Wahai Kita, yang bertemu sebagai teman, berpisah sebagai mantan
Wahai Kita, yang menyuka karena bunga asmara, membenci karena duri cerita
Wahai Kamu, yang lebam terbungkam diam, termurung jauh di dalam relung
Wahai Kamu, yang sedih tertindih perih, terluka ditampar duka
Wahai Aku, yang bodoh pernah bertindak ceroboh, terciut karena nyali pengecut
Wahai Aku, yang tertawa penuh kecewa, merutuk jiwa pengecut yang pernah menjelma
Penulis terkaku dan tak tahu, kenapa manis dan pahit kenangan itu terus mengganggu?
Pun rindu yang tak henti-henti, seolah menuntut "Aku" meraba sang waktu.