Mohon tunggu...
Denny Yapari
Denny Yapari Mohon Tunggu... -

Lulusan Sarjana Teknik Elektro (S.T.) dari Institut Teknologi Nasional Bandung, Sarjana Hukum (S.H.) Universitas Yos Soedarso Surabaya, dan Magister Ilmu Hukum (M.H.) Universitas Narotama Surabaya. Ahli Pengadaan Nasional dan Advokat/Konsultan Hukum yang berdomisili di Kota Sorong

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Tanggapan Terhadap Video Deddy Corbuzier "Sekolah? Gak Guna!"

3 Juni 2017   19:45 Diperbarui: 3 Juni 2017   20:18 6784
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian deddy sukses di Indonesia sebagai pesulap dan pembawa acara, tapi apa iya deddy sukses dibidang lain, faktanya dia tidak naik kelas 2x kan? Itu kegagalan deddy… demikian juga kalau deddy saat ini tiba2 ditantang survive di hutan belantara, di pulau terpencil atau pegunungan yang belum terjamah saya yakin dia akan kesulitan banget karena kelihatan dalam videonya dia tidak suka belajar peta buta. Jadi dibalik kesuksesan deddy sekarang saya yakin banyak kegagalan yang dia pernah lalui dan tidak pernah itu diukur dari tingkat pendidikan deddy karena tidak ada relevansinya.

Demikian juga membuat hubungan antara kesuksesan seseorang dengan tingkat pendidikannya ya harus disesuaikan dengan apa yang diukur untuk menjadi sukses dulu… karena orang berpendidikan tinggi juga seseorang yang sukses.

Orang bisa berpendidikan tinggi saja sudah sukses!! Waras ngga??

Demikian pula kesuksesan seseorang bisa jadi diukur dari rumah tangganya, ada yang sukses berkeluarga dan bisa berkarir, ada juga yang sukses berkeluarga dan berbisnis. Ada yang merasa sukses berpendidikan tinggi, beristri 2, punya anak banyak, bisa menghidupi keluarganya, ada juga yang merasa sukses dengan beristri 2, walaupun tidak berpendidikan tinggi, ada juga yang sukses berpendidikan tinggi, beristri 1 dan punya anak 2. Tapi ada juga orang yang merasa sukses tapi gagal berumah tangga kan? Bagi orang yang sukses berkeluarga, orang yang sukses tapi cerai dengan istrinya adalah orang yang gagal dalam berumah tangga, jadi walaupun sukses berbisnis belum tentu orang sukses di semua bidang, kenapa deddy tidak sadar tentang hal itu?

Kita kembali kepada perkataan deddy dalam video.

Deddy mengatakan banyak yang slah dengan sistem di sekolah, tapi setelah saya simak videonya ternyata yang dipermasalahkan hanya 3 macam, yaitu ujian nasional (UN), PR yang banyak dan jumlah mata pelajaran, jadi saya tidak paham banyak itu yang apa saja.

Mengenai UN kita sudah tahu di antara guru sendiri ada pertentangan, tetapi kebijakan pemerintah jelas, ada UN. Tujuan diadakannya UN semua orang tahu dan mengerti, yang tidak setuju dengan adanya UN bukan tidak setuju dengan tujuan diadakannya UN tapi lebih kepada tata cara menilai hasil belajar anak. Cara penilaiannya yang dipersoalkan. Memang harus diakui dalam pemberitaan ada anak yang stress karena UN, bahkan sampai ada yang bunuh diri karena UN, ada yang pintar tapi tidak lulus UN, yang bodoh lulus UN? tapi apa iya semua yang diberitakan dalam sekelumit kalimat berita sesuai dengan fakta di lapangan? 

Tidak mungkin, pasti banyak faktor-faktor lainnya yang menjadi pemicu,  kalaupun ada terjadi presentasinya pun kecil, berapa jumlah siswa seIndonesia yang ikut UN? lalu berpa jumlah yang menjadi hancur karena UN? Apakah deddy berbicara berdasarkan fakta dan data atau tidak? Kan tidak!! UN itu standarisasi, ada target materi yang harus standar dalam sistem pendidikan kita, sehingga bisa menjadi tolak ukur ketika anak melanjutkan jenjang pendidikannya. Kalau dipandang memberatkan maka memang perlu dicari solusi tapi bukan ditiadakan saja tanpa memberi solusi. Kalau standar pendidikan kita beda tentu saja menyulitkan anak memperoleh akses pendidikan ke jenjang lebih tinggi. 

Ini juga pengalaman saya pribadi yang SMA di indonesia timur lalu kuliah di indonesia bagian barat, untuk menguasai materi kita kuliah kita sama tidak jauh berbeda, tetapi selama kuliah saya menyadari background materi pelajaran sma kita yang berbeda mengakibatkan ada perbedaan dalam menyelesaikan perkuliahan. Tapi sekali lagi tidak bisa saya judge semua orang harus seperti saya kan.

Mengenai PR yang banyak, harus diakui ada oknum guru yang cara mengajarnya seperti itu, tapi itu tidak mewakili semua guru. Saya akui juga ada oknum guru juga yang sengaja membuka les di rumah bagi murid-muridnya sebagaimana pengalaman deddy les dengan guru sekolahnya, walaupun tidak suka tapi demi mendapatkan nilai atau bocoran soal dijalani oleh deddy. Tapi banyak orang mendapatkan pengalaman yang berbeda, contohnya saya, dulu pernah les di sekolah dengan guru matematika saya, tapi beliau tidak meminta uang, dia dengan sukarela memberikan tambahan jam mengajar pada semua siswa dalam satu kelas tanpa pandang bulu. 

Kami datang pun sukarela karena diluar jam sekolah tapi yang hadir hampir satu kelas bahkan senang lagi, padahal saya di sekolah negeri, beda sekali dengan pengalaman deddy kan? Saya juga punya pengalaman les sama guru dirumahnya, dia memang mau dibayar dengan uang tapi ada syarat semampu saya dan harus serius, kapan saya tidak serius lesnya tidak lanjut, tapi itu sukses menambah kepandaian saya dan keseriusan saya belajar, padahal guru les saya tidak mengajar saya di kelas. Saya yakin siapapun yang membaca ini punya pengalaman unik sendiri tentang les ataupun masa sekolahnya. Tapi kita tidak boleh menjudge sistem pendidikan salah hanya karena pengalaman satu orang saja kan? Lantas apa hak deddy menjudge sistem pendidikan kita, dia bukan guru, bukan dosen bahkan bukan pegawai kemendikbud. Apa semua yang terlibat dalam sistem pendidikan kita orang yang bodoh2 dan tidak sukses?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun