Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Waspadai "Rebound Relationship" Ketika Gagal Move On Jadi Penyebabnya

25 September 2021   19:25 Diperbarui: 26 September 2021   17:00 1375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gagal move on bisa jadi penyebab rebound relationship.| Sumber: Pexels/Burst via Kompas.com

Rebound relationship, ketika gagal move on menjadi salah satu penyebabnya. Adakah solusi terbaik untuk menghindari ini agar tidak mudah terjebak di dalamnya?

Move on, dua kata yang lebih dominan ditujukan kepada para penduduk bumi yang sedang diterpa perasaan galau akan urusan cintanya, terkhusus para kawula muda yang sedang diserang badai asmara. 

Kata tersebut berkumandang juga dikarenakan adanya sebab. Kemungkinan terbesar bisa disebabkan karena broken heart ataupun break up yang harus terjadi di antara keduanya. 

Apabila hal tersebut terjadi, mau tidak mau yang bersangkutan harus bisa mengibarkan bendera move on. Semua itu dilakukan demi kebaikan yang bersangkutan.

Dampak yang dihasilkan dari proses gagal move on ini tidaklah main-main, salah satunya, bisa menciptakan rebound relationship, atau yang lebih umum dikenal sebagai pola pelampiasan cinta saat belum move on dari mantan pacar.

Ilustrasi rebound relationship | sumber: onlymyhealth.com
Ilustrasi rebound relationship | sumber: onlymyhealth.com

Menurut psychology today, rebound relationship dapat terjadi ketika seseorang yang berkencan dengan orang baru tanpa sepenuhnya melupakan mantannya. 

Sedangkan menurut Mary C. Lamia Ph.D, seorang psikolog klinis dan psikoanalis yang menulis untuk psychology today, bahwa rebound relationship diyakini mengambil ruang yang ditinggalkan oleh hubungan sebelumnya. 

Ada berbagai macam faktor yang membuat seseorang yang telah break up berada di fase kesulitan move on, bahkan bisa menyentuh level gagal move on.

Semuanya bisa disebabkan karena kisah cinta yang telah dijalani sebelumnya masih melekat dengan sangat baik di ingatan, hingga kenang-kenangan indah yang masih tersimpan dengan sangat rapi. 

Dan semakin diperlengkap dengan kalimat pembelaan diri yang selalu kamu kumandangkan, "masih banyak kok yang lain, ngapain sedih, ngapain galau, dunia ini begitu luas", ujarmu. 

Hingga akhirnya, kamu mencoba untuk membuka lembar baru kembali dan mencoba mencari yang baru lagi. 

Tidak ada yang salah dengan sikapmu untuk membuka hati kembali demi mengejar cinta terbaik, cinta sejati yang akan kamu dapatkan. Namun, konsepnya akan berbeda lagi bila kamu masih terjebak dalam lingkaran masa lalu. 

Ilustrasi rebound relationship | sumber: cnnindonesia.com
Ilustrasi rebound relationship | sumber: cnnindonesia.com

Sederhananya, kamu yang baru saja break up dengan mantan pacarmu mencoba untuk membuka hati kembali dengan orang lain.

Pada awalnya, kamu mulai tertarik dengan objek sasaran yang kamu incar tersebut, jurus pendekatan (PDKT) mulai kamu jalankan. 

Namun, setelah beberapa waktu kamu menjalani masa pendekatan tersebut, rasanya, hatimu sulit menerimanya, hatimu bagaikan menolak untuk melanjutkan semua itu, dan kamu pun tidak ikhlas menjalaninya. 

Bayangan akan sang mantan pacar pun menghiasi pikiranmu tanpa henti. Kamu masih saja teringat akan kisahmu yang terdahulu, perkenalan dengan orang yang baru juga tidak sesuai dengan ekspektasi yang kamu harapkan.

Dari ilustrasi di atas, sudah terlihat secara jelas bahwa kamu masih terjebak di dalam rebound relationship, yang seharusnya tidak perlu kamu lakukan. 

Itulah sebabnya kamu harus memahami keadaan yang terjadi, demi mendapatkan sebuah solusi terkait perasaan yang kamu rasakan, seperti: 

Ilustrasi rebound relationship | sumber: insider.com
Ilustrasi rebound relationship | sumber: insider.com

1. Jangan terlalu memaksakan kehendak dengan mencari pengganti 

Ketika kamu baru saja break up dengan mantan pacarmu, ada baiknya, jangan mudah mencari pengganti. Semua itu demi kebaikan dirimu, demi kesembuhan hatimu. 

Dengan kamu "asal" mencari pengganti agar terlihat sudah move on di mata mantan pacar, itu sama saja dengan kamu telah membohongi dirimu secara utuh.

Terlebih lagi, bila kamu menjalaninya tidak dengan sepenuh hati, percayalah, perasaanmu semakin tidak karuan, pikiranmu akan semakin bercabang. 

Bukan tidak mungkin bila kamu akan dirundung rasa kegalauan berlebihan yang berujung pada stres. Maka dari itu, berhentilah bersikap terlalu egois dengan secepat kilat mencari pengganti.

2. Ambil pelajaran dari apa yang sudah terjadi

Pada dasarnya, apapun yang sudah terjadi jadikanlah sebuah pelajaran yang berharga, terlebih lagi di dalam urusan percintaanmu.

Ketika kamu break up dengan mantan pacarmu, kamu sendiri harus bisa mengambil hikmahnya. Pikirkanlah dengan baik-baik, jangan sampai kamu sendiri masuk ke dalam lingkarang kegalauan yang tiada berarti.

Perlu diingat, segala sesuatu yang memang menjadi takdir untukmu tidak akan pernah meninggalkanmu. Begitu pula sebaliknya. 

Setelah adanya solusi untuk menghindari rebound relationship seperti dua poin di atas, mari lanjut dengan pembahasan selanjutnya, terkait upaya perlindungan diri, ketika kamu merasa terjebak di dalam lingkaran rebound relationship dengan seseorang. 

Langkah dasar yang kamu lakukan adalah dengan cara memperhatikan pola yang terjadi. Amatilah setiap gerak-geriknya.

Apabila kamu merasakan kecurigaan terhadap orang yang mendekatimu. Jangan terlalu lama mengulur waktu untuk mengatasinya, agar waktumu tidak banyak terbuang. 

Don't waste your time. Waktumu begitu berharga. 

Segera cari solusi untuk membuktikannya agar tidak terjebak di dalam lingkaran rebound relationship, seperti: 

Ilustrasi rebound relationship | sumber: egypttoday.com
Ilustrasi rebound relationship | sumber: egypttoday.com

Pertama, perhatikan alur yang dijalankannya termasuk penempatan prioritas. Ini merupakan poin pertama dan paling utama yang harus kamu pahami secara penuh.

Prioritas itu penting dan alur yang terjadi di dalam hubungan tersebut pun sangat penting. Di era digital seperti sekarang ini misalnya, apabila kamu memang diprioritaskan, tentu saja komunikasi yang terjadi tidak akan sulit dilakukan. 

Kamu sendiri mesti waspada, apabila yang bersangkutan menjalankan komunikasi layaknya hantu, yang tiba-tiba datang tanpa diminta dan tiba-tiba menghilang tanpa meninggalkan jejak. 

Maka kamu harus siap melakukan taktik langkah seribu, pergi dan tinggalkan. Namun, kamu juga bisa menerapkan cara yang sama seperti yang telah dilakukan oleh bersangkutan. 

Kedua, secara tidak langsung membicarakan mantan pacar. Perhatikan pola selanjutnya ketika dirinya sedang berbicara denganmu. 

Apakah yang bersangkutan akan secara berulang-ulang menceritakan tentang kisahnya terdahulu dengan sang mantan pacar? Hati-hati, ini salah satu cara untuk masuk ke dalam lingkaran rebound relationship. 

Sederhananya, apabila orang yang sedari awal menginginkan dirimu untuk menjadi pasangannya, sangat kecil kemungkinan (bahkan tidak mungkin) yang bersangkutan akan menceritakan tentang kehidupannya terdahulu, termasuk kisahnya dengan sang mantan pacar.

Cerita hidupnya di masa lalu, itu bukanlah urusanmu, kamu sendiri tidak perlu tahu. Tidak ada gunanya membicarakan cerita di masa lalu yang berada diluar ranahmu.

Selain itu, apabila kamu merasa curiga tentang pembicaraannya yang selalu berulang tentang mantan pacarnya, ada baiknya, kamu selidiki secara diam-diam tekait kisah cintanya terdahulu sebelum bertemu denganmu.

Apabila ada kecurigaan yang hanya merugikan, seperti halnya yang bersangkutan hanya akan menyeretmu dalam ruang rebound relationship, ada baiknya, kamu segera mengatakan goodbye. 

Ketiga, tidak ada perkenalan secara lebih lanjut. Poin ketiga ini bagaikan kesimpulan dari poin pertama dan poin kedua. 

Ketika kamu berhasil memperhatikan gerak-geriknya terkait prioritas dan memperhatikan pembicaraan berulang tentang mantan pacarnya terdahulu.

Seharusnya, kamu sendiri harus bisa menyimpulkan, bahwa kedekatan yang kamu jalani dengannya berada di ujung lampu merah, ya, harus berhenti. 

Apabila kamu terus melanjutkannya dan menekan lampu hijau, bukan tidak mungkin bila akan berujung pada rebound relationship. 

Secara logika, seseorang yang bisa dikatakan belum bisa bahkan tidak bisa move on dengan mantan pacarnya terdahulu akan sulit memfokuskan pikirannya dengan orang yang baru. 

Semua itu dikarenakan fokus cintanya masih berpusat pada seseorang yang berada di masa lalu. 

Boro-boro mau lanjut dan melangkah maju dari fase pendekatan, apabila yang bersangkutan masih meragukan perasaan yang melekat di dalam hatinya. Terlebih lagi, bila fase perkenalan kamu dan dirinya terlalu lama terjadi. 

Kamu sendiri harus mulai mengambil keputusan apabila yang bersangkutan tidak ada kepastian. Lupakan dan tinggalkan, itu merupakan jalan terbaik yang harus kamu lakukan.

Jangan terjebak di dalam rebound relationship, karena yang terbaik hanyalah healthy relationship. Bukankah begitu? 

Tiga poin di atas baru sebagian kecil dari sekian banyak cara yang bisa kamu lakukan agar tidak menjadi salah satu peserta yang terseret di dalam rebound relationship. So, think smart! 

Thanks for reading

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun