Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenal Megalomania, Gangguan Kejiwaan Sulit Dikritik

13 Februari 2021   14:26 Diperbarui: 13 Februari 2021   14:51 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.tribunnewswiki.com/

  • Delusi memiliki relasi dan kekuatan yang hebat
    Para penderita megalomania berimajinasi bahwa dirinya memiliki relasi dan kekuatan hebat.  Delusi bukan halusinasi, karena halusinasi adalah dimana merasa mendengar suara atau melihat sesuatu yang sebenarnya tidak ada.  Sedangkan delusi adalah gangguan pemikiran seseorang yang meyakini sesuatu tetapi nyatanya tidak sesuai kenyataan.

  • Mencari pendukung
    Para penderita megalomania umumnya memiliki kemampuan sebagai pemimpin dan kelebihan mempengaruhi orang lain.  Itulah sebabnya, mereka senang jika memiliki pengikut karena mereka akan mendapatkan penghormatan, pujian dan sanjungan dari pendukungnya.
  • Menurut pendapat ahli, Sigmund Freud (1856-1939), dikatakan narsisistik (narcissistic) termasuk kategori megalomania, karena juga diketemukan kecenderungan pengagungan diri berlebihan.

    Sedangkan pendapat lainnya, Rita L. Atkinson dkk di dalam buku Pengantar Psikologi (1993:281) menyebutkan bahwa megalomania termasuk narcissistic personality disorder (gangguan kepribadian narsisistik).  

    Dimana pengidapnya adalah orang yang mempunyai ambisi pribadi yang melambung tinggi dan dipenuhi dengan khayalan sukses.  Selalu mencari pujian dan perhatian, tidak peka terhadap kebutuhan orang lain, dan justru sering mengeksploitasinya

    Penyebab megalomania tidak diketahui dengan pasti.  Tetapi, para ahli menyakini sejauh ini faktor biologis dan genetic adalah kemungkinan terbesarnya.  Menurut seorang ahli klinis Steve Bressert, gangguan kepribadian megalomania merupakan gambaran pola perilaku yang sudah lama dan bertahan lama.  

    Mereka paling sering didiagnosis pada usia dewasa, dan jarang bisa didiagnosis pada usia muda.  Beberapa kemungkinan faktor penyebabnya, adalah:

    • Penyakit mental di keluarga
    • Ketidakseimbangan kimia dalam otak (neurotransmitter)
    • Stres
    • Penyalahgunaan narkoba
    • Kurangnya interaksi sosial

    Pertanyaannya, apakah megalomania bisa disembuhkan?

    Ngerinya jawabannya tidak.  Para pengidap megalomania sulit menerima kekalahan, karena bagi mereka dirinya yang terbaik.  Justru mereka akan membalik cerita seperti terzolimin atau dicurangin.  Terbaik untuk mengatasinya adalah mengurangi melalui pendekatan personal melalui terapi oleh ahlinya.

    Begitulah sekilas gambaran jika mungkin dalam pergaulan kita bertemu dengan orang-orang yang modelnya seperti ini.  Tidak ada gunanya kita berdebat, karena mereka sendiri tidak menyadari betapa menyebalkannya mereka.  

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
    Lihat Humaniora Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun