Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Terang dan Garam

28 November 2020   17:13 Diperbarui: 28 November 2020   17:19 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu dengan sebisanya aku berbicara optimis kepada mereka.  Berdoa saja, besok siang namanya masih aman, kataku.

Iya, tidak ada yang bisa aku buat.  Hanya berbagi ilmu dan memberikan waktuku serta seluruh pengetahuan mengenai PPDB yang bisa aku lakukan.

Kemudian, aku meminta password si anak.  Alasannya untuk memantau posisi namanya nanti.  Kemudian merekapun pulang dengan wajah yang galau.

Malam itu aku memilih begadang, membuka website PPDB 2019 demi anak Mas Dodo.  Aneh?  Enggak tuh, karena wajah harap mereka itu justru jadi penyemangatku.

Benaran sampai subuh aku memeloti namanya, dan ketika aku melihat namanya tersingkir.  Sigap aku langsung memilih sekolah lain berdasarkan skala prioritas yang kami bicarakan sore tadi.  Hingga akhirnya jam 05.00 pagi aku jatuh tertidur setelah sempat 2 kali berhasil memasukkan nama anak ini ke sekolah lain karena tersingkir.  Lalu tersentak kaget sekitar pukul 06.00 pagi saat kedua anakku membangunkan.  "Mama, bagaimana anak Mas Dodo?" kata mereka.  Lalu segera aku mencari nama itu, dan Puji Tuhan masih aman duduk manis di salah satu SMA Negeri.

Pagi itu sekitar pukul 07.00 pagi terdengar suara Mas Dodo, "Yur...sayurrr...," teriaknya.  Aku berlari seperti biasanya belanja.

"Duh..non, nama anakku masih ada yo.  Doakan yah non sampe siang nanti ada," katanya berbinar.

Polos, sama sekali Mas Dodo yang sederhana ini tidak paham.  Heheh...tapi tidak perlu Mas Dodo tahu kalau semalam aku begadangan ditemanin 2 gelas kopi.

Ada rasa bahagia yang sulit diungkapkan melihat semangat di wajah tukang sayurku itu.  Padahal saat itu saja masih banyak kemungkinan terjadi.  Aku sudah bertekad, akan berjaga lagi sampai batas akhir siang jam 15.00 nanti.

"Sreng..sreng...," suara tumis kangkung, goreng ikan dan sambel menemani makan siang anakku nanti.  Masak sederhana saja supaya bisa fokus melototi website kataku dalam hati.

Kejadian!   Sempat kembali namanya tersingkir sekitar pulul 13.00 kalau aku tak salah.  Lalu seperti pesilat handal aku loncat memilih sekolah lain.  Bagiku yang penting, anak ini diterima di sekolah negeri.  Itu saja dulu!  Sedangkan mau atau tidaknya khan nanti ada wajib lapor.  Barulah mereka putuskan lanjut atau lepas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun