Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Merayakan Artikel ke-500 di Kompasiana dengan Sebuah Puisi

12 Juli 2021   23:56 Diperbarui: 13 Juli 2021   11:40 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary,

Kemarin tanggal 11 Juli 2021 artikel yang saya tulis di Kompasiana mencapai angka 500 lho. Ini merupakan pencapaian luar biasa bagi diri saya. Mengingat siapalah saya?

Diary,

Saya hanyalah seorang guru Taman Kanak-kanak dan guru les privat yang kebetulan senang membaca dan menulis. Membaca apa saja dan menulis apa saja. Pastinya bacaan yang bermanfaat.

Terdorong untuk berbagi kebermanfaatan dari apa yang saya baca atau saya lihat dan rasakan. Maka mulailah saya menulis dan mengikuti pelatihan menulis.

Diary,

Pertama kali saya mengenal Kompasiana lewat tulisan seorang peserta pelatihan menulis yang di share di grup. Kalau tidak salah tulisan tersebut tentang pengalaman jalan-jalan si penulis ke salah satu kampung adat di Jawa Barat.

Diary, 

Dari situ akhirnya saya tertarik juga untuk membuat tulisan di Kompasiana. Tapi tidak tahu caranya? Akhirnya mencari tahulah saya melalui Mbah Google. Ketemu dan langsung membuat akun di Kompasiana.

Diary,

Saya masih ingat betul. Waktu itu tanggal 9 Desember 2015. Saya pertama kali menulis artikel di Kompasiana tentang Valentino Rossi. Karena saya suka MotoGP dan saya penggemar Valentino Rossi. 

Artikel pertama di Kompasiana (dokpri)
Artikel pertama di Kompasiana (dokpri)

Kebetulan momen MotoGP yang saya tonton saat itu sangat berkesan sekali. Oleh karenanya saya coba tuangkan dalam sebuah tulisan. Nah, Kompasianalah tempat saya melabuhkan tulisan tersebut.

Diary,

Setelah itu saya tidak pernah menulis lagi. Paling satu tahun hanya 1-5 artikel yang saya tulis di Kompasiana. Ya, ampun. Kalau ingat hal itu sangat disayangkan sekali. 

Kesibukan dengan anak-anak dengan segala permasalahannya membuat saya tak sempat lagi menulis. Sampai suatu ketika saya merasa disentil oleh sebuah quote dari Pramoedya Ananta Toer.

  • Semua harus ditulis, apapun. Jangan takut tidak dibaca atau tidak diterima oleh penerbit. Tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat pasti berguna.

Sejak itu saya mulai menulis lagi. Saya pegang betul kalimat  yang diucapkan oleh  Pram tersebut. 

Diary,

Periode tahun 2018-2019 saya benar-benar rajin menulis di Kompasiana. Tanpa memahami bagaimana seharusnya berada di rumah bersama ini. Karena saya memang benar-benar sendirian. Tak ada yang saya kenal satu pun. Benar-benar menulis saja yang dilakukan.

Kompasianer pertama yang saya kenal (dokpri)
Kompasianer pertama yang saya kenal (dokpri)

Suatu ketika tanpa sengaja saya dipertemukan dengan dua Kompasianer dalam sebuah event. Ketika mengetahui bahwa keduanya sama-sama Kompasianer. Betapa senangnya hati saya. Akhirnya memiliki teman sesama Kompasianer. Merekalah Kompasianer pertama yang saya kenal.

Diary,

Sejak itu saya semakin rajin menulis. Karena merasa tak sendiri lagi. Mulai bergabung dengan komunitas yang ada  di Kompasiana. Mulai mengikuti acara offline yang di adakan oleh komunitas Kompasiana.

Saya mulai belajar berinteraksi dengan sesama Kompasianer melalui tulisan. Banyak mendapat inspirasi dan motivasi dari tulisan mereka. Terutama tulisan Pak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Roselina.

Diary, 

Membaca kisah perjalanan hidup Pak Tjip dan Ibu Ros serta kiprahnya di Kompasiana, saya merasa terharu. Semakin terharu ketika saya bisa tergabung dalam 150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi

Ya, Tuhan. Mereka bisa begitu bersemangat dalam menulis. Begitu rajin dan ramah menyapa kami semua. Sesuatu yang patut diteladani. Saya banyak belajar dari kisah keduanya. 

Diary,

Tanpa terasa. Artikel yang saya tulis sudah mencapai angka 500. Di angka 500 tersebut saya isi dengan tulisan berupa puisi. 

Pencapaian yang tak disangka (dokpri)
Pencapaian yang tak disangka (dokpri)

Saya tidak pandai merangkai kata-kata puitis. Gemar membaca puisi memang iya. Sesekali menulis puisi iya juga. Cuma tergantung mood. Nah, tiba-tiba kemarin itu saya kok ingin menulis puisi. Makanya saya tulislah sebuah puisi. Singkat saja sih. Tapi bagi saya sudah luar biasa sekali. Berikut ini puisi saya yang berjudul Ketika Flamboyan Berbunga.

Picture by zwf
Picture by zwf

Ketika flamboyan berbunga

Aku kembali pada puisi

Melukis engkau dalam samar

Di Palung hati paling dalam

Ketika flamboyan berbunga

Aku coba merapal doa

Mengenali rasa, cinta dan nada indah

Tentangmu

Ketika flamboyan berbunga

Semoga kata bisa menjadi cerita

Tentang bianglala

Tanpa luka

Mengingat bahwa menulis puisi itu tidaklah mudah. Bagi saya sih. Maka ketika bisa merangkai satu puisi saja. Sudah satu kesyukuran tersendiri. Begitu mengetahui bahwa puisi yang saya tulis bertengger di angka 500. Saya sempat tak percaya.

Ya, Tuhan. Ternyata saya bisa sampai di angka tersebut? Jadilah puisi yang saya tulis semakin terasa istimewa. Saya jadikan puisi tersebut puncak perayaan 500 artikel di Kompasiana.

Diary,

Semoga saya tak berpuas diri dengan pencapaian ini. Justru ini jadi cambuk dan penyemangat diri untuk lebih giat dan rajin lagi menulis. 

Semoga apa yang saya tulis bisa memberikan manfaat bagi mereka yang membacanya. Semoga. (EP)




HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun