Mohon tunggu...
Desiwy Widyawaluyanda
Desiwy Widyawaluyanda Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswi Jurusan Ekonomi Syariah Fakultas FEBI kampus IAIN TULUNGAGUNG

Aku akan terus mencarinya walaupun itu tak terbayang dengan jelas :)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kardus Shankara (3)

22 Desember 2020   17:00 Diperbarui: 22 Desember 2020   17:13 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Mengingat ia yang sudah sukses sekarang tiap bulannya ia mengirimi Nuji dan bibinya uang saku untuk hidup. Ia juga berencana mengajak Nuji dan bibinya pindah kekota namun karena adiknya masih kelas 5 SD dan harus mengejar ketertinggalannya dahulu, rencana itu pun tertunda. Ia juga masih sering mengunjungi Aboji dan rekan-rekannya untuk sekedar silaturahmi.

Sampai suatu hari, Nuji menelponnya dari kampung halamannya. Sontak membuat Agus kaget setengah mati. Bagaimana ia bisa menelpon di desa yang bahkan internet saja tidak ada.

"Aku sedang berada dipelabuhan bersama bibi kak. Ini aku menggunakan telepon mahasiswa yang akan mengunjungi desa kami. Ia memiliki nomor kakak karena kata mereka kakak sangat terkenal di kota." Suaranya terdengar sangat bahagia membuat hati Agus terharu.

"Kakak tau, aku dan bibi akan mengunjungi kakak hari ini. Kami akan berangkat hari ini. Kau harus menyiapkan banyak hadiah untukku kak," sambungnya. "Aku ingin menceritakan semua pengalamanku disekolah dan dirumah. Termasuk perkara sikap bibi juga. ah kau tau kak. Semenjak dia menerima uang darimu, dia langsung menangis kak. Sepertinya dia akan meminta maaf padamu karena sudah jahat selama ini. Dia benar-benar khilaf. Sekarang dia bersamaku."

"Perjalanan yang akan kau tempuh 6 jam Nuji. Kau harus makan yang banyak agar kuat menahan ombak. Kalau kau mabuk nahkoda takkan membiarkanmu duduk di kapal. Hahahaha." Tawa Agus karena leluconnya. "Oh, itu mudah. Akan kusuruh kakakku yang tampan ini membeli kapalnya. Dengan begitu kau yang akan menjadi nahkodanya kan. Kau pasti tak sampai hati melemparku ke laut saat mabuk."

"Adik bandel. Nanti saat kau tiba, kau harus mencari mobil berwarna putih dengan stiker bulan purnama di pojok kaca depan. Itu mobilku. Aku tak akan mencarimu. Jika selama 1 jam belum terdengar ketukan akan ku tinggal kau di pelabuhan. Ingat!"

"Kakak yang bandel, harusnya kakak-" tuuuuuuuuuuuuuuuuuut. Sambungan terputus.

"Ahh mungkin pulsanya habis." Agus melanjutkan membuat kerajinan lagi dengan penuh senyum di pipinya. Terngiang suara adiknya yang sangat lucu membuat rindunya menggebu tak sabar menunggu jam kedatangan mereka walaupun suasana langit mendung membuatnya sedikit khawatir akan keselamatan mereka berdua.

Langit makin lama makin gelap. Tepat 5 jam kemudian ia harus menjemput Nuji dan bibinya. Kali ini ia merasakan sesuatu yang janggal. Ia segera berpamitan dengan pegawainya dan bergegas menuju pelabuhan. Melihat langit yang sangat gelap membuat rasa khawatirnya makin pekat. 

Firasatnya buruk tiap kali ia mengingat adik dan bibinya. Hingga tiba di paruh perjalanan, radio mobilnya membacakan berita terkini tentang kapal bernama Ship Revolution mengalami kecelakaan dikarenakan badai di tengah laut. Agus terkejut setengah mati. Adik dan bibinya berada dikapal itu. Ia pun langsung menambah kecepatan mobilnya.

Pintu pelabuhan sudah penuh oleh sekerumun orang. Ia langsung turun dan berlari berdesakan dengan orang-orang. Ia langsung melihat ujung dermaga. Kapal yang ditumpangi adik dan bibinya sudah bisa pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun