Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Komunikasi Membuat Lansia Bahagia

8 Januari 2021   14:34 Diperbarui: 8 Januari 2021   22:41 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tetapi, adekku memberikan solusi dengan menyediakan tab dan gadget.  Tidak hanya itu, adekku juga mengajarinya cara ber WA dan membuatkannya FB. Heheh...seperti menemukan kembali dunianya, maka inilah cara mama untuk kembali berkomunikasi dengan teman-temannya meskipun tidak bisa bertemu fisik. 

Termasuk juga misalnya, mencari sendiri lagu-lagu rohani, ataupun lagu nostalgia di zamannya dulu.  Hal baru ini terbilang efektif, karena mama dituntut untuk belajar menggunakan gadget dan media sosial.  Sehingga membuatnya terpacu mengikuti perubahan zaman, walau tentu sesuai kemampuannya.   Hehehh..

Percaya tidak percaya, di usia 78 tahun mamaku ini sering mendapatkan kepercayaan dari komunitas keluarga kami misalnya untuk menggalang dana, ataupun acara keluarga besar lainnya.  Kepercayaan inilah yang membuatnya bahagia, menemukan dunianya yang baru.  Mama akan disibukkan dengan aktivitasnya sendiri yang membuat dirinya merasa berarti dan dihargai.  Mungkin sih bagi orang lain tidak penting.  Heheh...lha...iyalah, khan tidak berada di posisi seperti itu, dan setiap orang juga berbeda karakter yang mempengaruhi saat dirinya lansia nanti.

Kita semua pernah menjadi bayi, kanak-kanak, remaja dan dewasa, tetapi belum pernah menjadi lansia.  Kesepian, merasa tidak berharga dan hilangnya kepercayaan membuat banyak lansia kehilangan kebahagiaannya.  Sementara kita yang tidak di posisinya menganggap mereka terlalu lebay.  Duuhhh..menurutku sih lucu, bagaimana kita menilai dan menyudutkan lansia seperti itu, sementara kita sendiri belum di posisi lansia.

Bukan hal yang sulit sebenarnya, untuk berkomunikasi ataupun memberikan kepercayaan kepada lansia sesuai kapasitasnya saja.  Ini dapat membantu lansia bahagia karena merasa berharga, dan masih berarti untuk orang banyak, seperti bapakku yang menutup mata di usia 82 tahun, dan ompungku di usia 94 tahun.

Berbagi pengalaman dan inspirasi.  Sekaligus juga mengetuk hati mengingatkan, bahwa saatnya nanti kita pun bisa jadi berada di posisi lansia.  Jadi, ada baiknya kita belajar memahaminya sedari dini.  Libatkan anak-anak kita untuk menghargai dan menghormati kakek dan nenek, atau lansia yang ada di sekitar kita.  Ini pelajaran berharga yang akan terus diwariskan menjadi nilai moral yang penting.

Jakarta, 8 Januari 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun