Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Hormati Dirimu, Sebelum Orang Lain

17 September 2021   23:27 Diperbarui: 17 September 2021   23:31 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lingkungan profesional seperti dunia kerja tidak menjamin bebas perundungan atau bullying.  Hal lumrah saja, sebab di dalam semua lingkungan manapun akan selalu ada orang atau kelompok yang mendominasi.  

Pertanyaannya, apakah mendominasi dalam arti positip membangun atau negatif yang ujungnya justru mematikan karakter korbannya.

Jika positip, dominan membagi ilmu, dan saling dukung, tidak jadi soal.  Tetapi, jika negatif dengan maksud unjuk diri, maka ini mengerikan.  Inilah yang dinamakan perundungan atau bullying.  

Perlu diatasi, karena tidak sehat nanti ujungnya.

Mirisnya ulah pelaku perundungan di lingkungan profesional lebih menjengkelkan dibanding masa sekolah.  Sebab dilakukan secara sadar oleh orang yang secara umur dan intelektual lebih matang.  Menyedihkannya justru kondisi seperti ini jarang terungkap.  Senioritas dan perbedaan status sosial menjadi alasan terkuat.

Kemudian menjadi pembenaran, dan perundungan dianggap wajar.   Padahal sangatlah salah, karena ada yang terintimidasi disini.  Sebagai contohnya, inilah beberapa perundungan yang kerap terjadi:

  • Mulut kotor
    Ucapan atau kata kotor (seluruh isi kebun binatang) kepada rekan kerja, anak buah dengan maksud menghina, ataupun disebabkan kesalahan kerja.

  • Kritik tajam
    Mencari kesalahan, ketimbang melihat usaha dari rekan kerja atau anak buah.

  • Iri atau kecemburuan
    Persaingan tidak sehat, saling menjatuhkan prestasi karena kecemburuan.  Saling sikut, dan menjegal rekan kerja demi mempromosikan diri sendiri.

  • Memanipulasi keadaan
    Cuci tangan dan lempar tanggungjawab pekerjaan kepada rekan kerja yang dianggap rendah.

  • Bercanda di luar batas
    Mengolok-olok atau menjadikan rekan kerja/ anak buah sebagai bahan becanda tetapi untuk ditertawakan.

  • Menyebarkan rumor
    Menyebarkan isu atau rumor yang merusak citra atau nama baik rekan kerja.

Beberapa contoh diatas hanyalah sebagian dari yang umum terjadi.  Di beberapa kejadiaan diperburuk dengan isu gender dan pelecehan seksual.  Sebenarnya ini "biasa", karena pada dasarnya semua manusia memiliki sifat bersaing dan  dominan.

Bahkan, tingkat intelektual tinggi kadang menyesatkan dan melahirkan persaingan tidak sehat.  Sekarang tinggal bagaimana kita menempatkan diri dalam "belantara" persaingan ataupun lingkungan tersebut.

Menurutku kuncinya adalah menghormati diri sendiri.  Artinya, kita harus memiliki nilai yang membuat orang lain juga menghormati kita.  Mungkin tidak mudah melaksanakannya, tetapi harus dilakukan karena diri kita berharga. 

Inilah saran, ketika mengalami perundungan:

  1. Jangan takut, dan jangan menyerah
    Tanamkan pada diri kita, bahwa kita bekerja di tempat yang sama.  Memiliki hak dan tanggungjawab sesuai kontrak kerja.  Selagi kita menjalan tanggungjawab dengan baik dan benar, maka tidak ada yang harus dikhawatirkan.

  2. Kendalikan diri
    Cobalah tetap tenang dan tidak terbawa emosi.  Jangan biarkan orang lain mengendalikan kita.

  3. Bicarakan kepada orang lain
    Cobalah berbagi cerita dengan rekan kerja, atau orang lain.  Jika dirasa perlu, diskusikan dengan HRD, atau bahkan menanyakan langsung kepada pelaku.  Bicarakan dengan baik, tanyakan kepada pelaku alasannya.

  4. Berpikir positif
    Jadikan ucapan, sikap dan kritikan sebagai masukan untuk memperbaiki diri.  Putar keadaan sehingga diri kita terlihat tidak seperti yang diucapkan atau dituduhkannya.

Berbagi pengalaman di salah satu tempat aku pernah bekerja.  Aku mengalami "dipermalukan" di sebuah rapat besar.  Ketika itu Mr. Bos bule sedang menunggu email penting, yang menurut si pengirim sudah dikirim sejak pagi.  Tetapi, nyatanya hingga siang dan saat rapat dimulai, email belum masuk.

Mengalirlah kata-kata tidak pantas oleh si bule di depan peserta rapat, dan diucapkannya dengan berteriak.  "I am so sorry, but you are blind!  Why don't you check and make it sure many times?  Instead telling me that my colleague not yet sent his email."

Mungkin si Mr Bos tidak menyangka bahwa aku akan menjawab, persis seperti caranya namun datar.  "I am so sorry too, but why don't you check it by yourself. Instead telling me blind."  Kemudian aku meninggalkan ruang rapat.  Kembali ke ruangku, dan duduk manis.

Apakah aku dipecat karenanya?  Tidak sama sekali, aku bahkan tidak menghiraukannya yang memintaku kembali ke ruang rapat.  Membiarkan mereka para petinggi melanjutkan rapat tanpa notulen.  

Kocaknya, ketika rapat berakhir beberapa dari petinggi "Country Manager" menghampiri ruangku, "Well done, unbelievable," sebuah senyum terlukis di wajah mereka mendukungku.

Suasana antara aku dan Mr. Boss sore itu pun tegang.  Singkat cerita, kembali cair ketika dengan sportif si Pak Boss bule menghampiri ruangku.  "Not sure if you accept my apology.  

My silly colleague, he just told me that he forgot emailing me.  No wonder, you can't even find it dear.  Bla...bla...bla..."

Menariknya disini adalah budaya.  Bagiku, tidak bisa dibenarkan mempermalukan siapapun di depan orang banyak.  Apalagi dengan mengatakan seolah aku "blind" buta.  Walaupun itu sebuah ekspresi marah.  Kejadian ini sebenarnya pernah beberapa kali terjadi, tetapi dalam skala kecil.  Hanya perdebatan kerja diantara kami, dan aku anggap lumrah berbeda pendapat.

Semua aku coba tolerir, karena pertimbangan karakter dan budaya.  

Tetapi, puncaknya adalah rapat besar.  

Aku dipermalukan di depan banyak orang?

Jelas aku tidak akan membiarkan siapapun menginjak harga diriku, oleh atasan sekalipun.  Sebab, menurutku, jika kita saja tidak menghormati atau menghargai diri sendiri, apalagi orang lain. Bagiku, ini pembunuhan karakter.  

Bukan tidak mungkin ada yang menilai performa kerjaku yang buruk.

Tetapi, di kejadian itu yang bisa aku hargai adalah jiwa besarnya.   Secara sportif Mr. Bos mau ke ruanganku untuk mengakui kesalahannya.  Inilah yang menjadi momen penting dan mengubah segalanya.

Sehingga bagiku, kunci dari perundungan ada di diri kita sendiri.  Mungkin tidak mudah, tetapi jika kita membuka peluang untuk dihina, dipermalukan atau pun hal buruk lainnya.  

Maka itu akan terus berlangsung dan mempengaruhi performa kerja, bahkan karakter kita.  Akan timbul rasa kecewa, marah ataupun putus asa.

Sehingga yang terjadi padaku, sejak hari itu, Mr. Bos bule berusaha berubah.  Aku menangkap kesan, hormatnya kepadaku.  Berjalannya waktu, dikarenakan kondisiku telah berkeluarga mengharuskanku berhenti.  

Mengakhiri masa kerjaku dengan sangat manis.  "Thank you for being my daughter."  Ucapan perpisahan Mr Glynn Williams kepadaku.

Jakarta, 17 September 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun