Mohon tunggu...
Desti Anjani Widyaningrum
Desti Anjani Widyaningrum Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswa Akuntansi Universitas Pembangunan Jaya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahaya Malas Membaca di Era Informasi Instan

20 Desember 2023   10:56 Diperbarui: 20 Desember 2023   11:24 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Think before you speak. Read before you think -- Fran Lebowitz

Di zaman yang sangat modern ini, informasi dapat dengan mudah diakses hanya dengan beberapa klik saja. Sayangnya, tren mengejar informasi instan cenderung meningkat, terutama di kalangan anak muda sekarang. Banyak anak muda yang termakan berita hoax karena hanya membaca judulnya saja. Kenapa bisa terjadi? Yaa, karena kebanyakan anak muda sekarang malas untuk membaca. Menurut sebagian dari mereka, membaca itu kegiatan yang membosankan dan bisa membuat kepala menjadi pusing.

Menurut data UNESCO "Indonesia berada diurutan kedua dari bawah soal literasi dunia. Minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah dan memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca!".  Sebuah penelitian dari World's Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.

Lalu dari mana masyarakat Indonesia mendapat informasi? 

Di zaman sekarang, semua kalangan masyarakat dari anak muda hingga dewasa pasti sudah memiliki gadget. Menurut Kemenkominfo, 89 persen atau 167 juta penduduk Indonesia sudah menggunakan smartphone dan warga Indonesia bisa menatap layar smartphone kurang lebih 9 jam sehari. Anak muda saat ini lebih tertarik dengan cara mendapatkan informasi yang lebih instan. Hanya dengan membuka berita di gadget mereka bisa langsung mendapatkan informasi terbaru. Media sosial seperti Instagram, Twitter, Tik Tok dan Facebook menjadi sumber utama mereka untuk memperoleh berita terkini. Potongan video, grafik yang menarik, atau bahkan meme sering kali lebih disukai dibandingkan dengan membaca artikel yang panjang. Dalam keadaan seperti ini, banyak yang cenderung hanya membaca judul artikel tanpa membuka dan membaca konten sebenarnya. Fenomena ini mengakibatkan anak muda cenderung menyaring informasi hanya melalui judul dan gambar tanpa memeriksa kebenaran atau keakuratan informasi tersebut. Ini menciptakan ketidaksetaraan informasi dan memberikan celah bagi berita palsu untuk berkembang.

Jika dibiasakan seperti itu terus-menerus, pengetahuan dan pemikiran mereka tidak akan luas dan berkembang. Membaca bukan hanya sekadar untuk mendapat informasi, tetapi juga ada proses di mana kita harus menganalisis dan memahami tulisan tersebut. Dengan membaca, seseorang dapat mengembangkan intelektualitasnya, meningkatkan pemikiran kritis, dan memperluas pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh dari membaca lebih mendalam dan berkelanjutan dibandingkan dengan informasi instan dari media sosial.

"Membaca bukan hanya tentang mengisi kepala Anda dengan informasi, tetapi juga tentang membuka hati Anda untuk hal-hal baru." -- Sarah Clarkson

Mulai biasakan membaca dari artikel atau buku ringan yang sesuai dengan minat, contohnya seperti cerpen dan novel fiksi. Dari bacaan tersebut, kita bisa mendapat pelajaran hidup yang bisa diimplementasikan di kehidupan sehari-hari, selain itu kita juga dapat menenangkan diri atau pikiran saat stres terjadi. Menurut penelitian Sekar langit (2023) dari website kompasiana "Membaca novel fiksi mengajarkan kita untuk lebih berempati kepada orang lain, dengan membayangkan cerita tersebut dapat membantu mengaktifkan daerah otak yang bertanggung jawab untuk lebih memahami orang lain dan membuka pikiran kita tentang dunia dan perspektif yang baru, novel juga membantu kita mengeksplorasi emosi yang kompleks, dapat meningkatkan kemampuan interaksi sosial dan meningkatkan daya ingat".

Tahu ngga? Malas membaca juga mempunyai dampak negatif, loh! 

Kalau kamu malas membaca atau bahkan tidak suka membaca maka akan memengaruhi pengetahuan dan wawasan kamu sehari-hari. Hal ini berpengaruh dalam proses dan cara seseorang untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Selanjutnya, kesulitan mengutarakan pendapat atau pola penyampaian komunikasi diri seseorang akan terpengaruh karena jika kamu tidak membaca maka kamu tidak memiliki istilah dan kosakata yang baru dari buku-buku. Selain itu, dapat menghambat kreativitas karena buku bisa menjadi sumber ide dan inspirasi bagi seseorang. Pola pikir yang dangkal juga salah satu dampak negatif malas membaca buku, hal ini akan langsung terlihat dari cara seseorang melihat dirinya sendiri yang merasa bahwa dirinyalah yang paling benar di antara banyak orang. Setelah mengetahui dampak negatif malas membaca, apakah kamu akan tetap melakukannya?

Untuk menghindari jebakan berita palsu, anak muda perlu menyadari bahaya membaca hanya judul dan mulai mengembangkan kebiasaan membaca konten secara menyeluruh. Peran orang tua, pendidik, dan masyarakat sangat penting untuk mengedukasi anak muda tentang pentingnya membaca sebagai cara untuk memperluas pengetahuan, meningkatkan pemikiran kritis, dan melawan bahaya penyebaran berita palsu. Dengan demikian, dapat diharapkan bahwa anak muda dapat menjadi konsumen informasi yang lebih cerdas dan kritis di masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun