Mohon tunggu...
Derby Asmaningrum
Derby Asmaningrum Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Classic rock addict || Pernah bekerja sebagai pramugari di maskapai asing || Lulusan S1 FIKOM konsentrasi Jurnalistik Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Prancis Sudahi Lockdown, Kota Paris Kerepotan Hadapi Warga yang Bandel

15 Mei 2020   04:35 Diperbarui: 15 Mei 2020   13:39 4360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antrian di kantor pos di kota tempat tinggal saya (30KM dari Paris) pada hari pertama dibukanya lockdown (foto: Derby Asmaningrum)

Wabah corona ditetapkan oleh Presiden Emmanuel Macron sebagai krisis kesehatan Prancis terburuk. Keganasan virus tersebut sampai saat ini telah merenggut 27.425 nyawa yang 92 persennya merupakan pasien di atas 65 tahun.

Hingga Kamis (14/5) jumlah kasus terus meningkat, menclok di angka 141.356. Namun hal itu tidak membuat pemerintah berubah pikiran untuk segera menyudahi episode lockdown yang diberlakukan sejak 16 Maret lalu.

Setelah Kamis (7/5) PM Edouard Philippe mengeluarkan ancang-ancang, pada Senin (11/5) Prancis membuka gembok lockdown sebagai sebuah masa transisi hingga 2 Juni mendatang. Setelah itu, pemerintah akan mengevaluasi kembali dengan melihat naik-turunnya angka kasus Covid-19 tersebut.

Alasan utama 'pembebasan' ini tak lain dan tak bukan karena ingin memompa kembali roda perekonomian yang gembos gara-gara virus asal Wuhan, Cina tersebut.

Dari 101 departemen yang tersebar di negerinya Jacques Chirac ini, sebanyak 32 departemen masih berstatus zona merah menyala termasuk di dalamnya kota Paris dan sekitarnya yang bertahta sebagai pusat penyebaran virus.

Enampuluh sembilan departemen lainnya dilabeli zona hijau tapi di hari-hari menjelang berakhirnya lockdown malah bermunculan klaster-klaster baru di zona aman tersebut tepatnya di sebelah barat Prancis.

Namun the show must go on, Prancis akhirnya mengucapkan au revoir (selamat tinggal) kepada lockdown secara nasional kecuali untuk satu wilayah departemen seberang lautan, Mayotte yang kondisinya masih terlalu parah.

Diakhirinya lockdown ini bukan berarti semua langsung kembali normal seperti sedia. Pak Perdana Menteri mengingatkan warganya untuk tidak lengah, tetap waspada, disiplin dan bertanggung jawab demi kepentingan bersama.

Hari-hari pertama setelah lockdown berlalu, suasana tak terlihat bergeliat. Sepertinya banyak warga yang masih memilih untuk tetap berdiam di rumah terlebih Work from Home masih tetap diterapkan.

Aneka butik, toko-toko, pasar serta penjual jasa seperti tukang cukur sudah kembali memulai bisnis namun pusat perbelanjaan atau mall yang luasnya lebih dari 40.000 km persegi dan berada di zona merah masih dilarang untuk beroperasi.

Rencananya berbagai restoran dan café akan dibuka tanggal 2 Juni khusus yang ada di wilayah berzona hijau tentu saja jika situasi tidak memburuk.

Pantai-pantai sudah disetujui oleh pemerintah untuk dibuka namun semua tergantung keputusan otoritas setempat. Berbagai arena wisata seperti kebun binatang, museum hingga wahana Disneyland Paris masih ditutup tak ketinggalan Menara Eiffel yang tetap kesepian menanti para pemujanya kembali. 

Suasana salah satu sudut kota Paris hari ketiga setelah lockdown diakhiri. Masih sepi (foto: Misha BR)
Suasana salah satu sudut kota Paris hari ketiga setelah lockdown diakhiri. Masih sepi (foto: Misha BR)
Sejak Senin sekolah-sekolah juga sudah dibuka kembali namun hanya untuk TK dan SD (tidak semua tingkat) dan bersifat sukarela, jika orangtua masih cemas terhadap situasi yang ada, maka biarkanlah si anak tetap belajar dari rumah alias School from Home.

Para murid sekolah menengah akan masuk kembali tanggal 18 Mei namun hanya untuk sekolah-sekolah yang berada di zona hijau, sedangkan universitas masih ditutup. 

Di kota tempat saya tinggal (30 km dari Paris) setidaknya ada sedikit kelegaan dari para orangtua karena Pak Walikotanya tak ragu memundurkan tanggal masuk sekolah menjadi 25 Mei karena menurutnya saat ini kondisi masih sangat tidak memungkinkan.

Hingga saat ini Prancis masih menutup perbatasan hingga 15 Juni mendatang. Di dalam negeri, warga diberi hak istimewa untuk berkendara hanya sejauh 100 km ditarik secara garis lurus. Lebih dari jarak itu, maka harus membawa Surat Keterangan kalau tidak maka denda 135 euro (sekitar 2,1 juta rupiah) menanti.

Pemerintah juga menghimbau masyarakat untuk menggunakan masker di tempat publik dan dilarang bergerombol lebih dari 10 orang. Pertunjukan yang melibatkan lebih dari 5000 orang baiknya dilupakan saja karena tak akan pernah direstui hingga September. 

Banyak konser yang akhirnya harus batal meski sudah pindah tayang dan duit tiket 100 persen dipastikan balik ke empunya. Nampaknya saya pun harus rela batal menonton konser Kiss tanggal 9 Juni nanti meski saya berharap Kiss hanya akan menunda. Tapi gak tau juga sih, semuanya amburadul, benar-benar sebuah last Kiss yang menyakitkan...

Dari sektor penerbangan, maskapai Air France menjadi maskapai pertama yang kembali berlenggak-lenggok di landasan dengan jumlah penumpang yang tidak boleh lebih dari 50 persen demi terjaganya physical distancing. Suhu tubuh para penumpang juga akan dicek terlebih dahulu sebelum memasuki pesawat. 

Jika angka termometer nangkring di atas 38 derajat, maka penumpang diwajibkan balik kanan alias ditolak boarding namun tiketnya akan dijadwal ulang tanpa tambahan biaya. Pemakaian masker oleh seluruh penumpang hukumnya pun wajib ketika berada di dalam kabin pesawat.

Selain itu, kabar baik juga tersiar untuk para muda-mudi yang berusia di bawah 25 tahun bahwa mulai Juni nanti pemerintah akan memberi bantuan sebesar 200 euro (sekitar 3,2 juta rupiah) namun hanya untuk mereka yang hidup dalam kondisi ekonomi pas-pasan. 

Si Paris yang bandel
Yah, namanya ibu kota terlebih menjadi pusatnya sirkulasi virus, tentulah banyak yg harus dilakukan agar situasi tidak semakin gawat setelah lockdown dibuka. 

Salah satunya dengan mewajibkan pemakaian masker ketika berada di dalam transportasi umum seperti métro (sebutan kereta bawah tanah kota Paris). Jika melanggar maka selamat menikmati denda lagi-lagi 135 euro (sekitar 2,1 juta rupiah).

Saat ini sebanyak 60 dari 302 stasiun métro masih ditutup namun armadanya diperbanyak pada stasiun-stasiun yang beroperasi. Kereta pun tiba hanya berselang 1 menit. 

Beberapa kursi kereta juga ditempeli stiker Dilarang Duduk agar semua memegang teguh rambu-rambu physical distancing. Warga juga diharuskan membawa Surat Keterangan dan Surat Kerja bagi yang tidak bisa WFH jika menumpang angkutan umum antara jam 06.30 dan 09.30 pagi.

Penampakan dalam kereta dengan stiker yang tertempel di kursi dan lantai untuk jaga jarak (foto: Misha BR)
Penampakan dalam kereta dengan stiker yang tertempel di kursi dan lantai untuk jaga jarak (foto: Misha BR)
Saat ini kota Paris menjadi wilayah berstatus zona merah, namun nampaknya sebagian warganya cuek dan tidak mau berkontribusi untuk menekan laju corona mentang-mentang lockdown tinggal kenangan sudah berakhir sehingga bisa ngegas, bebas, lepas mudah-mudahan tidak akan jadi beringas.

Di hari pertama usai dihentikannya lockdown, puluhan warga dengan nikmatnya kumpul-kumpul di sepanjang Canal Saint-Martin, sebuah kanal sepanjang 4,55 km yang kedua tepinya dijadikan tempat nongkrong les Parisiens (sebutan untuk warga Paris) mulai dari sekedar duduk-duduk cantik hingga piknik asyik. 

Kanal yang dinobatkan sebagai salah satu Monumen Historis Prancis ini dibuka sepanjang tahun dan dilewati perahu-perahu wisata tak ketinggalan kapal pengangkut barang.

Judulnya sih gak masalah kumpul-kumpul, tapi mengapa harus di tengah pandemi yang masih berlangsung seakan nantangin sang virus? Para kawula muda itu malah berbondong-bondong menyerbu kanal, saling berdekatan satu sama lain, sebagian besarnya tidak memakai masker plus menenggak minuman keras.

Warga yang cuek ngumpul di Canal Saint-Martin di hari pertama usai lockdown dihentikan (ouest-france.fr/Francois Guillot/AFP) 
Warga yang cuek ngumpul di Canal Saint-Martin di hari pertama usai lockdown dihentikan (ouest-france.fr/Francois Guillot/AFP) 

Aturan pemerintah yang sudah dicuap-cuapkan pun akhirnya hanya jadi angin lalu yang tak terdengar desirannya. Alhasil petugas kepolisian harus turun tangan namun tidak sampai melakukan penangkapan, hanya membubarkan warga yang tengah having fun.

Atas peristiwa yang tak diharapkan itu, Menteri Dalam Negeri Christophe Castaner mengeluarkan titah yang melarang warga mengkonsumsi alkohol di seluruh tepian kanal-kanal termasuk di pinggiran sungai terpopuler di Paris, Sungai Seine yang memang rindang adem, enak buat duduk-duduk merenungi nasib, pacaran atau kumpul-kumpul bareng sobat.

Seakan latah, tak jauh beda dari hari pertama, 'kebebasan' di hari kedua pun sama adanya hanya saja terjadi di tempat nongkrong yang berbeda. Kali ini di seputaran gereja tersohor Basilique du Sacré-Cœur (The Basilica of the Sacred Heart of Paris) yang berada di puncak perbukitan kecil di kawasan Montmartre dan menjadi destinasi pariwisata ngetop kota Paris. 

Dulu ketika saya masih terbang, setiap ada jadwal ke Paris saya pasti akan datang ke sini, selain melihat kemegahan arsitektur gereja, saya juga suka duduk-duduk di halaman depannya seperti turis-turis lain. 

Berkat posisi gereja yang menjulang tinggi di atas bukit, kita bisa memandangi kota Paris dari atas seluas-luas dan sepuas-puasnya. Montmartre juga merupakan kawasan seniman yang diramaikan oleh banyaknya toko-toko suvenir, restoran, café dan menjadi lokasi gedung pertunjukan kabaret terkenal Moulin Rouge.

Warga yang berkumpul di depan Basilika Sacré-Coeur Paris sebelum dibubarkan polisi (foto: francebleu.fr/Matthieu de Martignac)
Warga yang berkumpul di depan Basilika Sacré-Coeur Paris sebelum dibubarkan polisi (foto: francebleu.fr/Matthieu de Martignac)
Namun sekarang tak ada turis, hanya warga lokal yang bandel rame-rame berkumpul di tumpukan anak tangga halaman depan gereja, sekali lagi tanpa masker dan saling berdekatan satu sama lain. Kelanjutannya bisa ditebak, lagi-lagi petugas kepolisian harus datang membubarkan puluhan warga namun dengan penuh kelembutan tanpa kekerasan alias diusir pelan-pelan.

Kedua peristiwa di atas membuat Bu Walikota Paris, Anne Hidalgo geram sehingga mengubah peraturan dari yang hanya menghimbau menjadi mewajibkan warganya memakai masker bila menampakkan batang hidung di tempat-tempat umum. Sejak kemarin, kota Paris sudah menyediakan situs internet di mana warga bisa mendaftar untuk mendapatkan secara gratis masker reusable.

Setelah geram, Walikota keturunan Spanyol berusia 60 tahun itu ngotot-ngototan dengan Menteri Kesehatan Olivier Veran yang masih tidak mengizinkan taman-taman besar dibuka di wilayah berzona merah apalagi di Paris. 

Bu Walikota meminta taman-taman itu dibuka untuk menghindari penumpukan khalayak yang hanya akan mengkhianati ikrar suci physical distancing seperti pada kedua peristiwa di atas, mengingat Paris adalah kota hyper padat penduduk dengan ukuran apartemen yang kecil-kecil yang bisa bikin stres jika terkurung begitu lama sehingga ketika lockdown berakhir, semua orang segera berhamburan ingin menghirup udara segar. Namun nampaknya Bu Walikota harus sabar karena Pak Menkes tetap teguh pada keputusannya.

Saya tidak tahu lagi kebandelan apa yang akan terjadi selanjutnya namun virus corona masih berkeliaran tetap mengintai siapa saja, zona merah atau zona hijau kuning kelabu merah muda dan biru, jika lengah pasti tetap akan disikat. Entah bagaimana ending dari pandemi ini. Dan seperti penggalan lagu Sanggupkah milik alm rockstar Andy Liany, saya hanya bisa berpikir kalau... Hanya waktu yang bisa jawab semua itu/sampai kapan/aku tak tahuuu.....

Prancis, 14 Mei 2020 

Referensi: Satu, Dua, Tiga 
Baca juga: Kota Paris dan Kereta Apinya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun