Mohon tunggu...
Dessy Liestiyani
Dessy Liestiyani Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta, mantan kru televisi, penikmat musik dan film

menggemari literasi terutama yang terkait bidang pariwisata, perhotelan, catatan perjalanan, serta hiburan seperti musik, film, atau televisi.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

[Resensi Film] Mengenal Elvis Presley Melalui "Elvis" (2022)

6 Desember 2022   21:46 Diperbarui: 10 Desember 2022   09:56 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

*

Saya percaya jalan hidup seseorang telah digariskan Pencipta-nya. Bagaimana akar ruhnya, bagaimana lakon hidupnya, dan bagaimana akhir nafasnya. Saya sendiri suka membayangkan bagaimana akhir hidup saya nantinya. Saya tahu, ini rahasia Tuhan; Sang Pencipta saya. Tapi, apakah tabu jika sekadar mengira-ngira?

Ya, saya suka melamunkan apakah saya nanti akan mati menua? Atau, roh saya akan terbang menyaksikan jasad saya yang terbujur kaku bersimbah darah? Atau, apakah saya akan bernasib seperti beberapa artis yang berkalang tanah di puncak karirnya, puncak kesuksesannya, puncak kejayaan hidupnya? Seperti penyanyi dan aktor Hollywood Elvis Presley, yang kematian tragisnya di usia 42 tahun membuat kita tak akan pernah bisa membayangkan bagaimana sosoknya jika menua!

Ketika menyebut nama beliau, apa yang pertama kali terbayang di benak kalian? Sesosok "satria bergitar" klimis dengan rambut stylish-nya? Atau celana cutbray yang berkibar-kibar? Bagaimana dengan gaya bernyanyinya yang khas menghentak-hentakkan kaki serta pinggul? Atau suara beratnya yang sangat maskulin; sangat "laki-laki"? Atau, mungkin kalian hanya mengenal namanya karena beliau mewakili idola era ABG; Angkatan Babe Gue, atau malah Angkatan Buyut Gue?

Bagaimana pun kalian mengingatnya, saya yakin kalian sepakat bahwa Elvis Presley adalah salah seorang artis yang kepopulerannya melintasi generasi. Tanpa perlu dijelaskan oleh papah, mamah, om, tangteh, oma, opa, atau Si Komo, sosok Elvis Presley sepertinya tetap bisa dikenal bahkan oleh bocah-bocah zaman now. Gaya dan penampilannya memang berbeda, dan karya-karyanya sungguh istimewa.

Buktinya, sampai saat ini penjualan album-albumnya masih saja mendulang sukses. Mengutip laman bbc.com, dari data yang dikumpulkan majalah Forbes tercatat bahwa pada 2016 saja sang mendiang masih tetap mampu meraih pendapatan 27 juta US Dolar atau sekitar 361 miliar rupiah, dan satu juta albumnya masih laku terjual. Gilaaak. Gilaaak.

Elvis memang megabintang. Padahal, sudah lebih empat puluh tahun sejak kematiannya di 1977. Namun sampai saat ini pun orang-orang masih mengingatnya, masih meniru penampilannya, masih berusaha "menghidupinya" walaupun sekadar untuk meramaikan festival-festival kostum. Yeee kan?

Tapi tahukah kalian bahwa di zamannya, sang bintang sempat menjadi kontroversi karena pemerintah setempat saat itu menganggap sang bintang menampilkan gerakan yang provokatif sensual? Elvis pun sempat dijuluki "Elvis the pelvis". 

Buat yang nggak tahu dan males buka google translate, 'pelvis' itu artinya panggul. Yoi, gerakan panggul yang menjadi stage act khas beliau dinilai berbahaya karena dianggap bernuansa sensual yang (bisa) memprovokasi audience-nya. Beliau kemudian sempat manut, mengubah gayanya menjadi lebih "kalem". Perkara ini yang kemudian diangkat di film biografi beliau di pertengahan 2022 lalu berjudul "Elvis". Kecuali kalian adalah penggemar fanatiknya, saya yakin tidak semua orang tahu hal ini.

Saya sempat melihat satu-dua kali thriller film ini di bioskop, sekitar pertengahan 2022 lalu. Saya sebenarnya bukan penggemar fanatik Elvis Presley, hanya seorang pendengar musik yang tentu saja mengenal beberapa karya beliau yang melegenda. Thriller tersebut menarik perhatian saya, dan membuat saya memendam hasrat untuk menontonnya. Saya berharap akan merasakan sensasi yang sama seperti ketika menonton "Bohemian Rhapsody" di 2018, yang mengisahkan perjalanan karir band "Queen".

"Bohemian Rhapsody" sukses meninggalkan kesan emosional yang cukup dalam bagi saya. Bukan saja karena lagu-lagu hits Queen wara-wiri sepanjang tayangan bikin nggak tahan sing along, atau kepincut dengan akting ciamik Rami Malek sebagai Freddie Mercury. Namun, sebagai penonton saya merasa sedang "menyelami" kehidupan Freddie Mercury, mengenal bagaimana karakternya, serta diajak menyaksikan "sejarah" terciptanya lagu-lagu hits mereka. Bagi saya, hal-hal tersebut terasa menyenangkan, dan meninggalkan kesan yang membahagiakan selepas menonton.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun