Mohon tunggu...
Deny Oey
Deny Oey Mohon Tunggu... Administrasi - Creative Writer

Seorang pembelajar, pecinta alam dan penikmat makanan pedas. Sesekali mengkhatamkan buku dan membagikan pemikirannya dalam tulisan. Beredar di dunia maya dengan akun @kohminisme (IG) dan @deNocz (Twitter).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Salah Kaprah Tentang Tradisi dan Budaya Imlek di Indonesia

24 Januari 2023   20:52 Diperbarui: 24 Januari 2023   21:13 801
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Imlek (sumber: Okezone)

Jika ingin mengucapkan selamat tahun baru, tambahkan saja "Xin Nian Kuai Le". Maka dari itu, saat Imlek kalimat ucapannya adalah "Gong Xi Fat Cai, Xin Nian Kuai Le" yang diinterpretasikan jadi "Selamat bertambah makmur dan kaya, semoga berbahagia di tahun yang baru".

2. Orang Tionghoa tidak mengucapkan "Gong Xi Fat Cai"

Meski demikian, di hari Imlek kaum chindo atau Tionghoa Indonesia justru tidak mengucapkan "Gong Xi Fat Cai". Biasanya mereka melafalkan ucapan tersebut dalam dialek Hokkian yaitu "Kiong Hi Pat Coi" atau "Kiong Hi" saja.

Perayaan Imlek (sumber: Kompas)
Perayaan Imlek (sumber: Kompas)

Saya jarang sekali mendengar teman, kawan, bahkan keluarga dan kerabat saya sendiri mengucapkan "Gong Xi Fat Cai". Biasanya kami selalu mengucapkan "Kiong Hi Pat Coi".

Gong Xi Fat Cai adalah ucapan dalam Bahasa Mandarin. Sementara itu, meski di Indonesia keturunan Tionghoa terdiri dari berbagai suku sesuai daerah dan bahasa ibunya masing-masing seperti Hokkian (Aceh, Sumut, Kepri), Khek/Khuntien (Kalimantan, Bangka Belitung), Tiociu (Jambi, Palembang) atau Ciaosen (lebih suka menyebut diri Cina Benteng atau Cina Jawa), kalimat yang diucapkan pada umumnya adalah "Kiong Hi Pat Coi" yang berasal dari Bahasa Hokkian.

3. Sembahyang bukan lagi tradisi wajib

Menjelang Imlek, keluarga akan melakukan beberapa ritual seperti sacapmeh (makan besar bersama keluarga di malam Imlek), atau sembahyang pada leluhur dan kerabat yang sudah meninggal.

Nyatanya, ritual sembahyang ini bukanlah ritual wajib. Alasannya tentu saja berhubungan dengan kepercayaan yang dianut oleh sebagian atau seluruh anggota keluarga tersebut. Seperti diketahui, sembahyang dilakukan bagi penganut agama Buddha dan Konghucu.

Namun, di masa kini tak semua orang Tionghoa Indonesia masih menganut agama dan kepercayaan leluhurnya tersebut. Banyak yang sudah menganut agama lain seperti nasrani (kristen, katolik) maupun muslim.

Dan meski menganut kepercayaan berbeda, mereka masih tetap merayakan Imlek karena Tahun Baru Lunar adaah perayaan untuk para keturunan Tionghoa, apapun agama yang dianutnya. Selain itu, esensi Imlek juga masih ada dalam ajaran agama lain seperti menjalin silaturahmi dengan keluarga dan berbagi berkat dalam bentuk angpau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun