Mohon tunggu...
Deri Prabudianto
Deri Prabudianto Mohon Tunggu... karyawan swasta -

no

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

"Beauty and the Beast" [33]

14 Februari 2019   05:55 Diperbarui: 14 Februari 2019   06:00 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Huh, mau mengelak pun tidak diberi kesempatan. Mau tak mau Aldi mengangguk.

Dua sosok bayangan duduk di atas genteng. Satu bercadar dan satu tidak. Yang tidak bercadar dirangkul yang bercadar.

" Aku sedih, Meilan. Aku takut kakek meninggal. Kakek menolak obat yang dibawa si Kencing di Botol,"

" Apa yang terjadi? Maaf, aku tak berani sering mengekorinya. |Aku takut dia curiga, " Ucap yang bercadar.

" Kakek membentaknya, mengusirnya. Obat yang dibawanya dihempas ke dinding. Aku ingin menangkap, tapi terlambat. Huhuhu... apa yang harus kulakukan demi menyelamatkan kakek, Meilan ?"

Meilan mengelus rambut temannya, " Dia membelikan obat kakekmu ?"

" Iya, tapi kakek menolak meminumnya !" suara Melli kesal.

" Baik juga dia, "

" Kenapa kamu memujinya ! Dia penakut ! Dia tak pandai membujuk kakek ! Kalau kakek meninggal, kucongkel matanya !"

Meilan geleng-geleng kepala mendengar ancaman temannya.  " Jangan donk. Kasihan kalau matanya tinggal sebelah nanti dia tak bisa bekerja." Suara Meilan memohon.

" Apa sih yang dibacanya setiap malam? "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun