Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Megalomania, Gangguan Kejiwaan Sulit Dikritik

13 Februari 2021   14:26 Diperbarui: 13 Februari 2021   14:51 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.tribunnewswiki.com/

Pernah mengalami atau bertemu dengan orang yang merasa paling benar sedunia?  Bagaimana rasanya, nyebelin atau jadi tantangan tersendiri?  Rasanya sih berhadapan dengan model seperti ini bakal menghabiskan seluruh kesabaran kita, jika kita tidak tahu.  

Lha...kok begitu, memangnya ada bedanya?  Jawabannya ada, karena orang maha benar, dan pantang menerima kritikan ini ternyata sebuah gangguan kejiwaan!

 Gangguan ini bernama delusions of grandeur atau megalomania, yang membuat pengidapnya selalu membesarkan dirinya secara berlebihan sehingga tertanam pada dirinya paling hebat, paling unggul, dan paling berkuasa.

Berasal dari bahasa Yunani, Megalo, yang artinya sangat besar, hebat, atau berlebih-lebihan.  Megalomania termasuk kategori gangguan kepribadian, dimana penderitanya tidak bisa membedakan antara nyata dan tidak nyata.  Itulah sebabnya mereka tidak tertarik pada refleksi diri, bahwa dirinya bermasalah karena menganggap dirinya benar. 

Prilaku gangguan kejiwaan ini bisa dikenali pada orang-orang yang mabuk kekuasaan atau diktator, salah satu contohnya Aldof Hitler (pemimpin Nazi), Hugo Chavez (Presiden Venezuela), dan Alexander Agung (pemimpin perang).

Mengambil contoh, sejarah mencatat ambisi Hitler menjadikan Jerman sebagai Lord of the Earth.  Demi mewujudkan ambisinya, Hitler menghabisi menghabisi ras-ras yang dianggapnya jelek ketika itu.

Ciri-ciri Megalomania

  1. Tidak mau dikritik
    Menurut mereka, dirinya paling benar, paling baik dan sempurna sehingga tidak butuh pendapat orang lain.  Pengidap megalomania akan menyalahkan orang lain jika dikritik, dengan dalih dirinya maha benar dan serba tahu.

  2. Selalu ingin jadi pemimpin
    Menurut mereka, dirinya sangat pantas sebagai ketua dan posisi tertinggi dibandingkan orang lain.

  3. Selalu minta dihargai
    Pengidap megalomania mempunyai harga diri sangat tinggi.  Itulah sebabnya mereka selalu ingin orang lain menghargai kerja kerasnya.  Tanpa memperdulikan apakah yang dilakukan telah merugikan orang lain atau tidak.

  4. Mudah marah
    Dikarenakan para penderita megalomania adalah kelompok self centre atau orang yang hanya terpusat pada dirinya, maka mereka sangat sulit menerima masukan.  Pendapat berbeda yang bertentangan dengan mereka akan disikapi dengan emosi dan kemarahan.

  5. Selalu merendahkan orang lain
    Seorang Megalomania menganggap serba mampu menyelesaikan semua hal, dan ingin mendapat sanjungan serta pujian dari orang lain.  Bagi mereka, orang lain tidak akan mampu mengerjakan, karena hanya merekalah yang terbaik, terpintar, dan terhebat.

  6. Ingin orang lain takut kepadanya
    Mereka pengidap megalomania cenderung membuat kondisi orang lain takut kepada mereka, dan cenderung menekan atau membuat orang tertekan.

  7. Delusi memiliki relasi dan kekuatan yang hebat
    Para penderita megalomania berimajinasi bahwa dirinya memiliki relasi dan kekuatan hebat.  Delusi bukan halusinasi, karena halusinasi adalah dimana merasa mendengar suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada.  Sedangkan delusi adalah gangguan pemikiran seseorang yang meyakini sesuatu tetapi nyatanya tidak sesuai kenyataan.

  8. Mencari pendukung
    Para penderita megalomania umumnya memiliki kemampuan sebagai pemimpin dan kelebihan mempengaruhi orang lain.  Itulah sebabnya, mereka senang jika memiliki pengikut karena mereka akan mendapatkan penghormatan, pujian dan sanjungan dari pendukungnya.

Menurut pendapat ahli, Sigmund Freud (1856-1939), dikatakan narsisistik (narcissistic) termasuk kategori megalomania, karena juga diketemukan kecenderungan pengagungan diri berlebihan.

Sedangkan pendapat lainnya, Rita L. Atkinson dkk di dalam buku Pengantar Psikologi (1993:281) menyebutkan bahwa megalomania termasuk narcissistic personality disorder (gangguan kepribadian narsisistik).  

Dimana pengidapnya adalah orang yang mempunyai ambisi pribadi yang melambung tinggi dan dipenuhi dengan khayalan sukses.  Selalu mencari pujian dan perhatian, tidak peka terhadap kebutuhan orang lain, dan justru sering mengeksploitasinya

Penyebab megalomania tidak diketahui dengan pasti.  Tetapi, para ahli menyakini sejauh ini faktor biologis dan genetic adalah kemungkinan terbesarnya.  Menurut seorang ahli klinis Steve Bressert, gangguan kepribadian megalomania merupakan gambaran pola perilaku yang sudah lama dan bertahan lama.  

Mereka paling sering didiagnosis pada usia dewasa, dan jarang bisa didiagnosis pada usia muda.  Beberapa kemungkinan faktor penyebabnya, adalah:

  • Penyakit mental di keluarga
  • Ketidakseimbangan kimia dalam otak (neurotransmitter)
  • Stres
  • Penyalahgunaan narkoba
  • Kurangnya interaksi sosial

Pertanyaannya, apakah megalomania bisa disembuhkan?

Ngerinya jawabannya tidak.  Para pengidap megalomania sulit menerima kekalahan, karena bagi mereka dirinya yang terbaik.  Justru mereka akan membalik cerita seperti terzolimin atau dicurangin.  Terbaik untuk mengatasinya adalah mengurangi melalui pendekatan personal melalui terapi oleh ahlinya.

Begitulah sekilas gambaran jika mungkin dalam pergaulan kita bertemu dengan orang-orang yang modelnya seperti ini.  Tidak ada gunanya kita berdebat, karena mereka sendiri tidak menyadari betapa menyebalkannya mereka.  

Langkah terbaik adalah tidak usah memperkeruh suasana dengan adu argument, ngotot dan berbagai tindakan yang menghabiskan energi.  Justru nantinya kondisi makin parah.  Sikapi saja dengan bijak, menjaga jarak agar tidak terpancing larut dalam kondisi yang nantinya berakhir panas.

Jakarta, 13 Februari 2021

Sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun