Mohon tunggu...
Dennis Baktian Lahagu
Dennis Baktian Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Penghuni Bumi ber-KTP

Generasi X, penikmat syair-syair Khairil Anwar, fans dari AC Milan, penyuka permainan basketball.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Daya Magic Oleh-oleh

22 Maret 2023   10:04 Diperbarui: 23 Maret 2023   11:56 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kerupuk yang terbuat dari talas (gamumu), oleh-oleh khas Gunungsitoli || facebook @Keripik "OYA"

Apa reaksi anda ketika membaca sebuah pesan WhatsApp bertuliskan ".....jangan lupa bawa oleh-olehnya ya...." ketika anda sedang berada di luar kota? Mungkin saja saat itu anda baru mengaktifkan handphone sesaat tiba di ruang kedatangan bandara tujuan. Atau karena kelelahan, anda baru membaca pesan masuk setelah tiba di hotel tujuan.  Atau bahkan sesampainya di daerah tujuan, anda mendapat telepon dari seseorang yang anda kenal dan endingnya mengatakan ".....jangan lupa oleh-olehnya ya?"

Bahkan ketika belum berangkatpun, kita sering dititipi pesan tentang membawa oleh-oleh ketika ada teman atau kerabat yang mengetahui bahwa besok atau lusa atau hari-hari kedepannya yang belum pasti, mereka mendengar berita bahwa kita akan mengadakan perjalanan ke luar kota. Terkesan tidak peduli apakah itu dikarenakan penugasan kantor atau berkaitan dengan urusan keluarga.

Herannya, ketika tujuannya berobat pun kita masih dijejali pesan membawa oleh-oleh. Sepertinya, daya magis oleh-oleh ini begitu dahsyat sehingga mampu menghipnotis seseorang dan mengalihkan pikirannya untuk berpesan oleh-oleh tanpa mau tahu tujuan seseorang berada di luar kota.

Begitulah kebiasaan yang sering kita lakukan ketika mendengar seseorang yang kita kenal sedang melakukan perjalanan ke luar daerah. Bahkan melalui media sosial sejenis facebook atau instagram pun kita sering membaca komentar berpesan oleh-oleh kepada orang pemilik akun. Ada apa sih dengan oleh-oleh? Sepenting itukah oleh-oleh harus dibawa?

Kebiasaan ini tidak ada larangannya. Toh, seperti sudah menjadi budaya atau keharusan dalam tanda petik. Entah siapa yang memulai atau darimana dimulai. Dilakukan turun temurun. Membawa sesuatu yang biasa disebut oleh-oleh atau buah tangan ketika pulang dari berpergian.

Barangkali kebiasaan ini tidak lepas dari tradisi orang-orang di zaman dahulu ketika berburu, melaut, berkelana atau ketika berperang, selalu membawa barang yang didapatinya ketika kembali ke tempatnya. Pergeseran makna terjadi saat zaman kerajaan. Kebiasaan memberikan upeti sebagai penanda hubungan baik antar kerajaan dapat diartikan sebagai oleh-oleh di masa itu.

Dimasa kini, buah tangan pada umumnya dapat berupa souvenir, makanan, kerajinan tangan atau barang-barang khas atau ikonik dari tempat yang dikunjungi. Diberikan dengan maksud sebagai kenang-kenangan bagi mereka yang tidak ikut berpergian.

Namun perlu juga kita mencermati bahwa mengirim pesan kepada seseorang yang sedang berpegian untuk membawa oleh-oleh itu tidak elok. Kita secara tidak sadar membebani orang tersebut dengan pesanan yang mungkin saja tidak pernah terpikirkan olehnya atau tidak pernah ada dalam jadwal berpergiannya untuk membeli oleh-oleh. Apalagi perjalanannya keluar kota dengan budget yang pas-pasan. Eh, dengan santainya kita mengirim message kepadanya untuk membawa oleh-oleh, dan terperinci pula. Wuiftttt...

Kebiasaan ini perlu diubah. Alangkah lebih baik kita tidak meneruskan kebiasaan ini sehingga anak cucupun tidak mengikutinya. Lebih baik kita mendoakan teman, saudara, kerabat atau kenalan lainnya yang kita ketahui sedang melakukan perjalanan keluar kota supaya pulang selamat dan sehat berkumpul kembali dengan keluarganya dan tentu saja kita pun dapat bersua kembali. Keselamatan perjalanannya adalah oleh-oleh yang paling berharga. Jika kemudian dia pulang membawa oleh-oleh dan membagikannya kepada kita tanpa pernah kita pesanin sebelumnya, itu bonus.

Lucunya, ada seseorang yang tinggal di Samarinda, Kalimantan melihat status facebook temannya yang berdomisili di Jember, "Alhamdulillah, sampai juga di Lombok." Tidak menunggu waktu lama, dia menulis comment pada status tersebut, "...Bro, udah di Lombok aja. Kok nggak ngabarin. By the way, jangan lupa oleh-olehnya ya....???" Membaca comment tersebut, temannya yang baru sampai Lombok cuma geleng-geleng kepala sambil bergumam aya-aya wae. Kalau pun oleh-olehnya bisa dibeli, apa mesti dikirimin juga ke Samarinda?

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun