Mohon tunggu...
Devi Ervika
Devi Ervika Mohon Tunggu... Lainnya - Long life hallucinations

✨

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

7 Pesan Tersirat dalam Novel "Burlian" Karya Tere Liye

8 Juli 2021   18:16 Diperbarui: 19 Juli 2021   16:45 1492
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://canva.me/s9kG2JUhChb

3. Sekolah itu penting

Alkisah masa muda bapak Burlian malas kalau disuruh sekolah karena keadaan memang kurang bersahabat. Alhasil hanya berhasil sampai lulus Sekolah Rakyat.

Setelah itu kemudian merantau ke kota bersama saudara laki-lakinya. Mereka berharap bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik dengan bekerja di kota. Ayah Burlian sebenarnya orang yang cukup bertekad, tidak mudah menyerah. Dia dengan semangat melakukan banyak hal, mempelajari ini itu.

Namun sayangnya nasib pemuda gigih ini berakhir miris. Perjuangannya yang berliku terhalang ijasah sekolah. Di kota ijasah sangat dibutuhkan dalam pekerjaan. Maka apalah daya ayah Burlian yang hanya berijazah Sekolah Rakyat ketika yang dibutuhkan adalah ijasah yang lebih tinggi.

Terakhir yang cukup menyedihkan adalah ketika ayah Burlian harus menggulung impiannya ketika lagi-lagi dia gagal hanya perkara ijasah. Setelah merantau bertahun-tahun akhirnya pulang hanya dengan membawa kegagalan. Sedih memang, namun ayah Burlian juga menjadi bijak dalam menilai hidup berkat kegagalannya.

4. Jangan berjudi

Dikampung Burlian sedang ramai perihal SDSB (Sumbangan Dermawan Sosial Berhadiah). Meskipun berlabel program pemerintah, tetap saja kegiatan ini namanya judi. Teknisnya yaitu orang-orang membeli nomor kemudian nanti diumumkan pemenangnya nomor berapa saja. Apapun alasannya kegiatan menggunakan prinsip judi dan orang-orang lurus dikampung Burlian menentangnya.

Namun sayangnya, yang namanya judi seperti candu. Sensasi tebak menebak nomor hoki terasa asyik dan menegangkan. Maka tak heran banyak kaum adam di kampung Burlian berbondong-bondong pasang nomor. Yang lebih parah adalah seusia Burlian, bahkan Burlian ikutan-ikutan pasang nomor.

Yang paling jengkel dengan kegiatan ini tentu saja kaum ibu-ibu. Karena uang yang harusnya untuk membeli beras atau kebutuhan rumah lain justru ludes untuk pasang nomor oleh suami mereka. 

Meskipun program ini telah dikeroyok ibu-ibu agar tidak pasang bandar dikampung mereka, SDSB sendiri baru bisa berakhir ketika programnya diberhentikan oleh pemerintah terkait.

5. Jangan Pernah Berhenti Percaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun