menyerupai manusia, terkadang untuk menakut-nakuti atau malah membantu. Bulu kuduk ibuku berdiri, merinding ketakutan dan langsung memeluk nenekku, pak lek hanya diam mendengarkan dan sedikit  merinding.

Besoknya mereka berjalan menuju jembatan yang putus karena lahar, beberapa warga juga ada disana, keadaan rusak parah namun airnya sudah tidak terlalu tinggi serta airnya keruh dipenuhi ranting-ranting pohon bambu dan kayu serta lumpur. Ada tetangga kami yang belum pulang rupanya beliau ada di sebrang sungai, masih menunggu beberapa hari lagi agar bisa pulang, selain itu tidak ada korban jiwa. Lalu ibuku menunjukkan tempat dimana ia melihat nenek berteriak untuk menyuruh pulang, di jalan setapak menuju tepian sungai, pak lek juga membenarkan memang disitu mereka melihat nenekku. Mereka diam dan sedikit tertegun, hanya suara aliran air sungai, burung berkicau, kodok dan serangga. Nenekku lantas bilang "iyoweslah ora usah dipikir maneh, seng penting podo slamet kabeh" artinya iya sudah tidak perlu dipikir lagi yang penting semua selamat, mereka akhirnya pulang dengan membawa beberapa kayu bakar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun