Mohon tunggu...
Devi QorotaayunGumay
Devi QorotaayunGumay Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Mahasiswa Ilmu Komunikasi - Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dampak Kebiasaan Menonton YouTube pada Anak-Anak

7 Januari 2022   17:32 Diperbarui: 7 Januari 2022   19:52 7209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampakan disaat anak sedang sibuk dengan gadget (foto: Tiktok @Fuadbakhtv)

Di zaman yang semakin modern. Menonton YouTube sekarang dapat dikatakan sebagai budaya populer, hal ini dilakukan oleh kebanyakan orang di era industri 4.0 yang kental akan kecanggihan teknologi dan internetnya. Maka, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar perkembangan teknologi dan komunikasi ada pada YouTube. Tak salah karena menonton YouTube telah menjadi salah satu aktivitas dan bisa dikatakan juga sebagai rutinitas seseorang untuk mengisi waktu luangnya atau untuk hiburan disetiap  waktu luang nya.

Melihat fenomena tersebut membuat banyak orang tua sengaja memberikan gadget kepada anaknya selain untuk menonton YouTube yaitu untuk bermain games yang dapat diunduh di gadget anak tersebut atau memainkan aplikasi games yang telah disediakan di gadget tersebut. Dibandingkan orang dewasa era 80-90an anak-anak lebih cepat untuk menguasai gadget. Terkadang, orang tua mereka saja belum tentu bisa mengoperasikan gadget yang dimilikinya. Penggunaan gadget pada anak-anak semakin melonjak dan memprihatinkan. Pastinya memiliki dampak negatif terhadap perkembangan pada anak. Terlihat dengan jelas anak-anak zaman sekarang lebih mudah dan lebih cepat beradaptasi dengan teknologi saat ini. Sehingga anak-anak sering terlena dengan kecanggihan gadget dengan fitur yang tersedia di dalamnya. Anak-anak yang sudah kecanduan gadget, terkadang lupa dengan lingkungan sekitarnya. Mereka lebih memilih bermain gadget dari pada bermain bersama dengan teman-teman sebaya dilingkungan sekitar tempat tinggalnya. Sehingga interaksi sosial antara anak dengan orang sekitar, lingkungan sekitar berkurang.

Anak berumur 1-5 biasanya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan senang berkenalan dengan lingkungan serta bereksplorasi dengan kegiatan yang lebih menyenangkan. Anak-anak biasanya akan menentukan hobi atau kegemaran terhadap hal-hal tertentu seperti senang melihat hewan dan ingin memiliki peliharaan di rumah, senang mengoleksi barang seperti boneka ataupun pajangan superhero, senang nonton kartun dan bahkan senang menonton YouTube. Sepertinya, menonton video di YouTube menjadi kegemaran anak-anak zaman sekarang.

Dengan puluhan ribu  video anak yang muncul di YouTube, bisa jadi dengan sekali perkenalan atau sekali percobaan, maka anak tersebut bisa jadi kecanduan menonton. Rata-rata anak berusia 1-5 tahun pada zaman sekarang senang menonton Youtube. Tontonan dari berbagai siaran dengan konten anak-anak, dan konten kartun sudah menjadi kegemaran/kebiasaan yang membawa kecanduan negative dan berbahaya bagi anak-anak jika tidak didampingi oleh orang tua.

Apakah dampak negatifnya? Orang tua harus waspada dengan dampak negatifnya. Jika orang tua tidak mengawasi anak menonton dengan sesuka hatinya tanpa ada aturan waktu, maka orantua harus menerima resiko dan konsekuensi perkembangan anak terganggu. Setelah kecanduannya, ia akan sulit untuk focus dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar, tidak mau main di luar atau sulit bergaul, dan hanya ingin berada di zona nyamannya, yaitu menonton sepanjang waktu. Dampak negatif ini jika dibiarkan, bisa jadi bahaya jika tidak diatasi. Anak akan sulit belajar, malas dan emosi tidak stabil. Terlebih lagi cahaya radiasi layar gadget yang berbahaya bagi kesehatan mata maupun otak.anak yang sudah kecanduan nonton YouTube sepanjang harinya semenjak ia dari bayi, mengakibatkannya sulit berjalan. Kesehatan mata pun bisa terganggu.

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang ditemui individu sejak mereka lahir ke dunia. Lingkungan keluarga pertama adalah Ayah, Ibu dan individu itu sendiri. Hubungan antara individu dengan kedua orangtuanya merupakan hubungan timbal balik dimana terdapat interaksi di dalamnya. Setiap orangtua tentunya ingin yang terbaik bagi anak-anak mereka. Keinginan ini kemudian akan membentuk pola asuh yang akan ditanamkan orangtua kepada anak-anak. Pola asuh menurut Diana Baumrind (1967), pada prinsipnya merupakan parental control yaitu bagaimana orangtua mengontrol, membimbing, dan mendampingi anak-anaknya untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangannya. Diana Baumrind (1967, dalam Santrock, 2009).

Quality time Bersama keluarga agar dapat mengalihkan kebiasaan gadget anak-anak ( foto: Instagram @ayudiac)
Quality time Bersama keluarga agar dapat mengalihkan kebiasaan gadget anak-anak ( foto: Instagram @ayudiac)
Selama pandemi Covid-19, aktivitas anak memang beralih drastis ke gadget. Mulai dari belajar, mengisi waktu dengan bermain game, nonton tayangan streaming, hingga main game. Agar kegiatan mengakses internet tetap aman, peran orang tua dalam mendidik anak sangat penting. Bagaimanapun, dunia maya menawarkan beraneka ragam hal yang tidak hanya bermuatan positif, namun juga negatif.

Selain memberikan nasihat, orang tua juga harus bijaksana dalam menyikapi anak saat bermain gadget. Ini dilakukan sebagai upaya melindungi anak dari hal tidak diinginkan. Orang tua memiliki hak mendidik anak dengan caranya agar buah hati terhindar dari hal-hal negatif. Meskipun begitu, ada hal-hal yang harus dipahami, bahwa sebaiknya sesuaikan cara mendidik dengan kondisi psikologis anak agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Di sisi lain, hak tersebut juga harus selaras dengan kewajiban, yakni bahwa setiap orang tua wajib mengajarkan untuk selalu berpikir dan melakukan hal-hal positif sehingga memiliki masa depan cerah. Anda bisa saja membatasi anak main internet, tapi bukan melarang.

Membuat Jadwal Bermain PC/Gadget. Penting bagi orang tua memastikan kalau anak tidak sampai kecanduan gadget. Salah satu cara mengalihkan perhatian anak dari internet adalah dengan memberikan dorongan buah hati melakukan interaksi sosial secara intens, seperti bermain bersama teman-teman sebaya. Selain itu, buatlah jadwal kapan anak boleh dan tidak boleh bermain gadget. Misalnya, memberikan waktu berselancar di internet pada jam 11.00--14:00 WIB. Cara ini juga terbukti efektif melatih kedisiplinan anak, sehingga bisa memanfaatkan waktu dengan baik.

Seorang dokter spesialis mata mengatakan, bahwa salah satu cara yang bisa dilakukan orang tua untuk menjaga kesehatan mata anak adalah mengaplikasikan metode 20:20. Hal ini dinilai lebih baik dan mudah dibandingkan melarang buah hati bermain gadget. Apa itu metode 20:20? Maksudnya adalah, membiarkan anak mengakses gadget selama 20 menit. Setelah itu, minta anak melihat objek lain (idealnya nature) dengan jarak sekitar enam meter selama 20 detik. Ini merupakan teknik untuk mengistirahatkan mata agar tetap sehat. Dan mengalihkan kegiatan anak untuk bermain bersama atau mencari kegiatan yang lebih bermanfaat tanpa adanya gadget.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun