Mohon tunggu...
Detha Arya Tifada
Detha Arya Tifada Mohon Tunggu... Editor - Content Writer

Journalist | Email: dethazyo@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

"Teh dan Pengkhianat", Bukti Bahwa Sejarah (Tak) Selamanya Membosankan

18 Agustus 2019   14:04 Diperbarui: 18 Agustus 2019   22:55 1310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah-kisah yang dituturkan kali ini terasa (lebih) menarik, karena tak melulu berbicara terkait perang. Mulai dari lembaran awal, hingga akhir halaman, Setidaknya, memberikan gambaran bahwa empunya karya telah memberikan sentuhan perkara kemanusiaan, perkara fanatisme buta, perkara harapan, perkara pengorbanan dan perkara perjuangan (dalam hal ini berjuang melawan ketidakadilan).

Pertama, perkara kemanusiaan, hal ini dapat dilihat dari karya dengan judul "Kalabaka," sebuah cerpen yang memuat fakta sejarah terkait pembantaian orang-orang Banda (Banda Neira, Maluku) yang diantara dilakukan oleh tentara (bahkan sampai melibatkan 100 orang samurai bayaran atau yang dikenal dengan ronin).

Disini diceritakan, bahwa salah seorang schutterij (milisi, non-tentara dari kalangan terhormat, namun mahir menggunakan senjata) yang notabene orang Belanda, ternyata masih memliki hati nurani dan menolak keras kekerasan yang dilakukan di daerah tersebut (sekalipun ia dihukum).

Kedua, Perkara fanatisme Buta, hal ini tersaji secara renyah dalam "Tegak Dunia," dengan menitik beratkan cerita terkait hadirnya Globe (tiruan bumi) dalam membungkam opini para pemuka agama saat itu yang meyakini bahwa bumi itu datar (karena sangking fanitiknya dengan agama). 

Dikarenakan merasa lelah dengan realita tersebut seorang petinggi Schutterij (Kapten Zwarte Van de Vlek) mengungkap  "bahwa bumi bulat adalah bid'ah terbesar yang dilakukan orang Kristen kepada kaumnya sendiri.(hlm 21)" 

Terkait bumi datar sendiri, walau sudah memasuki abad ke-21, kiranya, keyakinan akan bumi benar-benar datar, masih diamini sebagian orang yang percaya (tak tahu kenapa). Agar mereka sedikit terbuka pikirannya, rasanya sebuah dialog ini menarik untuk dibacakan kembali "Ia boleh setia pada keyakinannya, tetapi ia tak bisa mengancam pihak yang sudah memiliki bukti lebih kuat dan diuji banyak orang. (hlm 28)"

 Ketiga, Perkara Harapan, suatu hal yang wujudkan dalam bentuk cerpen "Belenggu Emas" yang bercerita terkait kekaguman wanita kulit putih kepada sesosok wanita pribumi yang digadang-gadang sebagai pembaharu. 

Wanita tersebut tak lain ialah Rohana Kudus, salah seorang pelopor emansipasi (selain Kartini) yang menjadi tokoh gerakan perempuan di Sumatra Barat, dan menerbitkan surat kabar yang membawa serta harapan untuk kemajuan kaum perempuan, Soenting Melajoe (SM).

Kekaguman wanita kulit putih terlihat jelas kala berucap "Aku harus bertemu dengan wanita Minang yang luar biasa ini. Wanita yang telah menjadi ilham bagi banyak orang di Hindia. (hlm 115)"

Keempat, Perkara Pengorbanan, justru dijumpai dari cerpen bertema "Variola" yaitu mengambil setting tentang cara Hindia memerangi wabah cacar yang penyebarannya sangat cepat di nusantara, bahkan, di Ambon, Ternate dan Bali, sudah banyak yang meninggal dunia. Untuk itu, pengiriman vaksin dari Belanda muncul sebagai solusi dan diapit pula oleh solusi lain berupa produksi vaksin di nusantara saja.

Namun, kedua solusi tersebut cenderung lama serta karena sudah kandung urgensi. Mau tak mau, upaya pencegahan haruslah disegerakan. Solusi lainnya yang keluar ialah berupa mencari anak yatim piatu di Batavia, lalu setelahnya membawa mereka ke Bali dan di perjalanan, tubuh mereka akan dimasukkan vaksin agar bisa dipanen untuk banyak orang, supaya kebal dan segera bangkit menaklukkan penyakit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun