Pertama, santri tidak sepanjang waktu berada di pesantren. Pondok pesantren juga biasanya memberikan waktu libur untuk santrinya pulang ke rumah.Â
Dan dapat dipastikan, para santri memiliki ponsel maupun barang elektronik di rumahnya. Dalam waktu libur yang tidak banyak ini, santri pasti akan bertemu juga dengan ponsel dan segala macamnya.
Kedua, teknologi mudah digunakan bagi orang yang berilmu. Santri dengan kebiasaan non ponselnya telah mensuplai otak mereka dengan wawasan yang luas. Dengan wawasan ini, tidak sulit bagi santri untuk masuk arus teknologi jika suatu hari telah keluar dari pesantren. Teknologi sendiri adalah tentang ilmu pengetahuan, maka santri akan akrab dengan mudah meski baru berkenalan.
4. Kesimpulan
Jadi, aturan non ponsel pondok pesantren tidak sedikitpun menghalangi santri untuk eksis di era society 5.0. Santri tetap dapat masuk kedalam arus bahkan tanpa perlawanan.
Kemudian dari kebiasaan non ponsel saat di pesantren, ditambah dengan kehidupan pesantren yang membiasakan akhlakul karimah, santri diharapkan dapat membawa kebiasaan ini kedalam etika bermedia sosial.
Dari etika bermedia sosial yang diterapkan, diharapkan dapat tercipta contoh baik yang dapat menjadi panutan. Demikian maka dapat sekaligus menjadi peran santri dalam mensupport era society 5.0 yang santun.