Beberapa daerah seperti Tasikmalaya dan Garut pernah mengadakan Festival Burayot dan memasukkan burayot sebagai salah satu produk unggulan daerah. Dalam festival semacam ini, burayot dikenalkan sebagai bagian dari kekayaan budaya lokal. Acara ini bukan hanya ajang promosi kuliner, tapi juga bentuk edukasi agar generasi muda mengenal dan mencintai makanan tradisional mereka sendiri.
Festival-festival ini umumnya diselenggarakan oleh pemerintah daerah, dinas pariwisata, dan komunitas budaya lokal. Dengan menggabungkan unsur kuliner, seni, dan pertunjukan, burayot diposisikan sebagai bagian penting dari identitas lokal yang patut dibanggakan.
3. Inovasi Bentuk dan Rasa
Untuk tetap relevan di tengah tren makanan kekinian, beberapa pengrajin burayot mulai berinovasi. Mereka mencoba menambahkan variasi rasa seperti durian, keju, cokelat, kacang, hingga pandan. Bahkan ada yang mencoba membuat versi burayot mini atau burayot kering agar bisa bertahan lebih lama dan cocok dijadikan oleh-oleh.
Tentu, inovasi ini dilakukan tanpa mengubah esensi dasar burayot. Tekstur renyah di luar dan lembut-manis di dalam tetap menjadi ciri khasnya. Ini adalah contoh bagaimana kuliner tradisional bisa beradaptasi tanpa kehilangan jati dirinya.
4. Digitalisasi dan Pemasaran Online
Perkembangan media sosial dan e-commerce juga menjadi katalis bagi penyebaran popularitas burayot. Kini, banyak produsen burayot rumahan yang memanfaatkan Instagram, Facebook, TikTok, dan marketplace seperti Tokopedia dan Shopee untuk memasarkan produknya. Mereka membuat kemasan yang lebih menarik, menampilkan foto-foto artistik, dan memberikan narasi sejarah burayot agar menarik bagi konsumen milenial.
Bahkan tak jarang konten tentang burayot viral di media sosial karena keunikan bentuk dan cara makannya yang khas. Burayot pun mulai dikenal di luar Jawa Barat, bahkan sampai ke luar negeri sebagai bagian dari promosi kuliner Indonesia.
Burayot, Cerminan Kekuatan Budaya Lokal
Burayot adalah simbol ketahanan budaya kuliner lokal. Ia tidak hanya enak dan menggoda selera, tapi juga menyimpan sejarah panjang, nilai sosial, dan warisan leluhur yang patut dihargai. Dalam setiap gigitan burayot, ada cerita tentang nenek moyang yang memeras santan dengan tangan, menggiling tepung beras secara manual, dan memasak dengan sabar di atas tungku kayu bakar.
Popularitas burayot hari ini bukanlah semata karena bentuknya yang unik atau rasanya yang lezat, tetapi karena ia berhasil bertahan sebagai penjaga identitas budaya Sunda. Di tengah dunia yang serba instan dan global, burayot hadir sebagai pengingat bahwa ada nilai-nilai luhur yang tak boleh dilupakan: kesederhanaan, kebersamaan, dan cinta terhadap warisan leluhur.