Mohon tunggu...
Desya AdrimiyaPuspita
Desya AdrimiyaPuspita Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa aktif yang terletak di kampus jakarta, yang mempunyai keterkaitan tentang berkomunikasi dengan baik, kuliner, dan mengetahui seseorang lebih dalam karena mempunyai kepekaan yang cukup tinggi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Tindakan Aktor dalam Pendekatan Fungsionalisme Struktural Menurut Talcott Parsons

20 September 2022   10:11 Diperbarui: 20 September 2022   10:31 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Siapa yang tidak mengenal Talcot Parsons? Tokoh Sosiolog Amerika yang berpengaruh pada abad dua puluh dengan teori tindakan sosialnya yang menggunakan pendekatan fungsionalisme struktural terhadap masyarakat. Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana teori tersebut yang dimaksudkan oleh Talcot Parsons, kita mengenal terlebih dahulu siapa itu Talcot Parson?

Talcot Parsons lahir pada tanggal 13 Desember 1902 di Colorado dari keluarga yang religius dan intelektualis, karena ayahnya yang seorang pendeta dan profesor. Pengalaman yang sudah dilaluinya membuat Talcot Parsons menjadi seorang Sosiolog Amerika yang luar biasa di masa mudanya. Di tahun 1924, ia menyelesaikan gelarnya di Amherst. Lalu melanjutkan disertasi di London School of Economics. Tahun 1927, ia menjadi seorang pendidik dengan mengajar di Heldelbarg dan Harvard. Di tahun 1937, Parsons mengeluarkan sebuah buku berjudul The Structur Social Action yang membuat ia cukup dikenal. Di tahun 1951, ia mengeluarkan buku yang berjudul The Social System. Dari dua buku tersebut, pemikiran Talcot Parsons berpengaruh terhadap masyarakat, terutama bagi negara berkembang.

Fungsionalisme Struktural Menurut Talcot Parsons

Talcot Parsons menganatomikan masyarakat mengenai tindakannya di dalam suatu sistem sosial dengan menggunakan pendekatan fungsionalisme struktural yaitu sebagai tubuh manusia yang mempunyai fungsi nya masing-masing. Dimana masyarakat terintegrasi atas nilai-nilai yang disepakati di dalam suatu masyarakat melalui perbedaan. Nantinya, akan membentuk sebagai sistem ke dalam suatu bentuk keseimbangan dan menimbulkan suatu ketergantungan karena mempunyai fungsi dalam menjalankan perannya masing-masing. Sistem sosial adalah Interaksi yang dijalankan oleh individu sebagai aktor. Aktor disini mempunyai kombinasi yang mengorientasikan pola nilai sebagai fungsi struktur peran dalam mencapai kepuasan, sehingga ada motivasi lalu dimediasikan terhadap simbol-simbol seperti aturan, nilai, norma, dll yang dijalankan bersama secara terstruktur.

Dalam sistem sosial, Parsons menekankan peran aktor adalah suatu hal penting. Akan tetapi ia melihat bahwa aktor sebagai penerima pasif yang hanya mengemban dari aktor lain. Oleh karena itu menurutnya, harus ada integrasi pola nilai dalam sistem antara aktor dengan struktur sosialnya melalui cara internalisasi dan sosialisasi. Dimana ketika proses sosialisasinya berhasil, norma dan nilai itu diinternalisasikan lalu secara tidak langsung nanti akan menjadi bagian dari kesadaran aktor. Aktor dalam melakukan tindakannya memiliki kebebasan dalam memilih alat dan tujuannya yang dikendalikan oleh nilai, norma, dan orientasi subjektif berupa orientasi motivasional dan nilai. Parsons mengembangkan konsep imperatif fungsional agar suatu sistem dapat bertahan. Imperatif dikenal sebagai AGIL yang  merupakan singkatan dari

  • Adaptation, yang mana masyarakat mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dalam menanggulangi situasi eksternal seperti mengumpulkan sumber daya dan distribusi barang jasa. Dapat dikatakan subsistem ekonomi berperan dalam hal ini.  
  • Goal attainment, yang mana masyarakat dalam suatu sistem perlu mengatur dan menyusun tujuan-tujuan masa depan dan membuat keputusan yang sesuai dengan tujuan tersebut seperti melalui suatu kenijakan yang dibuat. Dapat dikatakan subsistem politik berperan dalam hal ini.  
  • Integration, yang mana dapat mengatur hubungan dengan mempertahankan keterpaduan kompenen sehingga membentuk solidaritas dan harmonisasi anggota. Dapat dikatakan subsistem sosial berperan dalam hal ini.  
  • Latency, yang mana dapat memelihara nilai dan norma untuk kelestarian masyarakat, menciptakan, dan menopang agar dapat memotivasi aktor dalam bertindak di suatu sistem. Dapat dikatakan subsistem budaya berperan dalam hal ini.  

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun