"Shin, Mukti sudah nggak ada. Â Barusan aja tante mamanya Mukti ngasih tahu kita Shin. Â Jiwanya nggak tertolong karena kehabisan darah akibat hantaman truk itu Shin," suara itu entah kenapa seperti palu yang menghantam hati Shinta dengan kerasnya.
Terpaku kaku berdiri Shinta di koridor rumah sakit itu. Â Airmatanya jatuh, entah karena kehilangan sahabat ataukah karena kehilangan cinta yang tak sempat terucap.
"Gw suka elu Mukti," bisik Shinta pelan. Â Berlahan kakinya melangkah meninggalkan rumah sakit, menutup ceritanya yang tak pernah berjudul.
Teruntuk sahabatku Shinta dan kasih tak sampainya, Mukti.
Jakarta, 1 Oktober 2020
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!