Awai mengangguk. Ia memegang bungkusan itu seakan bungkusan itu sebungkus permata. Ia harus menyampaikan salam Hsu Natan pada ayahnya.
Tan Suki makan dengan lahap. Ia terkenang masa lalunya. Ia tahu riwayat bakpao yang dimakannya. Kedai kopi tak pernah membuat kueh untuk dijual. Semua kueh itu titipan orang. Hsu Natan hanya menjual kopi, teh, minuman kaleng, minuman kotak, semua kueh titipan orang. Penghasilan terbesarnya berasal dari menyewakan kedainya sebagai tempat berdagang bagi tukang lontong, tukang mie-kwetiau, dan tukang mie siram kueh kacang.
Dari ketiga penyewa itu sebulan ia mengantongi uang sewa sebesar 600 ribu. Penghasilan segitu bisa untuk menghidupi 3 keluarga. Belum lagi hasil menjual kopi-teh-minuman kemasan. Hsu Natan tidak menikah. Hanya Tan Suki yang tahu kenapa Hsu Natan tidak menikah, dan ia tak ingin membocorkan rahasia sahabatnya.