Mohon tunggu...
Devi Kurnia Astuti
Devi Kurnia Astuti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pariwisata Universitas Gadjah Mada

Belajar menuangkan pemikiran dengan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ekowisata: Banyak Potensi, Kurang Optimalisasi

6 Desember 2022   14:14 Diperbarui: 6 Desember 2022   14:43 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia memiliki potensi alam yang melimpah. Potensi alam yang dimiliki Indonesia masih alami, hal itulah yang biasanya menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan, baik wisatawan dalam negeri maupun luar negeri. Potensi alam Indonesia ini kemudian diolah dan dikembangkan menjadi produk wisata, salah satunya menjadi ekowisata. Ekowisata merupakan sesuatu yang mengaitkan antara wisatawan dengan lingkungannya. 

Ekowisata juga merupakan salah satu kegiatan wisata alternatif yang dianggap sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kehidupan ekonomi masyarakat lokal karena dianggap dapat memberikan kesempatan kerja, kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengembangan kemampuan berusaha (Scheyvens, 2000) serta memberikan kesempatan yang lebih besar untuk mengontrol penggunaan sumber daya alam di suatu daerah tertentu sebagai salah satu kegiatan ekowisata (Ashley & Roe, 1997). 

Tujuan dari adanya pengembangan ekowisata karena ekowisata merupakan suatu produk wisata yang menitikberatkan pada aspek ekologi sehingga ekowisata berbeda dengan kegiatan wisata lainnya yang lebih bersifat massal. Ekowisata sendiri memiliki prinsip yang dimana kegiatan wisata tersebut menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata agar menjadi pariwisata yang lebih berkelanjutan.

Berikut adalah karakteristik dari kegiatan ekowisata (From, 2004) :

  • Aktivitas wisata yang dilakukan berkaitan dengan konservasi lingkungan
  • Penyedia jasa menyiapkan atraksi dan menawarkan wisatawan untuk menghargai lingkungan
  • Kegiatan wisata berbasis alam
  • Tour operator menunjukkan tanggung jawab finansial dalam pelestarian lingkungan
  • Mengumpulkan dana untuk kegiatan pelestarian lingkungan
  • Penggunaan transportasi dan akomodasi lokal, bersifat sederhana, hemat energi, dan melibatkan partisipasi masyarakat
  • Berskala kecil

Jika dilihat dari banyaknya potensi alam yang dimiliki Indonesia tentu akan memberikan berbagai dampak positif bagi masyarakat sebagai upaya pemberdayaan masyarakat pada masa yang akan datang. Akan tetapi, banyaknya potensi alam yang dapat menjadi lahan ekowisata di Indonesia saat ini dirasa masih belum optimal. 

Pasalnya, banyak potensi-potensi ekowisata yang belum teroptimalisasi. Ekowisata belum sepenuhnya maju dan masih dalam proses berkembang dikarenakan masih adanya permasalahan ekowisata yang berpotensi menghambat perkembangan ekowisata di Indonesia.

Permasalahan ekowisata biasanya berupa :

  • rendahnya partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata
  • Pelanggaran konservasi
  • Pengelolaan yang salah
  • Kurang terlibatnya lembaga formal
  • Adanya masalah ego sektoral

Dikutip dari artikel CNN Indonesia, menurut Endang Karlina sebagai peneliti ekowisata dari Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, beliau mengatakan bahwa ekowisata belum optimal karena masih tumpang tindih dengan peraturan, masih tersandung masalah terkait ego sektoral. 

Ego sektoral ini sendiri bisa dikatakan seperti lebih mengedepankan kepentingan individu/kelompok yang dimana kepentingan tersebut berbenturan dengan kepentingan individu/kelompok lain, dimana tidak adanya saling tolerensi untuk memunculkan suatu tujuan bersama.

Sebagai studi kasus, Taman Nasional Berbak Sembilang yang terletak di Kabupaten Banyuasin, Sumatera Selatan, serta di Kabupaten Muaro Jambi - Tanjung Jabung Timur, Jambi. Taman Nasional Berbak Sembilang merupakan Taman Nasional yang ditetapkan sebagai cagar biosfer oleh UNESCO pada tahun 2018 lalu pada sidang ke-30 International Coordinating Council of the Man and Biosphere Programme (ICC-MAB) di Palembang, Sumatera Selatan. Kemudian, pada tahun 2019 terdapat gagasan dari pemerintah Sumatera Selatan bersama sebuah lembaga swadaya masyarakat untuk mengembangkan Taman Nasional Berbak Sembilang ini menjadi kawasan ekowisata. 

Akan tetapi gagasan untuk mengembangkan Taman Nasional Berbak Sembilang menjadi kawasan ekowisata dirasa kurang efektif dikarenakan dikhawatirkan menambah ancaman lingkungan. Ancaman lingkungan yang dimaksud seperti persoalan sampah plastik dan pencurian ikan dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap ikan-ikan di laut yang semestinya dilindungi keberadaannya. Adapun persoalan lain seperti pencemaran air, jaringan komunikasi seluler, serta transportasi air yang belum memadai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun