Mohon tunggu...
Desi Khairani
Desi Khairani Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Pembangunan Berkelanjutan yang Tidak Sesuai Mengakibatkan Penurunan Tanah di Jakarta

14 Oktober 2015   20:41 Diperbarui: 14 Oktober 2015   21:24 3186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak hanya banjir namun permasalahan lainnya seperti krisis air bersih pun dapat terjadi. Krisis air bersih ini terjadi karena pembangunan yang dibangun merusak daerah resapan air. Lahan-lahan kosong yang tadinya dapat menjadi tempat resapan kemudian di ubah menjadi bangunan-bangunan bertingkat. Yang tidak melihat tata guna lahan. Dan akhirnya membuat penduduk setempat menguras air tanah untuk mendapatkan air bersih. Komponen air dalam tanah pun tidak banyak. Dengan terkurasnya air tanah membuat tanah di jakarta pun banyak yang ambles.   

Kasus Pada tahun 2008

Kita ingat kembali pada tahun 2008, beberapa bagian gedung BPPT, Sarinah, Menara Eksekutif ambles, para ahli telah mengingatkan bahwa itu terjadi karena proses dewatering atau pengurasan air bawah tanah dalam jumlah besar yang tidak hati-hati serta besarnya penekanan permukaan tanah akibat pembangunan gedung-gedung pencakar lanngit. 

Pelaku-pelaku yang terlibat dalam pembangunan yang berkelanjutan ini adalah pemerintah dan swasta. Pemerintah memiliki kewajiban dalam memberikan peraturan yang tegas kepada pihak swasta maupun pihak pemerintah itu sendiri dalam memberikan izin pembangunan. Karena ternyata selama ini pemerintah selalu membiarkan perizinan pada pihak pihak yang ingin melakukan pembangunan gedung-gedung bertingkat seperti mall, gedung perkantoran dan lain-lain. Akibatnya adalah ambruknya tanah yang didirikan oleh bangunan tersebut.

Salah satu kasus jelas yang diakibatkan oleh pemerintah yang menutup nutupi penggunaaan air tanah yaitu amblesnya Jalan RE Martadinata sedalam tujuh meter. Penelitian oleh Amrta Institute dan Yayasan Tifa menunjukkan bahwa jumlah ekstrasi riil memang jauh di atas data resmi. Hal tersebut dapat dilihat dari data BPLHD yang hanya mencatat 645 industri besar sebagai pembayar pajak air tanah, padahal menurut BPS ada 1.872 industri besar di Jakarta.

Begitu pula dengan kantor bank yang hanya tercatat sebanyak 93 buah, padahal menurut Bank Indonesia ada 2.500 kantor bank di Jakarta. Penggunaan air tanah oleh sektor industri yaitu sekitar 90% sektor industri yang ada di Jakarta sangat bergantung pada sumber daya air tanah. Dari 1872 industri yang ada di Jakarta, hanya sekitar 646 industri yang memiliki izin untuk menggunakan air tanah. Pertumbuhan kota Jakarta yang tidak terkendali ini banyak seklai menghabiskan persediaan lahan di Jakarta. Sebagai dampak dari perkembangan pembangunan ini tidak ada cukup ruang untuk pembangunan di masa depan.

Contoh sektor industri yang sedang berlangsung di Jakarta yaitu MRT. MRT dilakukan untuk pembangunan monorel di bawah tanah. Sebenarnya MRT memang sangat berguna bagi penduduk Jakarta. Dimana penduduk Jakarta merupakan penduduk yang membutuhkan transportasi umum untuk bekerja dan melakukan aktivitas lainnya. Namun jika di lihat proyek MRT ini sangat mengganggu jalan yang seharusnya bisa dilewati. Sekarang dengan adanya proyek MRT jalanan menjadi sangat sempit dan membuat macet di jalanan. Dan dapat terlihat juga bahwa proyek MRT in mengakibatkan teralihkannya penggunaan tata guna lahan.

Tata guna lahan perlu mempertimbangkan dua hal, yaitu pertimbangan segi umum dan aktifitas pejalan kaki yang akan menciptakan lingkungan yang lebih manusiawi. Dengan terjadinya perubahan fungsi lahan yang sering kita temui di suatu kota dimana tata guna lahan yang ada tidak sesuai dengan rencana tata ruang yang telah di buat. 

Penyebab selain sektor industri yang terus mengakibatkan kerusakan tanah juga dapat terjadi karena urbanisasi. Dimana penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya. Data populasi penduduk di jakarta yaitu Jakarta Pusat sebanyak 884.488 jiwa, kemudian Jakarta Barat  2.093.013 jiwa, Jakarta Selatan 2.001.353 jiwa, Jakarta Timur 2.391.166 jiwa, dan Jakarta Utara 1.445.623 jiwa karena banyaknya angka penduduk Jakarta pun menjadi kota yang sangat padat. Pembangunan-pembangunan terus dilakukan tiada henti. Seolah-olah pemerintah dan sektor industri tidak merasa puas akan bangunan yang telah ada. 

Pertambahan penduduk mengakibatkan fasilitas pembangunan harus di tingkatkan. Apalagi banyak orang yang dari desanya berbondong-bondong ke Jakarta untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. Ditingkatkannya pembangunan di Jakarta guna untuk meningkatkan perekonomian dan kesempatan kerja untuk penduduk di Jakarta. Dibutuhkan rencana yang matang pada setiap pembangunan industri agar dapat diperhitungkan sebelumnya segala pengaruh aktivitas pembangunan industri terutama tata guna lahan. 

Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembangunan proyek industri terhadap lingkungannya yaitu:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun