Mohon tunggu...
Desy Hani
Desy Hani Mohon Tunggu... Lainnya - Happy reading

Hi, you can call me Desy - The Headliners 2021 - Best in Opinion Kompasiana Awards 2023 - Books Enthusiast - Allahumma Baarik Alaih

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Waspadai "Thanos Syndrome", Kepribadian yang Menganggap Diri Selalu Benar

29 Juli 2021   17:19 Diperbarui: 30 Juli 2021   14:37 3296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Thanos Syndrome merasa selalu benar| Sumber: Freepik via suar.grid.id

Thanos Syndrome, salah satu kepribadian toxic yang menganggap diri selalu benar...

Hidup di dunia ini bisa dikatakan penuh dengan cerita, apapun akan menjadi kisah. Termasuk pertemuan, perkenalan, hingga akhirnya pertemanan di antara penduduk bumi. 

Setiap kepribadian yang dimiliki oleh setiap orang di muka bumi ini akan berbeda-beda, tidak ada yang sama. 

Ada yang hidup dalam keadaan suka mengurusi hidup orang lain, ada pula yang santai dalam menjalani hidup, dan ada pula yang selalu menganggap dirinya selalu benar, apapun yang dikerjakannya tidak pernah salah. 

Sikap yang selalu menganggap diri merasa paling benar dan merasa paling hebat inilah yang dikenal dengan Thanos Syndrome. 

Eh tunggu dulu, sepertinya kata "Thanos" tidaklah asing didengar. Benar sekali, ini merupakan salah satu karakter penjahat super buku komik yang muncul dalam publikasi Amerika Marvel Comics.

Ilustrasi Thanos | sumber: marvel.com
Ilustrasi Thanos | sumber: marvel.com

Thanos sendiri adalah penjahat paling kuat di Marvel Universe dan telah bentrok dengan banyak pahlawan termasuk Avengers, Guardians of the Galaxy, Fantastic Four, X-Men, dan yang lainnya. 

Akan tetapi, Thanos yang akan kita bahas ini berkaitan dengan kepribadian yang dimiliki oleh seseorang dan bisa dikatakan ternilai toxic. 

Memiliki "kata yang sama", namun dengan tujuan yang berbeda, satunya berkaitan dengan nama sebuah karakter, dan satunya berkaitan dengan kepribadian toxic yang dimiliki oleh seseorang.

Dilansir dari liputan6.com bahwa Thanos Syndrome atau Sindrom Thanos merupakan perasaan paling hebat dan paling benar. 

Selalu merasa dirinya sudah melakukan yang terbaik. Seringkali mengira semua hal akan berantakan, dan berjalan tidak mulus jika dirinya tidak ada.

Mari kita ambil permisalan yang begitu sederhana terkait Thanos Syndrome

Ilustrasi kerja kelompok untuk presentasi | sumber: merahputih.com
Ilustrasi kerja kelompok untuk presentasi | sumber: merahputih.com

Luis merupakan salah satu mahasiswa yang terkenal dengan kecerdasan yang dimilikinya. Bisa dikatakan, daya tangkap, daya pemikiran yang dimilikinya memang luar biasa sekali hebatnya. 

Pada salah satu mata kuliah, Luis ditunjuk sebagai pemimpin di dalam presentasi yang akan diadakan pada hari senin mendatang.

Dimana satu grup presentasi tersebut berisikan 5 orang, ini sudah termasuk Luis. 

Tema presentasi yang akan dibahas mengenai "cara kawula muda modern menghadapi kemajuan teknologi yang hampir terjadi setiap tahunnya".

Luis yang sedari awal telah memahami materi tersebut, langsung memberikan arahan ke semua anggotanya untuk segera menyelesaikan bahan presentasi. 

Namun, Rachel dan Gevina merasa keberatan terhadap tugas yang diberikan oleh Luis, keduanya menganggap ide Luis akan sulit dilakukan. 

Rachel pun menyarankan Luis agar mengambil sampel secara acak melalui bantuan masyarakat sekitar, agar mereka lebih mudah mendapatkan data yang valid.

"Luis... aku ada saran, apa sebaiknya kita meminta bantuan dari masyarakat sekitar untuk mengisi kuesioner saja, terkait kemajuan teknologi, karena itu jauh lebih mudah kita dapatkan," ujar Rachel dengan penuh semangat, dan diikuti anggukan dari Gevina. 

Luis pun menatap tajam ke arah Rachel dan Gevina, seakan-akan apa yang disampaikan oleh keduanya tidaklah masuk di akal. 

Ilustrasi thanos syndrome | sumber: islamidia.com
Ilustrasi thanos syndrome | sumber: islamidia.com

"Nggak bisa Hel, Vin, kita harus bisa menghasilkan data yang berbeda dari yang lainnya, kuesioner sangat umum digunakan, aku tidak setuju..." ucap Luis.

Laki-laki tersebut tidak ingin bila arahan yang telah disampaikannya ditolak oleh Rachel dan Gevina.

"Ta...tapi Luis... tanpa kuesioner kita akan sulit mendapatkan data," balas Rachel mengingatkan kembali

"Nggak ada tapi-tapian Rachel, Gevina," jawab Luis dengan nada suara yang cukup tinggi.

"Luis... coba deh dipikirin lagi kalau kita misalnya pakai...." belum selesai Gevina menjelaskan, Luis langsung memotong pembicaraan. 

"Kalian berdua mau ikuti arahan apa nggak sih, itu merupakan cara terbaik dan sangat jarang digunakan oleh orang lain," jawab Luis dengan nada suara yang lebih tinggi dari sebelumnya.

Sambil menarik nafas panjang, Luis pun melontarkan kembali tanggapannya terkait saran dari Rachel dan Gevina. 

"Kalau kalian tidak mau dengan arah yang aku sampaikan, silahkan keluar dari kelompok ini, tanpa kalian berdua, presentasi akan tetap berjalan, dan kelompok ini akan baik-baik saja."

Ilustrasi thanos syndrome | sumber: muslim.okezone.com
Ilustrasi thanos syndrome | sumber: muslim.okezone.com

Bila diperhatikan secara seksama, tingkah laku Luis pada ilustrasi di atas sudah menunjukkan bahwa jati dirinya telah terdapat Thanos Syndrome.

Luis sangat terlihat egois, tidak ingin mendengarkan saran ataupun nasihat yang telah disampaikan oleh Rachel dan Gevina.

Dirinya merasa, bahwa apa yang dilakukannya adalah benar, dan itu tidak bisa terbantahkan. Dampak dari perilaku seperti ini tentunya akan menimbulkan toxic, kesenjangan akan hadir menghampiri. 

Bayangkan saja, ketika saran yang disampaikan secara baik-baik oleh Rachel dan Gevina, malah dijawab dengan pernyataan yang memegalkan hati oleh Luis. 

Maka dari itu, tidak seharusnya bersikap "merasa paling benar terhadap segalanya", mendapatkan saran dan menerima saran sangat wajar bila terjadi. 

Ada beberapa alasan, sebaiknya Thanos Syndrome tidak dilekatkan di dalam diri, ini demi kebaikan bersama, merasa diri paling benar juga tidaklah dibenarkan, seperti:

Ilustrasi thanos syndrome | sumber: kurio.id
Ilustrasi thanos syndrome | sumber: kurio.id

Pertama, menghargai satu sama lain. Hidup di dunia ini harus saling menghargai. Ketika seseorang memberikan saran, sang penerima harus mendengarkan dengan sebaik mungkin.

Diskusikanlah dengan cara yang lebih elegan apabila ingin menolak saran tersebut, apabila saran yang disampaikan tidak sesuai dengan apa yang kamu rencanakan. 

Seperti halnya ilustrasi di atas, dimana Luis sangat tidak setuju dengan pendapat yang disampaikan oleh Rachel dan Gevina.

Menurutnya, pendapat Rachel dan Gevina terlalu umum digunakan, hal inilah yang membuatnya sangat tidak suka dengan pendapat tersebut. 

Penolakan mentah-mentah pun terjadi, Luis tidak menerima saran dari Rachel dan Gevina. Baginya, apabila kedua temannya ini tidak suka dengan arahan yang telah disampaikan, silahkan keluar, presentasi akan tetap berjalan tanpa keduanya. 

Perilaku demikian tidaklah menunjukkan adanya sikap saling menghargai, dan tidak sepantasnya diutarakan. 

Karena apa yang telah kita sampaikan tidak akan bisa dicabut kembali, maka dari itu, sangat penting menjaga lisan demi terciptanya hidup yang saling menghargai.

Kedua, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Kalimat tersebut sudah sangat mutlak, dimana kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh setiap insan di muka bumi ini akan saling melengkapi.

Seandainya, Luis tidak terlalu angkuh dengan kelebihan yang dimilikinya (kecerdasan), mungkin, sikap yang hadir akan lebih ternetralisir. 

Luis lupa, bahwa semua yang dimilikinya, termasuk kecerdasannya, itu hanyalah titipan. 

Ketiga, berhentilah bersikap egois dan menganggap apa yang dilakukan selalu benar. Seperti yang dilakukan oleh Luis pada ilustrasi di atas.

Dengan kecerdasan yang dimilikinya, Luis seakan-akan merasa paling benar, presentasi akan tetap berjalan dengan baik terkait saran yang disampaikannya. 

Menolak saran dari orang lain tanpa mengindahkannya sama sekali itu sudah termasuk sikap yang egois. 

Terlebih lagi dengan memotong pembicaraan seseorang yang belum selesai menyampaikan pendapatnya, seperti yang dilakukan oleh Luis kepada Gevina. 

Keegoisan tidak akan membuat kamu berada di titik kemenangan, keegoisan hanya akan membuatmu hanyut dalam sebuah kesenjangan sosial. 

Sederhananya, mana ada orang yang ingin berteman dan menjalin kedekatan dengan seseorang yang cenderung bersikap egois. Ini sangat wajar bila terjadi. 

Maka dari itu, hindarilah menjadi salah satu pengikut Thanos, eh Thanos Syndrome maksudnya. 

Keempat, hidup itu bersosialisasi. Sudah terlihat secara jelas bahwa seluruh manusia di alam semesta ini merupakan makhluk sosial. Tidak ada individu yang bisa hidup tanpa orang lain.

Seperti halnya Luis pada ilustrasi di atas, dirinya selalu merasa bisa melakukan apapun tanpa saran dari teman-temannya. Egois banget ya, seperti yang sudah dijelaskan pada poin ketiga.

Seakan-akan dirinya telah menutup mata, telinga, bahkan hatinya, terkait saran yang disampaikan oleh Rachel dan Gevina. 

Luis tidak sadar, bahwa presentasi yang dilakukan tersebut harus didiskusikan secara bersama. Ini baru presentasi dan sudah menunjukkan bahwa hidup haruslah bersosialisasi. 

Jadilah manusia yang memiliki kepribadian yang rendah diri. Tanpa harus memandang remeh orang lain.

Perilaku Luis terhadap Rachel dan Gevina sepatutnya tidak menjadi contoh. Perlakukanlah seseorang sebaik mungkin sebagaimana dirimu ingin diperlakukan. 

Catatan:

Apabila ada kesamaan nama pada ilustrasi di atas, itu hanyalah kebetulan semata. Ilustrasi di atas hanya digunakan untuk memfokuskan pada satu kasus saja.

Thanks for reading

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun