"Tiara.....Kenari pengen bunuh diri...." kata Zamrud ketika Mutiara mulai merasa sangat sangat terganggu dan mulai tergugu.
Dilema Mutiara sebagai seorang istri. Zamrud adalah lelakinya. Terikat dalam ikatan suci yang sah. Hati kecilnya berkata, tak ada yang boleh mengganggunya.
Zamrud tak pernah menutup-nutupi masalah yang sedang dihadapi Kenari. Suami Kenari sangat temperamen, kasar dan suka memukul. Sering membawa teman wanita yang tak jelas asalnya menginap di rumah ketika Kenari sedang ada dinas keluar kota.
Sesekali Zamrud mengajaknya berdiskusi, mencoba mencari jalan keluar terbaik bagi Kenari dalam menghadapi tingkah suaminya yang menjadi-jadi.
Menjaga hati, sungguh ujian yang sangat berat bagi Mutiara. Satu sisi dia percaya dengan suaminya tak akan ada apa-apa. Semua akan baik-baik saja. Sisi hatinya yang lain mengingatkan, ada yang tak beres dengan Zamrud dan Kenari.
Tidak bisakah Kenari mencari orang lain untuk masalahnya ? Tidakkah Zamrud membaca api yang mulai terpantik ?
Dengan lembut dan hati-hati, kembali Mutiara mengingatkan. Agar tidak terlibat terlalu jauh, apalagi perasaan mulai terpengaruh lebih mendalam.
Lagi-lagi Zamrud berdalih, tak ada orang lain yang didengar oleh Kenari. Dia sudah terlampau sakit dan hampir putus asa. Zamrud suaminya sedang menyadarkan Kenari agar jangan sampai bunuh diri. Karena semua masalah ada jalan keluarnya.
Suara air hujan yang deras dan petir menggelegar membangunkan Mutiara dari mimpi. Memutus ingatan akan peristiwa masa lalu yang bagai baru terjadi kemaren sore. Begitu membekas di hati dan melukai. Luka yang dalam tak mudah disembuhkan.
Kelebat-kelebat peristiwa itu sangat melekat dalam kalbu dan membebat. Mutiara tak dapat menahan air mata dan rasa hati yang teriris.
Ingatan peristiwa yang membuatnya diam seribu bahasa tak mampu berkata-kata. Ketika akhirnya Zamrud meminta izin untuk menikahi Kenari demi menyelamatkannya dari putus asa yang sesat.
