Di malam yang sunyi ditemani hembusan angin yang lirih dan rembulan yang redup, seorang wanita kecil bernama Ana. Dia selalu menatap kearah rembulan seolah mengadukan kesedihannya.
   Ana adalah seorang anak desa lulusan SMK yang sudah hampir dua tahun tidak bisa kuliah, harapan hidupnya adalah bisa melanjutkan pendidikannya. Namun, apalah daya ekonomi selalu menghantuinya setiap cita - cita terbesit dihatinya yang sudah rapuh.
   Orang tuanya adalah seorang petani yang bergantung pada hasil panen yang tidak begitu banyak, cukup sekedar menghidupi kebutuhan sehari-hari. Tidak ada harapan yang dijadikan sebagai alasan untuk kuliah.
    Akhirnya dengan terpaksa Ana merantau ke kota dengan harapan bisa bekerja dan hasil uang itu dikumpulkan untuk kuliah. 1 tahun kemudian uang sudah terkumpul cukup banyak setelah sekian lama Ana berjuang.
   Pada bulan berikutnya Ana mendaftarkan dirinya untuk kuliah melanjutkan pendidikannya sesuai cita - cita yang ia impikan. Ana sangat bahagia dengan apa yang ia peroleh dengan jerih payahnya selama ini. Akhirnya Ana bisa tersenyum dan bernafas lega.Â
Di malam hari ia menatap rembulan seolah mengadukan kebahagiaanya yang sudah dinantikan selama ini.
    4 tahun berlalu hari demi hari ia lewati kuliah dan bekerja. Tak terasa Ana akhirnya sudah melewati masa studi Akhir, karena hari esok adalah hari bahagia dimana ia akan di wisuda. Orang tuanya juga hadir dan meneteskan air mata karena melihat putri kecilnya yang sudah menjadi sarjana.
Akhirnya Ana menemukan kebahagiaannya setelah sekian lama ia menghadapi lika - liku dan kerasnya kehidupan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI