Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... Freelancer - Hanya orang biasa

Wa/sms 0856 1273 502

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Namaku Awai 169-171

9 Juni 2018   08:06 Diperbarui: 9 Juni 2018   08:33 1043
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Awai mengangguk. Ia memegang bungkusan itu seakan bungkusan itu sebungkus permata. Ia harus menyampaikan salam Hsu Natan pada ayahnya.

Tan Suki makan dengan lahap. Ia terkenang masa lalunya. Ia tahu riwayat bakpao yang dimakannya. Kedai kopi tak pernah membuat kueh untuk dijual. Semua kueh itu titipan orang. Hsu Natan hanya menjual kopi, teh, minuman kaleng, minuman kotak, semua kueh titipan orang. Penghasilan terbesarnya berasal dari menyewakan kedainya sebagai tempat berdagang bagi tukang lontong, tukang mie-kwetiau, dan tukang mie siram kueh kacang.

Dari ketiga penyewa itu sebulan ia mengantongi uang sewa sebesar 600 ribu. Penghasilan segitu bisa untuk menghidupi 3 keluarga. Belum lagi hasil menjual kopi-teh-minuman kemasan. Hsu Natan tidak menikah. Hanya Tan Suki yang tahu kenapa Hsu Natan tidak menikah, dan ia tak ingin membocorkan rahasia sahabatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun