Huh, mau mengelak pun tidak diberi kesempatan. Mau tak mau Aldi mengangguk.
Dua sosok bayangan duduk di atas genteng. Satu bercadar dan satu tidak. Yang tidak bercadar dirangkul yang bercadar.
" Aku sedih, Meilan. Aku takut kakek meninggal. Kakek menolak obat yang dibawa si Kencing di Botol,"
" Apa yang terjadi? Maaf, aku tak berani sering mengekorinya. |Aku takut dia curiga, " Ucap yang bercadar.
" Kakek membentaknya, mengusirnya. Obat yang dibawanya dihempas ke dinding. Aku ingin menangkap, tapi terlambat. Huhuhu... apa yang harus kulakukan demi menyelamatkan kakek, Meilan ?"
Meilan mengelus rambut temannya, " Dia membelikan obat kakekmu ?"
" Iya, tapi kakek menolak meminumnya !" suara Melli kesal.
" Baik juga dia, "
" Kenapa kamu memujinya ! Dia penakut ! Dia tak pandai membujuk kakek ! Kalau kakek meninggal, kucongkel matanya !"
Meilan geleng-geleng kepala mendengar ancaman temannya. Â " Jangan donk. Kasihan kalau matanya tinggal sebelah nanti dia tak bisa bekerja." Suara Meilan memohon.
" Apa sih yang dibacanya setiap malam? "