Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Penulis - Hanya orang biasa

Hidup ini indah kalau kita bisa menikmatinya.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Apa Ini (PPP eps 17)

20 September 2019   04:53 Diperbarui: 20 September 2019   04:59 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untunglah petugas chek in tidak mempersulit mereka, tapi di benak mereka pasti tercetak kesan : Ini pasangan pengantin nikah paksa. Hari gini masih ada yang nikah terpaksa?

Melalui indera keenam, DC merasa roh Iwan selalu berada di sisi kanan Parmita, sedangkan ia berada disisi kiri. Roh Iwan mengawal dengan ketat. Padahal, sedikitpun tak ada niat Jonatan Ferdi melarikan Parmita. Di hatinya ada Serunai. Selamanya hatinya untuk Serunai.
Nai, aku kangen padamu...

Di pesawat, ia memikirkan Nai, membiarkan Parmita mendengkur di bangku sebelahnya. Roh Iwan berjalan mondar mandir di lorong antar tempat duduk. Terkadang duduk di bangku yang digunakan pramugari untuk duduk saat pesawat akan take off dan landing.   Bangku itu tersedia di tengah-tengah badan pesawat, tepatnya di samping pintu darurat.

Penerbangan Jakarta ke Jambi hanya singkat, hanya 75 menit. Saat mendarat, DC membiarkan penumpang lain turun duluan. Ia memilih turun paling terakhir. Saat ia turun, kembali ia mendapat tatapan heran akibat menggandeng seorang pengantin yang berjalan kaku bak robot. Banyak yang menyangka mereka pasangan pengantin nikah paksa. 

Tidak mesra. Diam tak bersuara. DC membiarkan semua itu. Ia serius menjalani misi kemanusian. Walau Andi Tulani bersikap sombong, ia kasihan pada Parmita. Andai menjadi gila, hancurlah masa depan Parmita.

DC memanggil taksi sekeluarnya dari bandara Sultan Thaha. Ia bertanya pada Parmita,
" Kemana kita, Iwan ?"
" Desa Tolagong, Telanaipura."
DC meneruskan omongan Iwan pada supir taksi. Setelah itu, DC mengirim sms buat Nguyen Tinh alamat yang ditujunya

Setibanya di Desa Tolagong, DC melihat sebuah dusun yang masih asri. Rumah penduduk jarang-jarang. Semua masih sederhana, bahkan ada yang mirip pondok terbuat dari papan. Roh Iwan menunjukkan rumahnya. Sebuah rumah papan yang sudah bobrok. Terletak di ujung desa. Rumah itu nyaris ambruk, dan jelas tak berpenghuni.

DC turun, membayar ongkos taksi, dan mengajak Parmita turun bersama roh Iwan.
" Ini rumahmu?" tanya DC
" Betul. Ini rumahku,"
DC yakin rumah ini sudah lama tak dihuni.
" Keluargamu pindah kemana ?"
" Semua pindah ke alam baka."
" Apa ? Sudah meninggal semua ?"  Nada DC tak percaya.
" Ya. Aku anak tunggal. Ayah ibuku terlalu berduka atas kematianku. Mereka menyusulku tak lama kemudian."

Timbul rasa iba di hati DC. Ia kini mengerti. Roh Iwan kesepian akibat tidak punya siapa siapa di Desa Tolagong ini. Itu sebabnya ketika nyonya Tulani berkunjung ke mari, ia ikut ke Jakarta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun