Beragam pertanyaan tentang diri selama fase quarter life crisis membuat kita berpikir ulang tentang siapa diri kita. Kita kerap mempertanyakan apa sebenarnya bidang yang benar-benar kita sukai, apa hal-hal yang kita benci, dan bagaimana seharusnya sikap kita terhadap hal-hal tersebut.
Secara tidak langsung, kita jadi lebih mengenal karakteristik diri kita sendiri. Kita bisa mengetahui apa saja hal positif yang kita miliki dan mengatasi kekurangan di dalam diri. Dengan demikian, kita bisa lebih mudah merumuskan hidup yang ingin kita jalani.
2. Lebih tenang dalam menghadapi masalah
Berada di fase peralihan antara masa remaja dan masa dewasa dini membutuhkan banyak penyesuaian. Kita dituntut untuk dapat bertindak selayaknya orang dewasa, namun dianggap terlalu besar untuk ukuran remaja.Â
Proses penyesuaian yang kurang berjalan baik terkadang menimbulkan ketegangan emosional. Kita terkadang merasa sangat kerepotan karena masalah terus menerus datang.
Setelah melewati fase quarter life crisis kita dapat menyusun ulang cara terbaik untuk merespon suatu masalah. Kita akan tahu bahwa tidak setiap masalah harus kita pikirkan berlarut-larut.
3. Lebih mementingkan kualitas dalam hubungan sosial
Selama masa remaja, secara alami kita memiliki keinginan untuk dapat diterima oleh kelompok. Oleh karena itu, kita merasa sangat senang berada dalam suatu komunitas, apalagi yang memiiki kesamaan bidang kegemaran.
Memasuki fase quarter life crisis kita akan menilai kembali hubungan sosial yang selama ini kita jalin dengan sesama. Lingkaran pertemanan yang semakin berkurang jadi salah satu pemicunya. Kita akan menemukan bahwa kualitas suatu hubungan jauh lebih penting daripada kuantitas.
Kita akhirnya sadar bahwa esensi dari sebuah pertemanan adalah kualitas dalam bertukar pikiran dan berbagi keluh kesah.Â
4. Lebih realistis dalam menjalani karier
Banyak di antara kita yang memimpikan pekerjaan idaman semasa remaja. Ada yang berniat meniti karier sebagai arsitek, penulis, olahragawan, dan lain sebagainya. Kita pun kemudian menempuh pendidikan dan pelatihan agar sesuai dengan keinginan.
Setelah menjalani pilihan tersebut, sebagian dari kita mungkin menemui jalan buntu, tidak bertemu karier yag dituju. Masalah karier ini kerap menjebak, terutama bagi yang terlalu idealis.
Quarter life crisis membantu kita menimbang konsep ideal dan realitas. Kita akan sadar bahwa untuk mencapai pekerjaan impian, dibutuhkan upaya dan modal karier yang tidak sedikit.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!