Copycat, salah satu tindakan meniru yang
seringdilakukan oleh para penduduk planet bumi. Baikkah perilaku demikian hadir di dalam diri?
Meniru hingga akhirnya ditiru, salah satu langkah praktik yang begitu nyata dan sering dilakukan oleh para penduduk bumi.Â
Ada berbagai macam alasan kenapa hadir kaum manusia yang sangat doyan meniru orang lain. Besar kemungkinan, dirinya ingin sama dengan orang yang telah ditirunya tersebut.Â
Para peniru ini tentunya akan melakukan berbagai macam pengamatan sebelum mempraktikan apa yang akan ditirunya.
Baik gaya berpakaian yang dimiliki oleh objek sasarannya, model rambutnya, produk yang digunakannya, bahkan apapun itu yang bisa menjadi sasaran tiruannya, semuanya dilibas untuk ditiru dan ini dikenal dengan istilah copycat.Â
Dilansir dari wikipedia.org bahwa copycat mengacu pada seseorang yang mengadopsi, meniru ataupun mengikuti hal yang sama seperti yang orang lain lakukan.Â
Bila diperhatikan secara seksama, copycat yang meniru secara keseluruhan layaknya tingkah laku anak kucing yang meniru secara keseluruhan tingkah laku dari induknya.Â
Peniruan yang dilakukan oleh anak kucing ini bisa dilihat dari cara induknya membersihkan dirinya sendiri dengan menjilati bulunya, meminta makan ataupun minum, berdiri, bahkan caranya menyapa orang yang dituju.Â
Perilaku demikianlah yang sering ditiru oleh anak kucing tersebut, ketika melihat tingkah laku dari induknya.
Pada umumnya, tingkah laku seekor anak kucing yang meniru induknya ini bisa dikatakan sama tanpa ada bedanya, begitulah cara copycat bekerja, layaknya copy lalu di paste, salin lalu di tempel.Â
Ketika mendapati para pelaku copycat, faktanya, kamu yang menjadi objek tiruannya pasti akan sedikit jengkel dengan tindakan yang telah dilakukannya.Â
Berbagai macam kalimat yang menunjukkan ketidaksetujuan (mungkin) akan kamu utarakan di dalam hati, seperti:
- "Lho kenapa fashionnya sama kayak punyaku ya, tasnya, sepatunya, itu semuanya, perasaan dulu nggak gini deh fashion tuh orang ih...."
- "Lho...lho...lho...kenapa model kacamatanya sama dengan punyaku, ini mah nggak ada bedanya, perasaan dulu nggak gitu deh..."
- "Eh nih orang jiplak gayaku apa gimana, perasaan dari ujung kepala sampai ujung kaki nggak ada bedanya dah, wah parah nih orang, bisa-bisanya dia tampil dengan gaya tiruan..."
Tiga pernyataan di atas, baru sebagian kecil dari sekian banyak pernyataan-pernyataan yang singgah di pikiran, ketika kamu menjadi objek sasaran dari para copycat.Â
Pada umumnya, tingkah laku dari para pelaku copycat selalu melakukan peniruan secara total.Â
Inilah yang terkadang membuat orang yang ditiru menjadi kurang nyaman dengan tingkah laku yang ditunjukkan oleh para copycat, dan hal ini sangat wajar bila terasa di dalam diri.Â
Maka dari itu, ada beberapa tindakan yang bisa kamu lakukan ketika mendapati perilaku dari para copycat, seperti:
Pertama, jangan emosi. Ini merupakan langkah pertama yang harus kamu lakukan ketika mendapati seseorang yang dengan santainya meniru dirimu.Â
Tentu saja, secara spontanitas aura emosimu akan terpancing, yang dimulai dengan berbagai macam persepsi negatif menghiasi kepala, seperti halnya dua pernyataan di atas.Â
Setelah kamu terperangkap pada pikiran-pikiran negatif untuk melontarkan ketidaksetujuan dengan nada emosi kepada para copycat. Disitulah kamu harus mampu menahan diri.Â
Apabila dirimu ingin marah, pada dasarnya semua itu sah-sah saja bila terjadi, namun apa jadinya bila kamu terlalu berlebihan dalam menyampaikan argumen terkait tingkah laku copycat, bisa-bisa kamu mendapatkan label "sih tukang marah-marah".Â
Maka dari itu, lebih baik menahan emosi secara elegan daripada meledakkan emosi tanpa adanya jeda.Â
Kedua, bersikap santai dan tenang. Ini merupakan kelanjutan dari poin pertama. Ketika kamu berhasil menahan emosi, kamu yang melihatnya bisa lebih bersikap santai.Â
Terkadang, pembicaraan di hati dan pembicaraan langsung melalui perantara mulut tidaklah se-sinkron itu.
Dari mulut, kamu bisa saja mengatakan "It's okay dia meniru gayaku", tapi di dalam hati, bisa saja kamu mengatakan hal yang berbeda "parah nih orang main tiru aja".Â
Bersikaplah lebih elegan dalam menghadapi para pelaku copycat, mungkin saja, para copycat akan menunjukkan tampilan dirinya secara lebih menonjol.
Meskipun demikian, kamu harus mampu bersikap santai seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa. Tidak ada gunanya kamu menghabiskan energi hanya untuk marah-marah pada hal yang tidaklah terlalu penting.Â
Kamu sendiri harus tetap santai dan tenang, karena nyatanya, kamulah yang telah ditiru oleh dirinya, bukan kamu yang meniru, all is well.
Ketiga, berpikir positif. Setelah poin pertama dan poin kedua berhasil kamu terapkan, langkah selanjutnya adalah menenangkan pikiran dengan hal-hal yang positif.Â
Dengan berpikir positif kamu lebih bisa menenangkan diri, ketimbang kamu berpikir ke ranah yang lebih negatif, seperti halnya kalimat pernyataan pada bagian ketiga di atas.
"Eh nih orang jiplak gayaku apa gimana, perasaan dari ujung kepala sampai ujung kaki nggak ada bedanya dah, wah parah nih orang, bisa-bisanya dia tampil dengan gaya tiruan..."
Daripada kamu mencecarnya dengan pernyataan demikian di dalam hatimu, dan itu secara tidak langsung telah mengotori pikiranmu dengan pernyataan negatif.
Maka dari itu, cobalah kamu mulai dengan berpikir sedikit positif, walaupun terkesan sulit cobalah untuk melakukannya.Â
Seperti halnya kalimat yang satu ini, "sepertinya dia termotivasi dengan gayaku ya...", nah kalimat ini terkesan sedikit lebih positif tanpa adanya unsur emosi.Â
Meskipun tidak menutup kemungkinan, bahwa pikiran negatif dan rasa ingin emosi terhadap copycat bisa saja menghampiri. Setidaknya, kamu sudah berusaha untuk berpikir lebih positif, karena itu jauh lebih baik.Â
Pada dasarnya, perilaku copycat seakan-akan tampil dalam wujud tanpa dosa, karena telah melakukan peniruan.Â
Ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan seseorang bisa tampil dalam wujud copycat, mulai dari ketidakpercayaan diri yang dimilikinya, hingga ingin mendapatkan apresiasi dari apa yang dilakukannya.Â
Meskipun demikian, copycat sebenarnya bisa bernilai positif apabila yang bersangkutan mampu menggunakannya dengan sebaik mungkin.
Seperti halnya bertindak dengan lebih bijak, dimana orang yang ingin ditirunya tidak serta merta dijiplak tanpa ada pembeda, melainkan, dijadikan sebagai media untuk membuat diri menjadi lebih baik lagi, karena orang tersebut sudah dijadikan sebagai acuan utama.Â
Nah kalau begini kan enak jadinya...
Saya mohon maaf apabila ada salah kata di dalam penulisan artikel ini. Semoga informasi ini bisa bermanfaat.
Thanks for reading
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI