Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Meredam Cemas Menjadi Berkat

16 Juli 2021   02:47 Diperbarui: 16 Juli 2021   02:47 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang temanku bahkan menyediakan waktunya memasak 20 paket makanan untuk mereka yang isoman.  Lalu teman yang lainnya lagi berbagi 20 paket buah untuk siapa saja yang isoman.  Kemudian teman lainnya lagi mengadakan bansos sembako untuk mereka yang terdampak ekonominya.  Ada lagi yang menjahit dan memberikan masker kepada Pak Ojol.  Luarbiasa, semuanya diberikan gratis, tanpa pamrih dan tanpa memandang suku, agama dan status sosial.  Bahkan beberapa teman lainnya hadir dengan cara paling saling menanyakan kabar sesama teman. 

Ini bukan bicara nominal, tetap ini soal hati.  Bahkan ini bicara bagaimana kita mengolah kecemasan ditengah kondisi tak menentu untuk menjadi saluran berkat.  Pandemi harusnya mengubah kita untuk tidak lagi bicara untung, dan diri sendiri.  Kita harus berubah menjadi pribadi yang lebih baik, tumbuhkan empati untuk orang lain sebagai tanda ucapan syukur.

Belajarlah berdamai dengan keadaan, dan jangan biarkan kecemasan membunuh kita berlahan dikarenakan membiarkan ketakutan menguasai kita.  Kedukaan dan kesedihan di sekitar kita harus membuat kita bangkit.  Lakukan hal berarti dengan menjadi berkat, dan dapat dimulai dari hal sederhana.  Kita dapat membantu mengingatkan prokes dan memakai masker di lingkungan sekitar kita misalnya.

Inilah yang aku berserta komunitas dan sahabat-sahabatku lakukan.  Kami mengubah cemas menjadi optimisme dengan memberkati dan berbagi kabar baik.  Sebab kami percaya, kita tidak boleh terjebak oleh kondisi yang mengerikan ini.

Tetapi sebaliknya, kitalah yang mengendalikan bagaimana akhir kondisi ini nantinya.  Menurutku, kecemasan dan ketakutan tergantung dari bagaimana kita mengendalikan isi kepala, dan menyelaraskannya dengan hati.

Inilah sepenggal ceritaku menjalani hari dimasa pandemi, meredam cemas menjadi berkat.  Tidak hanya aku, tetapi teman dan komunitas tempatku bergabung kini semakin hidup.  Kami tidak lagi dipenjara oleh kecemasan.  Saling memotivasi dan berbagai pengetahuan membuat kami menjadi berarti, dan rindu menjadi berkat bagi orang lain.

Jakarta, 16 Juli 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun