Mohon tunggu...
Deni Mildan
Deni Mildan Mohon Tunggu... Lainnya - Geologist

Geologist | Open Source Software Enthusiast | Menulis yang ringan-ringan saja. Sesekali membahas topik serius seputar ilmu kebumian | deni.mildan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Mau Pasang Internet di Rumah? Kenali Dulu Risiko Kecanduan Internet di Lingkungan Keluarga

6 Agustus 2021   21:04 Diperbarui: 7 Agustus 2021   05:40 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak kecanduan internet (Foto oleh Amina Filkins dari Pexels)

Internet sudah jadi salah satu kebutuhan wajib manusia era modern. Tua maupun muda, internet kini masuk ke dalam kehidupan generasi mana saja.

Apalagi kondisi (masih) pandemi seperti sekarang menuntut kita lebih sering di rumah dan menggunakan koneksi internet lebih sering. 

Anak-anak bertatap muka secara virtual dengan gurunya, orang tua pun harus terus saling terhubung dengan rekan kerjanya melalui platform kerja tim secara daring.

Saat muncul rasa bosan, internet juga dapat menjadi sumber hiburan. Lewat internet, kita yang mengontrol hiburan yang kita inginkan, bukan sebaliknya. Hal-hal menarik tinggal klik, bisa dengan cepat kita temukan.

Intensitas penggunaan internet yang bertambah tentunya menambah pula anggaran kuota internet. Apalagi bagi mereka yang mengandalkan tethering koneksi internet dari ponsel.

Satu perangkat saja bisa menghabiskan biaya ratusan ribu rupiah selama sebulan. Bayangkan jika setiap anggota keluarga punya gawai yang harus "diberi makan".

Untuk memberikan kemudahan akses dan menyiasati membengkaknya pembiayaan, salah satu solusi untuk melakukan penghematan adalah dengan pasang internet di rumah.

Meski ekonomis dan menguntungkan dari segi aksesibilitas, pemasangan internet di rumah ternyata memiliki potensi bahaya yang cukup serius juga lho. 

Akses internet yang mudah dan murah dapat menjadi senjata makan tuan, menjadikan penggunanya kecanduan.

Mengenal Kecanduan Internet

Kecanduan internet adalah fenomena ketergantungan seseorang terhadap dunia virtual sehingga dapat mengganggu kehidupan pribadi dan sosial di dunia nyata.

Istilah kecanduan internet sudah muncul sejak 1995. Kecanduan internet menjadi perhatian khusus sejak saat itu seiring dengan perkembangan teknologi yang kian pesat.

Dilansir dari medicaldaily, kecanduan internet dikenal sebagai problematic internet use (PIU), compulsive internet use (CIU) atau iDisorder. Kondisi ini diketahui bisa mengubah pusat kesenangan otak.

Kecanduan internet telah memengaruhi sekitar 38 persen dari 0,3 persen penduduk di seluruh dunia. 

Menurut beberapa penelitian, kecanduan internet menyerupai ketergantungan narkoba atau alkohol.

Kecanduan internet terjadi karena adanya pengalaman yang menyenangkan selama menggunakan internet. 

Pengalaman menyenangkan ini bisa berasal dari media sosial, belanja online, judi online, bahkan pornografi.

Perasaan senang merangsang produksi dopamin. Dopamin adalah salah satu zat kimia di otak yang berperan mempengaruhi emosi, gerakan, sensasi kesenangan dan rasa sakit.

Rangsangan terus menerus terhadap produksi dopamin akan mengubah "batas minimal kesenangan". Akhirnya timbul keinginan untuk terus menerus mencari hal baru untuk memperoleh kesenangan.

Kecanduan internet dapat menyerang semua usia. Akan tetapi dampak paling signifikan terjadi pada remaja dan anak-anak.

Remaja lebih rentan mengalami kecanduan internet karena remaja memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar. 

Hal ini terjadi karena bagian otak yang berfungsi untuk mengendalikan perilaku masih dalam proses perkembangan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa sebanyak 31,4% remaja mengalami kecanduan internet.

Kita tentu sering melihat anak-anak larut dalam kesenangannya bermain game online. Tidak jarang kecanduan tersebut disertai dengan perubahan perilaku ke arah yang kurang baik.

Saking mengkhawatirkannya kecanduan internet khususnya pada game online, pada tahun 2015 internet gaming disorder (IGD) telah dimasukkan kedalam "Kondisi yang Memerlukan Penelitian" dalam The 5th edition of Diagnostic and Statistical Manual of MentalDisorders (DSM-5). 

Pada pertengahan tahun 2019 akhirnya WHO resmi memasukan adiksi perilaku termasuk kecanduan game online kedalam International Classification of Diseases (ICD) 11.

Ciri-ciri Kecanduan Internet

Kecanduan apapun dapat memberikan pengaruh buruk terhadap fisik maupun emosi seseorang, begitu pun dengan kecanduan internet.

Beberapa gejala fisik yang mungkin dirasakan pecandu internet, antara lain perubahan pola tidur dan pola makan dan kekurangan nutrisi. 

Terlalu lama mempertahankan posisi duduk atau rebahan selama menggunakan internet dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit pada kepala, leher, dan punggung.

Secara emosional, kecanduan internet dapat mempengaruhi mood seseorang. Emosi dapat berubah seketika dan cenderung negatif. Ditambah pula minimnya waktu bersosialisasi di dunia nyata. Hal ini tentunya dapat memicu konflik dengan anggota keluarga di rumah, maupun orang-orang di lingkungan sekitar.

Dalam kasus yang ekstrim, pengunaan internet berlebihan dapat memicu munculnya perasaan sedih, depresi, kesepian, tidak percaya diri, bahkan resiko bunuh diri.

Pecandu internet juga memiliki tidak memiliki kemampuan dalam memprioritaskan hal-hal penting. Mereka seringkali menunda pekerjaan dan malah menghabiskan waktu dengan berselancar di dunia maya.

Cara Menghindari Kecanduan Internet

Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk menghindari kecanduan internet, terutama di dalam keluarga yang tinggal serumah.

Pertama, anggota keluarga perlu menyadari bahwa penggunaan internet secara berlebihan adalah hal yang tidak baik

Kesadaran akan potensi kecanduan internet membuat setiap anggota keluarga akan lebih berhati-hati dalam penggunaan internet. Anggota keluarga akan lebih mudah membatasi diri.

Selain itu, setiap anggota keluarga juga dapat mengontrol aktivitas penggunaan internet anggota keluarga lainnya. 

Orang tua dapat mengingatkan anaknya jika ia terlalu lama bermain game online, begitu pun anak tidak akan segan meminta orang tuanya untuk memberikan perhatian pada apa yang hendak ia utarakan.

Kedua, membatasi waktu penggunaan internet di luar hal-hal produktif

Tidak ada salahnya mencari hiburan dengan menggunakan internet. Namun perlu diperhatikan waktu penggunaannya agar tidak mengganggu aktivitas lain.

Keluarga bisa membuat kesepatakan berapa lama waktu yang dikehendaki untuk penggunaan internet di luar hal-hal produktif. 

Anak-anak dan remaja dapat diberi waktu untuk bermain game online atau membuka media sosial pada jam-jam bertentu di luar jam belajar atau waktu makan bersama misalnya.

Karena anak dan remaja berperilaku sebagaimana orang tua mereka, orang tua perlu juga membatasi diri dalam penggunaan internet. 

Penggunaan gawai dan internet saat berkumpul bersama anggota keluarga lain perlu diminimalisir agar perhatian tetap terpusat ke pembicaraan, bukannya layar.

Hal ini dapat membantu menjaga intensitas interaksi antar anggota keluarga.

Ketiga, melakukan aktivitas bersama

Melakukan aktivitas bersama keluarga memberikan banyak manfaat baik bagi individu maupun bagi keluarga secara keseluruhan. Menghabiskan waktu bersama dapat memberikan nilai-nilai positif dan menjaga komunikasi dalam ikatan keluarga.

Selain itu, kegiatan bersama keluarga dapat mengalihkan sejenak perhatian dari layar gawai dan internet.

Ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan bersama, misalnya berjalan-jalan di akhir pekan. Berolahraga bersama seperti bersepeda atau jogging juga bisa dilakukan.

Referensi: satu dua tiga empat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun