Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Mengenal "Self-Compassion", Sebuah Seni Berdamai dengan Diri Sendiri

8 Desember 2021   14:16 Diperbarui: 9 Desember 2021   01:33 1244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi self-compassion | sumber: psycom.net

Tanpa terasa, hari pengumuman pun tiba, kamu yang sudah tidak sabar lagi ingin melihat hasilnya mulai mengutak-atik laptopmu. Dan perasaan harap-harap cemas terus merajai pikiranmu. 

Setelah kursor berwarna putih tersebut menari-nari di layar monitor dan menekan tanda login, seketika itu, matamu terbelalak melihat hasil dari pengumuman tersebut, perasaan riang yang menyelimutimu seketika itu berubah menjadi sebuah kekecewaan. 

Kamu dinyatakan tidak lulus pada universitas yang telah kamu dambakan selama ini, namun, namamu malah dinyatakan lulus pada universitas yang sedari awal tidak terlalu kamu harapkan dan itu hanya sebatas pada pilihan kedua. 

Dimana semuanya tidak terjadi sesuai dengan harapanmu, kamu menelan kekecewaan. Sejenak kamu memperhatikan layar monitormu, kenapa bisa kamu diterima di kampus A, padahal kamu menginginkan untuk diterima pada kamus B. Pada saat itu, kamu merasa sangat gagal. 

Hari demi hari berlanjut sebelum jadwal pendaftaran ulang sebagai mahasiswi baru ditutup pada kampus A, sedikit demi sedikit kamu berhasil menepis perasaan galaumu, seketika itu pikiranmu berubah. 

"Ini pasti rencana terbaik dari-Nya, keinginan kuatku, ekspektasi kuatku, tidak sebanding dengan kekuasaan-Nya, semesta paling mengetahui mana yang terbaik bagi hambanya", ujarmu sambil melangkahkan kaki menuju ke universitas yang awalnya tidak kamu inginkan. 

Seiring dengan berjalannya waktu, kamu selalu menyakinkan dirimu untuk terus bersemangat serta selalu bersyukur atas apa yang terjadi. Dan berusaha dengan sebaik mungkin menempuh pendidikan di universitas (kampus A) tersebut.

Hingga akhirnya, kamu menyandang gelar sarjana dan dinyatakan sebagai mahasiswi lulus terbaik. 

Lebih bahagianya lagi, setelah selang satu bulan kamu dinyatakan resmi mengenakan toga, salah satu perusahaan ternama menerimamu untuk bergabung. 

Rasa syukurmu semakin kuat, inilah jawabannya, kenapa kamu malah diterima pada kampus A, bukan kampus B, karena sang Maha Pencipta telah merencanakan jalan terbaik untukmu. 

Bisa jadi, bila kamu memaksakan diri masuk di kampus B, belum tentu kamu menyandang gelar sebagai mahasiswi lulusan terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun