Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Sehari Menikmati Keindahan Kota Udang

19 Juni 2017   12:41 Diperbarui: 22 Juni 2017   21:45 1530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cirebon, nama kota ini sempat beberapa kali masuk dalam bucket list travel saya untuk weekend getaway. Sayangnya hal itu belum sempat terealisasi. Dua kali saya menginjakkan kaki di kota udang ini, namun hanya transit. 

Akhirnya mimpi untuk mengeksplorasi kota di pesisir Pantura ini terwujud pada Sabtu (10/6) lalu. Saya terpilih sebagai salah satu kompasianer untuk mengikuti trip yang diadakan oleh KOTEKA dan disponsori oleh Bank Danamon. Anyway, KOTEKA adalah Komunitas Traveler Kompasiana yang menjadi wadah bagi para kompasianer petualang yang hobi menuliskan kisah perjalanannya.

Trip kali ini adalah One Day Trip dan berkat dibangunnya tol Cikopo-Palimanan (Cipali) jarak antara Jakarta-Cirebon bisa ditempuh dalam waktu tiga jam saja. Tentunya ini akan menjadikan Cirebon sebagai alternatif wisata warga Jakarta selain Puncak atau Bandung yang kian sumpek.

Cirebon dikenal sebagai kota keraton atau kota ziarah karena memiliki banyak bangunan bersejarah. Namun kota yang bernama asli Caruban ini juga memiliki kuliner yang sudah go-lokal seperti ketoprak dan tahu gejrot yang berasal dari Cirebon.

Kota ini memiliki banyak potensi wisata, mulai dari wisata sejarah, wisata budaya, wisata kuliner sampai wisata belanja. Dan ini menjadi tugas kami sebagai smart traveler untuk mempromosikannya karena sudah saatnya kita pegang kendali wisata, salah satunya Cirebon. Lalu apa yang menarik dari kota yang kental dengan peradaban islamnya ini?

Menikmati lezatnya nasi lengko.

Setelah tiba di Cirebon dan briefing sejenak, kami melanjutkan perjalanan menuju Masjid Agung Sang Cipta Rasa. Bangunan ini memiliki arsitektur berwarna dominan merah tua. Kami tiba tepat jam 12 siang dimana umat muslim akan melaksanakan ibadah sholat dzuhur. Beberapa peserta pun turut masuk ke dalam masjid untuk beribadah.

Berhubung saya nonmuslim, saya memutuskan untuk mencari brunch. Awalnya agak sulit untuk mencari pedagang makanan di sekitar masjid, apalagi di bulan puasa seperti sekarang ini. Namun ternyata di seberang masjid ada banyak penjual makanan dan minuman yang menutupi lapaknya dengan kain terpal/tenda.

Bersama peserta nonmuslim lainnya dan peserta yang sedang 'absen' berpuasa, kami menuju lapak pedagang makanan yang sekilas mirip warteg. Si ibu penjual dengan ramah melayani kami dan menawarkan menu makanan. Saat menyebut nasi lengko, sontak kami semua memutuskan untuk mencicipi hidangan khas Cirebon ini.

Nasi lengko adalah makanan yang mirip dengan nasi pecel. Hidangannya berupa nasi putih dengan potongan tahu dan tempe, mentimun yang sudah dirajang, tauge kemudian ditabur daun kucai dan bawang goreng. Nasi disiram dengan bumbu kacang dan kecap manis encer ditambah sambal. 

Nikmatnya nasi lengko langsung terasa di suapan pertama. Meski terkesan sederhana, nasi lengko cocok dijadikan sebagai menu sarapan atau makan siang dan pas sebagai pengbungkam perut yang sedari tadi sudah berteriak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun